08/10/22

Post-Revisionis Madzhab Ciputat [by Muhammad Babul Ulum]

 

image

Berulang saya katakan. Baik sarjana revisionis barat yang merevisi maupun sarjana tradisional Islam yang direvisi keduanya sama-sama politis-ideologis yang syarat dengan kepentingan penguasa. Sama-sama tidak mampu mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada sejarah Islam awal. Kalau sarjana Islam, jelas keberpihakannya pada sejarah penguasa atau sejarah mainstream. Dalam buku al-Muawiyyat, saya jelaskan secara detail disertai bukti-bukti tentang keberpihakan (penulis) sejarah pada penguasa, dan peran penguasa dalam menciptakan mitos sejarah.

07/10/22

Cacat Logika Ibnu Saba [by Muhammad Babul Ulum]

 

image

Penulis buku Bukan Sekadar Mazhab: Oposisi dan Heterodoksi Syiah, yaitu Syamsuddin Arif merupakan dosen Unida Gontor hanya satu contoh dari sesat pikir kaum terpelajar dalam membaca mitos Ibnu Saba. Kasus ini kita jadikan timbangan untuk mengukur kualitas intelektual dan obyektifitas seorang akademisi.  

Bukan hanya Arif, hampir semua sarjana tradisional Islam melakukan kesalahan fatal dalam riset akademik mereka. Karena itu menjadi sasaran kritik madzhab revisionis Barat. Kesalahan tersebut berporos pada penelitian bukti. Yaitu menjadikan paham/ideologi/dogma sebagai alat bukti. Ilmu logika menyebutnya kesalahan a priori. Tan Malaka dalam Madilog menyebutnya mistifikasi dan post-revisionis menyebutnya khayalisasi. Yaitu khayalan dibuat sebagai alat bukti. 

06/10/22

AHLUS-SUNNAH WAL-JAMAA'AH: Sejarah Kelahiran dan Perkembangannya

Banyak ahli, termasuk Fazlur Rahman di kalangan ahli kajian Islam internasional, dan murid beliau, Nurcholish Majid, di Indonesia, berkeyakinan bahwa kelahiran mazhab Ahlus-Sunnah bermula pada masa-masa terjadinya al-Fitnah al-Kubra (Kekacauan Besar) bersamaan dengan masa kekhalifahan Sayidina Ali bin Abi Thalib. Meskipun demikian, sebagaimana saya tuliskan pada bab-bab sebelumnya, tidak berarti bahwa kelahiran ahlus Sunnah semata-mata merupakan produk politik. Sebagaimana mazhab lainnya, politik bisa saja menjadi pemicu, yang absah (legitimate), bagi kelahiran sebuah mazhab. Tapi selalu ada dasar-dasar doktriner yang lebih asli (genuine) - yakni yang berakar pada penafsiran orisinal suatu kelompok terhadap ajaran Islam - baginya.

05/10/22

Profil Nabi Muhammad Saw

Banyak orang bertanya kepada saya: Seperti apakah Nabi saw itu, bagaimana gambaran beliau secara jasmaniah, bagaimana penampilannya, bagaimana duduknya, bangunnya, berjalannya, makannya atau tidurnya? Saya membuka kitab-kitab hadis. Saya terpesona karena saya menemukan kelurga dan sahabat Nabi saw melukiskannya dengan sangat jelas dan terperinci. Saya pikir tidak pernah ada tokoh besar dunia yang digambarkan begitu terinci seperti kaum muslim menggambarkan Rasulullah. 

04/10/22

SUNNAH-SYIAH BERTEMU DI TENGAH-TENGAH (Bagian 2)

Juga dalam ilmu kalam (teologi-dialektis), bahkan fiqh, Sunnah dan Syiah tak seberbeda yang dikira orang. Sudah menjadi kelaziman bahwa orang menganggap teologi Syiah lebih dekat kepada Mu'tazilah, ketimbang Asy'ariyah - yang dianggap sebagai aliran teologi ahlus-Sunnah. Pernyataan ini memang bukannya sama sekali tak mengandung kebenaran, tapi hanya sejauh dalam hal metodologi (manhaj) pembahasan topik-topik kalam. Atau paling jauh dalam hal epistemologinya.

03/10/22

Belajar Tasawuf: Al-Bashirah

Secara bahasa Arab, bashiroh (بَصِيْرَةٌ) itu berasal dari kata bashor (بَصَرٌ). Arti kata bashor (بَصَرٌ) adalah mata (atau indera penglihatan) dan ilmu. Jamak dari bashor (بَصَرٌ) adalah abshoor (اَبْصَارٌ). Diketahui dalam Al-Quran ada istilah “Ulil Abshoor” (اُولِى اْلاَبْصَارِ) yang berarti orang yang mempunyai ilmu, kecerdasan, wawasan, dan pandangan yang jauh ke depan. Ini terlihat pada pemakaian kata “Ulil Abshoor” (اُولِى اْلاَبْصَارِ) dalam QS. Ali Imran: 13, An-Nuur: 44, Shood: 45, dan Al-Hasyr: 2. Dengan demikian, kata bashiroh (بَصِيْرَةٌ) juga berarti al-fithnah (kecerdasan) dan al-hujjah (argumentasi). 

Kitab Al-Hikam

Dalam kitab Alhikam karya Syekh Ahmad ibnu Muhammad Ibnu Atha’illah As-Sakandari diterangkan yang berkaitan dengan bashiroh. Ibnu Athaillah berkata: