Sepertinya belum ada ulama Sunni yang bisa menjelaskan Asyura dan Karbala seterang dan seberani Al-Habib Al-Ustadz Muhammad Rizieq Syihab! Intisari ceramah Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) bertema “Hari Asyura dan Tragedi Karbala Dalam Perspektif Ahlusunnah wal Jamaah” tersebut ditranskripsi dalam bentuk farafrase seperti berikut ini.
Ceramah Habib Riziq ini disiarkan secara langsung oleh Radio Rasil AM 720Khz pada tanggal 08/12/2012. Silahkan rujuk situs resmi Rasil di link ini.
Berikut ini inti ceramah Yang Mulia Al-Habib Rizieq Syihab. Sebagian besar kami ambil di situs Baitul Muhibbin.
Saat ini ada segelintir kelompok yang sengaja menciptakan kondisi di mana jika ada di antara ummat Islam yang membicarakan tentang Sayyidina Ali, Sayyidah Fatimah, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein sebagai Tokoh-tokoh Ahlul Bait Nabi Muhammad saw, maka akan langsung dicap Syiah. Dengan demikian, diharapkan ummat akan takut atau minder membicarakan tentang Ahlul Bait Nabi saw karena khawatir dicap Syiah.
Habib Rizieq mendorong semua pihak khususnya para ulama untuk tidak ragu-ragu membuka kepada ummat sejarah perjuangan Al-Husein sepahit apapun lembaran sejarahnya. Habib menegaskan bahwa Ahlul Bait Nabi saw bukan hanya milik Syiah saja tetapi milik semua Ummat Islam, apapun madzhabnya, Ahlusunnah wal Jama’ah maupun Syiah.
Al-Husein bin Ali bukan hanya menolak “kekhilafahan” Yazid bin Muawiyah, bahkan sebelumnya Al-Husein juga telah menolak “kekhilafahan” Ayah Yazid yaitu Muawiyah bin Abi Sufyan. Penolakan Al-Husein kepada “kekhilafahan” Muawiyah didasari alasan sebagai berikut:
- Dalam Pandangan Al-Husein, Khalifah yang sah saat itu adalah kakaknya Al-Hasan bin Ali sebagai Khulafaur Rasyidin yang ke-5 setelah Sayyidina Ali bin Abi Thalib syahid. Walaupun singkat, tetapi terpilihnya Al-Hasan sebagai Khalifah ke-5 secara sah oleh kaum Muslimin menunjukkan bahwa beliau adalah pelanjut Khilafah Rasyidah. Lebih lanjut Habib Rizieq menegaskan bahwa kelompok yang tidak mengakui Al-Hasan sebagai Khulafaur Rasyidin yang ke-5, maka mereka bukan Ahlusunnah wal Jama’ah.
- Dalam Pandangan Al-Husein, Muawiyah bin Abi Sufyan adalah pemberontak sesuai dengan sabda Rasulullah saww kepada Sahabatnya Ammar bin Yasir: "Ya Ammar, Sataqtuluka Fiatun Baghiyah" ("Wahai Ammar, engkau akan dibunuh oleh Kelompok Pemberontak"). Riwayat yang menyebutkan SabdaBaginda Nabi saw kepada Ammar bin Yasir ini tergolong riwayat yang Shahih dan Mutawattir. Dalam Perang Shiffin, Ammar bin Yasir berada pada barisan Imam Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah. Ketika Ammar terbunuh oleh Pasukan Muawiyah, ada salah seorang pasukannya yang mengingatkan Muawiyah tentang Hadits Rasul saw bahwa yang membunuh Ammar adalah fiatun baghiyah (kelompok pembangkang/pemberontak). Saat itu Muawiyah membantah sembari mengatakan bahwa: "…Yang membunuh Ammar bin Yasir adalah orang yang mengirimnya ke Medan Perang (Imam Ali)…" Dan ketika mendengar ucapan Muawiyah ini, maka Imam Ali menjawab: "…Jika yang membunuh Ammar adalah orang yang mengirimnya ke medan perang maka berarti yang membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib (Paman Nabi saw) adalah Nabi saw sendiri karena Nabi saw yang telah mengirim Hamzah ke medan laga." Dan bahkan semua Syuhada Badar dan Syuhada Uhud yang membunuh mereka adalah Nabi saw karena Nabi saw adalah orang yang mengirim mereka semua ke medan tempur…” Hal ini di ungkapkan Imam Ali untuk membuktikan kerancuan logika berpikir Muawiyah.
- Untuk mencegah pertumpahan darah di antara kaum Muslimin maka Al Hasan membiarkan Muawiyah menjadi “Khalifah”(Raja) namun dengan sejumlah syarat yang disepakati kedua belah pihak. Namun sebagaimana yang terekam dalam Kitab Sejarah seperti Tarikh Thabari dan Al Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir, ada satu syarat Al Hasan yang ditolak oleh Muawiyah yaitu agar Muawiyah menghentikan Pembudayaan mencaci maki Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah di hadapan Kaum Muslimin. Muawiyah bersikeras menolak syarat ini maka Al Hasan meminta agar Muawiyah jangan mencaci maki Imam Ali di hadapan Keluarga Nabi saw, dan itu diterima oleh Muawiyah. Walaupun begitu, dalam pandangan Al Husein tindakanapalagi pembudayaan mencaci maki Sayyidina Ali bin Abi Thalib baik di belakang ataupun di depan keluarga Nabi saw adalah perkara Bathil yang harus ditolak. Namun begitu Al Husein adalah seorang Muslim yang taat kepada Pemimpinnya(di mata Al Husein, abangnya Al Hasan adalah tetap seorang Khalifah yang Sah) sehinggaselama 20 tahun Muawiyah berkuasa, Al Husein diam dan tidak melakukan tindakan apapun sebagai bentuk ketaatan kepada Pemimpinnya yaitu abangnya Al Hasan yang memintanya untuk tetap diam demi menjaga darah kaum Muslimin.
- Al Husein menolak Muawiyah karena Muawiyah adalah orang yang banyak membunuh Sahabat Nabi saw di antaranya adalah Hujr bin Adi yang mana peristiwapembunuhan beliau ini sampai membuat Ummul Mu’minin Siti Aisyah marah besar kepada Muawiyahdan bahkan sampai mengusir Muawiyah ketika hendak mengunjunginya. Tercatat dalam sejarah, Muawiyah juga menghabisi Sahabat Nabi lainnya yang bernamaAbdurrahman bin Udais Al Balawi yang dikenal sebagai Ashabus Syajarah yakni Sahabat2 yang membai’at Nabi saw di bawah Pohon yaitu pada peristiwa Bai’atur Ridwan yang dipuji langsung oleh Allah swt dalam Al Qur’an.
Setelah Al Hasan wafat akibat racun yang dibubuhkan ke dalam makanan & minumannya sebagaimana di akui oleh para Ulama termasuk Syeikh Ibnu Taimiyah, Muawiyah melanggar perjanjiannya dengan Al Hasan untuk tidak menunjuk putra mahkota dan menyerahkan urusan kepemimpinan ummat kepada Dewan Syura Kaum Muslimin. Muawiyah melanggar kesepakatan ini dengan menunjuk Yazid sebagai putra mahkota penggantinya kelak. Dan terlepas dari naif atau tidaknya, agar ilmiah, objektif dan berimbang maka Habib Rizieq pun menuturkan 4 alasan mengapa Muawiyah mengangkat Yazid sebagai putra mahkota, yaitu karena :
- Menurut Muawiyah, Yazid putranya adalah orang yang paling layak menjadi Khalifah setelahnyakarena Yazid adalah seorang Pemuda yang Berani, Piawai dan Tangkas berkuda, mahir memainkan pedang dan memanah, sehinggasangat cocok untuk menjadi Khalifah Ummat Islam sepeninggalnya kelak.
- Kepemimpinan Yazid dianggap Muawiyah akan menyatukan Ummat.
- Karena Yazid adalah putranya, maka sangat layak menjadi Khalifah Ummat Islam.
- Karena Yazid didukung oleh berbagai Qaba’il Arab khususnya yang berada di Syam.
Adapun alasan Al Husein menolak Yazid menjadi pemimpin ummat Islam adalah :
- Khilafah harus ditentukan melalui Syuro sesuai kesepakatan antara Hasan bin Ali dengan Muawiyah bin Abi Sufyan.
- Yazid adalah orang yang moralnya buruk sehingga tidak berhak menjadi PemimpinUmmat Islam.
- Yazid adalah seorang yang fasik, zalim dan banyak melakukan maksiat sehingga sangat tidak pantas memimpin ummat Rasulullah saww. Dalam berbagai riwayat kita temukan bahwa Yazid adalah seorang pemuda yang gemar berjudi, akrab dengan Khamr (minuman keras) dan senangbermain perempuan (zina). Dalam hal ini, para Ulama telah sepakat akan kefasikan Yazid bin Muawiyah.
- Khilafah bukan harta warisan.
- Masih banyak Sahabat lain yang lebih layak untuk memimpin.
Alasan utama bangkitnyaAl Husein adalah untuk merubah kemungkaran yang telah nyata di manakita ketahui hukum Amar Ma’ruf Nahi Mungkar itu adalah wajib bagi Ummat Islam yang mana bila semua orang tidak berupayamerubah kemungkaran tersebut maka semuanya akan berdosa. Maka ini adalah kewajiban besar kaum Muslimin apalagi sebagai KeluargaNabi Muhammad saww harus beradadi barisan terdepan dalam penegakkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.
Pasukan Al Husein di Karbala hanya berjumlah 72 orang (32 pasukan berkuda dan 40 pasukan berjalan kaki) yang harus menghadapi ribuan Tentara Yazid (dalam riwayat ada yang menyebut angka 4.000 dan ada yang menyebut 40.000 tetapi yang pasti menurut Habib, sepakat para Ulama bahwa Tentara Yazid yang mengepung Al Husein jumlahnya ribuan).
Berbagai riwayat menyebutkan bahwa Al Husein Syahid di Karbala, Iraq dengan 33 luka tusukan dan 34luka sayatan. Kepala beliau di tancapkan di ujung tombak dan di arak sampai ke Damaskus.
Sepakat Ulama Ahlusunnah wal Jama’ah bahwa yang bertanggung jawab atas pembunuhan Al Husein adalah: Yazid, Ubaidillah bin Ziyad, Umar bin Sa’ad, seluruh pasukan Ibnu Ziyad serta penduduk Kufah yang menghianati Al Husein
Nasib Yazid
- Tahun 60H menjadi “Khalifah” (baca : Raja)
- Tahun 61H menginstruksikan pembunuhan Al Husein, Cucu Nabi Muhammad saww
- Tahun 62H setelah penduduk Madinah melepaskan bai’at kepada Yazid sebagai reaksi atas pembunuhan Al Husein, maka Yazid kemudian mengirimkan Pasukannya menyerbu kota Madinah. Dalam sejarah disebutkan bahwa Yazid menghalalkan kota suci Nabi saw Madinah Al Munawwarah selama 3 hari 3 malam untuk Pasukannya bebas berbuat apa sajadi dalamnya.
- Tahun 63H terjadi pergolakan pula di kota Makkah sebagai reaksi atas terbunuhnya Al Husein, maka Yazid kembali mengirimkan pasukannyamenggempur kota suci Makkah Al Mukarramah dengan Manjanik (Ketapel Raksasa) yang melontarkan batu2 besar berapi ke dalam kota Makkah hingga sampai mengenai Baitullah Ka’bah. Dan pada tahun ini pulaYazid meninggal pada usia 33 tahun.
Tahun 66 H Mukhtar Al Tsaqafi bangkit menuntut balas kepada parapembunuh Al Husein dan membentuk Tim Khusus untuk mengejar para pelaku pembunuhan cucu Rasul saww.
Tahun 67 H Ubaidillah bin Ziyad terbunuh oleh Pasukan Mukhtar Al Tsaqafi. Dalam riwayat disebutkan bahwa kepala Ibnu Ziyad dikirimkan kepada Mukhtar lalu Mukhtar mengirimkannya kepada Abdullah bin Zubair, dari situ kemudian dikirim ke rumah keluarga Nabi saw namun ditolak dan akhirnyadiletakkan di emperan Masjid. Banyak orang yang melihat ketikaitu ada seekor Ular yang masuk ke dalam Kepala Ibnu Ziyad, masuk keluar dari mata dan telinganya lalu bersarang lama dalam kerongkongannya kemudian ular itupergi.
Azab Allah pembunuh Al Husein sangat pedih. Umar bin Sa’ad dan anaknya terbunuh oleh Pasukan Mukhtar Al Tsaqafi. Eksekutor yang menyembelih Al Husein, yakni Syimr bin Dzil Jausyan jugadibunuh oleh pasukan Mukhtar Al Tsaqafi dan jasadnya dilemparkan kepada anjing – anjing gurun.
Ibnu Katsir menegaskan bahwa hampir semua riwayat yang menyebutkan tentang azab dan hukuman yang menimpa para pembunuh Al Husein adalah Shahih.
Ulama Ahlusunnah wal Jama’ah berbeda pendapat tentang kafirnya Yazid. Jumhur Ulama (mayoritas ulama) tidak mengkafirkan Yazid kecuali sebahagian kecil Ulama seperti Ibnu Aqil dan Al Alusi. Namun semuanya sepakat bahwa Yazid adalah orang Fasik.
Jumhur ulama Ahlusunnah wal Jama’ah tidak mencintai dan tidak membela Yazid tetapi juga tidak mela’nat Yazid. Menurut Habib Rizieq, persoalan mela’nat Yazid atau tidak hanya masalah etika saja yang oleh sebagian ulama dianggap kurang pantas namun yang pasti semua Ulama sepakat bahwa Yazid adalah orang jahat dan kejam.
Adapun ulama-ulama seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Abu Ya’la, Ibnul Jauzi dan Al Suyuthi membolehkan mela’nat Yazid. Habib Rizieq kemudian menukil sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa Shalih bin Ahmad bin Hanbal berkata, "Aku bertanya kepada ayahku: 'Wahai ayahku, apakah engkau melaknat Yazid?' Beliau menjawab: 'Bagaimana kita tidak melaknat orang yang dilaknat Allah dalam tiga ayat dari Kitab-Nya yang mulia, yakni dalam Surah Ar Ra’ad, Al Ahzab dan Muhammad. Allah berfirman:
"Dan orang-orang yang melanggar janji Allah setelah diikrarkannya dan memutuskan apa yang Allah perintahkan agar disambungkan dan berbuat kerusakan di muka bumi, mereka itulah yang mendapat laknat dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).” [QS Ar Ra’ad : 25]
Pemutusan mana yang lebih buruk daripada memutus keturunan Nabi saw dengan membunuh cucunya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
"Sesungguhnya terhadap orang orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan bagi mereka azab yang menghinakan [QS. Al Ahzab : 57]
Adakah sesuatu yang menyakiti Rasulullah saww yang lebih berat daripada membunuh cucunya?
Allah Azza Wa Jalla berfirman :
"Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan ? Mereka itulah orang-orang yang dilaknat Allah, lalu ditulikanNya pendengaran mereka dan dibutakanNya penglihatan mereka.” [QS. Muhammad : 22-23
Adakah memutus silaturahim dan berbuat kerusakan di muka bumi yang lebih parah daripada membunuh Al Husain ?”
Habib Rizieq membolehkan Ummat menangisi musibah Al Husein karena tangisan untuk Al Husein berasal dari Mahabbah (Rasa Cinta yang dalam). Menangisi musibah Al Husein, bukan tangisan cengeng tetapi tangisan yang akan membangkitkan keberanian dan menggelorakan semangat Jihad untuk melawan setiap Penguasayang Zalim dan menumpas kemungkaran dengan semua bentuknya.
Kesimpulan Ceramah Habib Rizieq
- Al Husein adalah seorang Imam yang beriman dan berilmu tinggi.
- Al Husein adalah sosok manusia yang jujur dan amanah, tak bisa dibeli dengan dunia.
- Al Husein adalah contoh seorang pejuang penegak Khilafah Islam yang sejati.
- Al Husein bangkit untuk melawan ketidak adilan, kezaliman dan kemungkaran.
- Al Husein adalah seorang Ksatria yang sabar, tegar dan gagah berani.
- Al Husein mengorbankan dirinya,keluarga dan sahabatnya untuk Allah dan Rasul-Nya.
- Tragedi Karbala merupakan bukti bahwa Ahlul Bait adalah Penjaga Al Qur’an sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw bahwa ada dua pusaka yang ditinggalkan Nabi saw kepada umatnya agar tidak tersesat, dalam riwayat Muslim disebutkan Kitabullah (Al Qur’an) wa Ithrati (Ahlul Bait), dan dalam riwayat Bukhari disebutkan Kitabullah (Al Qur’an) (Sunnahku / Ajaran Nabi saw). Maka dari kedua riwayat ini dapatlah disimpulkan bahwa Ahlul Bait adalah Penjaga / Pembela Al Qur’an dan Ajaran Datuknya (Sunnah Nabi saw). Dan Tragedi Karbala menjadi buktinya.
Catatan dari Pentranskrip Ceramah
Ceramah seperti ini tidaklah dimaksudkan untuk membangkitkan dendam lama. Ceramah ini bertujuan agar Kaum Muslimin dari madzhab Ahlusunnah wal Jama’ah tidak ada yang salah paham dengan perjuangan Imam Husein, sehingga tidak ada yang menganggap Imam Husein sebagai pemberontak kepada Amir yang sah.
Ceramah ini juga untuk menunjukkan kepada saudara-saudara dari madzhab Syiah agar tidak ada dari mereka yang salah paham dengan madzhab Ahlusunnah wal Jama’ah. Habib menegaskan bahwa Ahlusunnah wal Jama’ah tidak benci dengan Keluarga Nabi saw.
Kepada saudara-saudara dari madzhab Syiah yang berbeda pandangan dalam menilai sikap beberapa Sahabat Nabi saw, silahkan sampaikan kritik antum kepada kami dengan adab, dengan ilmu, dengan etika dan akhlak, jangan dengan cacian. Niscaya saudara-saudara dari madzhab Ahlusunnah wal Jama’ah pun wajib menjawabnya dengan cara yang santun, ilmiah dan berakhlak.
Habib menghimbau semua pihak agar jangan takut menunjukkan cinta kita kepada Ahlul Bait Nabi saw dan kepada Sahabat Nabi saw.
Habib menghimbau semua pihak agar jangan takut menyampaikan riwayat2 Hadits dari keluarga Nabi saw.
Khusus kepada para Habaib, Habib Rizieq menghimbau agar jangan sampai gontok-gontokan apapun madzhab antum (Sunni maupun Syiah). Ittaqillah !!! Takutlah Kepada Allah!!! Jangan membuat Al Husein menangis!! Anak cucu Imam Husein harus tampil di depan sebagai pemersatu Ummat !!
Menyikapi perbedaan madzhab (Sunni dan Syiah), Habib Rizieq menyerukan untuk semua pihak agar bisa duduk bersama dan berdialog dari hati ke hati.
Habib menegaskan haramnya perilaku saling menghina simbol-simbol madzhab Islam.
Sebagai penutup, Habib Rizieq Syihab kembali mengingatkan kepada semua hadirin dan pendengar Radio Rasil agar jangan ada yang mencaci maki Keluarga Nabi saw dan Sahabat Nabi saw. Kalau anda menjumpai mimbar-mimbar yang mencaci maki Keluarga Nabi saw maupun Sahabat Nabi saw, jangan ragu untuk merobohkannya.