Al-Nafs dalam proses pergumulan di antara Syahwat, Aql dan Qalbnya menyebabkan terjadinya tingkatan pada al-Nafs manusia.
Nafs al-Amarah
Ketika Syahwat mengambil kendali atas Aql dan Qalb maka kondisi al-Nafs nya adl kondisi Nafs al-Amarah.
Jadilah engkau orang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu, dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka. (HR Al-Baihaqi)
Al-Nafs dalam proses pergumulan di antara Syahwat, Aql dan Qalbnya menyebabkan terjadinya tingkatan pada al-Nafs manusia.
Nafs al-Amarah
Ketika Syahwat mengambil kendali atas Aql dan Qalb maka kondisi al-Nafs nya adl kondisi Nafs al-Amarah.
Di antara perkataan Nabi Isma‘il as yang terekam dalam al-Qur‘an, bagian ayat 102 surah ash-Shaffat:
يَا
أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ
Yaa
abati if‘al maa tu‘mar (Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu).
Kata tu‘mar (diperintahkan) adalah fi‘il mudhari’ majhul (kata kerja sekarang pasif). Hal ini mengisyaratkan bahwa jawaban Nabi Isma‘il as menjadi bukti kuat bahwa dirinya siap melaksanakan perintah Allah Ta‘ala, dan bahwa hendaknya sang ayah (Nabi Ibrahim as) juga melaksanakan perintahNya yang sedang maupun yang akan diterimanya.