08/01/22

Mengkritisi Buku Panduan MUI (5): Syiah Rafidhah dalam Periwayatan Hadis Sunni

image

 Syiah Rafidhah dalam Periwayatan Hadis Sunni

Setelah kita saksikan bagaimana MMPSI mengarahkan pembaca untuk menyetujui kesesatan syiah dengan mengubah namanya menjadi rafidhah, maka berikutnya mencoba memperkuat asumsinya dengan menyatakan bahwa ulama hadis menolak periwayat rafidhah. Perhatikan pernyataan MMPSI di bawah ini :

  • “…Tidak ada syiah rafidhah yang dianggap moderat oleh para ulama salafSyiah moderat adalah syiah pada generasi sahabat dan thabiin yang berjuang bersama Ali dimana mereka tidak pernah bersikap ekstrim dalam memandang kedudukan Ali dan tidak pula mengutamakan Ali atas Abu Bakar dan Umar RA. Syiah moderat (yang tidak berakidah rafidhah) riwayatnya dapat diterima oleh para ulama hadis, tetapi tidak demikian halnya jika seorang perawi hadis tergolong syiah rafidah yang menolak, mencaci, dan mengafirkan Abu Bakar dan Umar serta mendakwahkan ajaran itu, pasti ditolak riwayatnya.” (hal. 18).

Tanggapan

Pernyataan MMPSI ini saling bertentangan dalam menjelaskan tentang rafidhah dan syiah moderat. Perhatikan, MMPSI menyatakan “Tidak ada syiah rafidhah yang dianggap moderat”. Siapakah yang dimaksud syiah moderat? MMPSI menyatakan: “Syiah Moderat adalah syiah yang tidak pernah bersikap ekstrim dalam memandang kedudukan Ali dan tidak pula mengutamakan Ali atas Abu Bakar dan Umar ra, dan riwayat dari syiah moderat (yang tidak berakidah rafidhah) dapat diterima.” Ini berarti : siapa saja yang menganggap Imam Ali lebih utama dari Abu Bakar dan Umar maka dia bukan syiah moderat, tetapi syiah rafidhah dan tidak diterima hadisnya.

07/01/22

Mengkritisi Buku Panduan MUI (4): Syiah dan Rafidhah

image

 Tentang Syiah dan Rafidhah

“Alhamdulillah, hari ini telah hadir ditengah-tengah kita, seorang narasumber yang sudah tidak asing bagi kita, seorang intelektual muda, yang cukup valid untuk membincangkan tema seminar kita hari ini. Dan perlu juga diketahui oleh para audiens, Pak Candiki Repantu ini adalah seorang tokoh syiah di Medan dan Sumatera Utara.”

Begitulah kira-kira saat beberapa waktu lalu saya diundang untuk menjadi narasumber dalam suatu seminar tentang “Teror atas Nama Tuhan”. Ada yang menarik kali ini, karena dari berbagai seminar yang saya hadiri, baru kali ini saya diperkenalkan oleh panitia kepada audiens, dengan menyematkan atau melabelkan sesuatu yang lain.

06/01/22

Mengkritisi Buku Panduan MUI (3): Sejarah Munculnya Syiah

image

 Bab II : Tentang Sejarah Munculnya Syiah

Adapun tentang sejarah munculnya syiah buku MMPSI ini menyebutkan sebagai berikut:

"Ada yang menganggap syiah lahir pada masa akhir kekhalifahan Utsman bin Affan ra atau pada masa awal kepemimpinan Ali bin Abi Thalib ra…tampaknya pendapat yang paling populer adalah bahwa syiah lahir setelah gagalnya perundingan antara pihat Khlifah Ali dengan pihak Muawiyah bin Abu Sufyan ra di Shiffin yang lazim disebut sebagai peristiwa tahkim (arbitrasi)…sebagian besar orang yang tetap setia kepada khalifah Ali disebut syiah Ali (pengikut Ali).” (hal.5-6)

Tanggapan :

Para ahli memang berbeda pendapat tentang munculnya syiah. Sebagian mengatakan sesaat setelah Nabi saaw wafat, yaitu ketika perdebatan di Saqifah. Yang lainnya menyatakan syiah lahir pada masa akhir Khalifah Usman, awal kepemimpinan Ali bin Abi Thalib (35 H). Pendapat lain menyatakan bersamaan dengan Khawarij, yakni pasca perang shiffin (Ensiklopedi Tematis Dunia Islam jilid III, 2002: 34). Ada juga pendapat, syiah muncul setelah peristiwa Karbala syahidnya Imam Husain as (Hitti, History of the Arab, 2003: 237).

05/01/22

Mengkritisi Buku Panduan MUI (2): Penyimpangan Antara Visi MUI dan Visi Penulis Buku

 image


Di awal-awal babnya buku MMPSI ini menjelaskan visi MUI sebagai berikut“Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah wadah musyawarah para ulama, zuama, dan cendekiawan Muslim, yang kehadirannya berfungsi untuk mengayomi dan menjaga umat. Selain itu MUI juga wadah silaturahim yang menggalang ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah insaniyyah, demi untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang harmonis, aman, damai, dan sejahtera dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.” (hal. 1).

Tanggapan :

Betapa indahnya kalimat-kalimat di atas, dan tentu kita semua berharap MUI memang menjadi lembaga yang mengayomi dan menjaga umat Islam yang berbeda-beda mazhabnya baik sunni maupun syiah.

04/01/22

Mengkritisi Buku Panduan MUI (1): Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia

image

 Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa aali Muhammad

 

Pembuka

Tulisan ini dibuat untuk menanggapi “Buku Panduan MUI” yang berjudul Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia ” (selanjutnya disebut MMPSI) yang diterbitkan oleh penerbit Alqalam yang dieditori oleh Prof. Dr. Hasan Baharun.


Tanggapan ini sebagai niat baik untuk konfirmasi dan informasi karena terdapat penyimpangan-penyimpangan yang fatal dalam buku tersebut.

Perlu diketahui, syiah yang dimaksud dalam tulisan ini adalah syiah imamiyah itsna asyariyah , yaitu syiah yang meyakini ada 12 imam setelah Rasul saaw yakni Imam Ali as hingga Imam Mahdi afs. Terkadang disebut juga Mazhab Ja’fari atau Mazhab Ahlul Bait.

03/01/22

Renungan Akhir Tahun, Bayangan Kematian [by KH Jalaluddin Rakhmat]

image

Waktu itu, malam tahun baru. Usai sholat maghrib, kami mengadakan pengajian singkat menyambut tahun baru . Saya menyarankan agar masing-masing merenungkan makna tahun baru bagi dirinya. Jamaah diam.

Pengajian tampak seperti upacara mengheningkan cipta. Kami tesentak ketika wak Haji, yang tertua diantara kami, memecahkan kesunyian, “Saya kira tidak layak menyambut tahu baru dengan pesta. Bukankah tahun baru adalah berita duka ? Bukankah setiap tahun baru mengantarkan kita lebih dekat ke kuburan ? Pada tahun-tahun yang lalu, maut telah mengambil kawan-kawan atau keluarga kita. Lalu, siapa yang akan dijemput maut tahun ini ?”

02/01/22

Abu Thalib sebelum Wafat

 Menjelang wafat, 'Abdul Muththalib berkata kepada Abu Thalib,

يا بني، قد علمت شدة حبي لمحمد (ص) ووجدي به أنظر كيف تحفظني فيه ؟

"Wahai anakku, kamu tahu betapa aku sangat mencintai dan menyayangi Muhammad Saw. Aku mau tahu bagaimana kamu akan menjalankan pesanku dalam mengasuhnya?"