07/05/22

Ziarah Kubur [by KH Jalaluddin Rakhmat]

Sebagian kaum muslimin Indonesia, dari dulu sampai sekarang, biasa menyambut bulan Ramadhan (dan setelah shalat Idul Fitri) dengan acara ziarah ke kubur. Orang Jawa menyebutnya “Nyadran”, sementara orang Sunda menyebutnya “Nadran”. 

Dalam acara itu, mereka berkunjung ke pusara orang tua atau karib kerabat yang telah mendahului mereka menghadap Allah Swt.  Belakangan ada sebagian diantara kita yang memandang ziarah kubur sebagai berbuatan yang tidak diajarkan Islam, tetapi diadopsi dari ajaran leluhur. Betulkah pendapat itu? Apakah ziarah kubur merupakan sunnah yang dianjurkan Nabi Saw, atau bid’ah, hal baru yang dibuat-buat kemudian hari? Apa dasar-dasar ziarah kubur dalam Al-Quran dan Sunnah?  

06/05/22

Penemu Ilmu Tajwid

Ilmu tajwid mencakup cara membaca huruf bahasa Arab secara benar, menjaga sifat, kekhususan huruf-huruf dan kaidah-kaidah lain yang berhubungan. Apabila yang dimaksud dengan penemuan ilmu tajwid ini adalah penemuan jenis dialeknya maka hal itu harus dikaitkan dengan seseorang yang menciptakan bahasa Arab. Tentu saja pencipta asli bahasa-bahasa adalah Allah Swt.

05/05/22

Untuk Gubernur Jabar tentang Shalat Tiga Waktu

Berikut ini tanggapan untuk pernyataan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan tentang shalat tiga waktu yang dimuat dalam Republika Jabar, tanggal 10 Mei 2016, halaman 14.

 

Bismillahirrahmanirrahim.

Allahumma shalli 'ala Sayyidina Muhammad wa Aali Sayyidina Muhammad.
Ibu dan Bapak, ada yang tanya kepada saya tentang pernyataan Pak Gubernur. Berikut komentar saya.

Pak Gubernur benar. Kalau orang shalatnya tiga kali, ia keliru. Ia harus diberitahu bahwa shalat yang benar adalah lima kali. Tetapi, beliau tidak bisa mengatakan orang yang shalat tiga waktu sama dengan tiga kali. Berbeda. Tiga waktu itu adalah: 

04/05/22

Al-Quran sebagai kalam Allah dan Nabi

Dalam satu diskusi, saya pernah mengatakan setuju dgn pandangan Fazlur Rahman bahwa alquran sepenuhnya kalam Allah dan sekaligus sepenuhnya perkataan Nabi Muhammad. Begini kata Rahman, “The Qur’an is the word of God insofar as it is infallible and absolutely free from falsehood, but insofar as it comes to the Prophet’s heart and then his tongue, it was entirely his word.”

Tentu, pandangan Rahman ini bertentangan dgn paham ortodoks yang memposisikan Nabi sebagai penerima wahyu yang pasif. Definisi al-Qur’an yang disepakati ulama-ulama ortodoks ialah “kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi melalui malaikat Jibril." Dalam definisi ini, lafaz-lafaz al-Qur’an itu seperti didektikan oleh Jibril, sehingga Nabi tidak punya peran apa pun.

03/05/22

Siapa Perantara Wahyu?

Dalam kutipan tentang bagaimana wahyu diturunkan, seperti saya tulis sebelumnya ("Al-Qur'an Kalam Allah dan Perkataan Nabi"), Zarkasyi dan Suyuti menyebut Jibril sebagai perantara. Tiga pandangan yang diriwayatkan dua penulis ulumul Quran itu bersekapat bahwa al-Qur'an diturunkan kepada Nabi melalui perantaraan Jibril.

Perbedaan di antara tiga pandangan itu ialah soal apa yang dibawa Jibril: (1) makna dan lafaz dari Tuhan, (2) makna dari Tuhan dan lafaz dari Nabi, atau (3) makna dari Tuhan dan lafaz dari Jibril. Tiga pandangan ini sudah didiskusikan dalam tulisan terdahulu.

02/05/22

Khutbah Idul Fitri: Komponen-komponen Tasyakkur [by KH Jalaluddin Rakhmat]


Allahu Akbar!  Wahai Yang Menguasai alam semesta,

Yang Menghidupkan dan Mematikan, saksikanlah, hari ini kami bersimpuh lagi di hadapan keagungan-Mu.

Allahu Akbar, Tiada Tuhan kecuali Engkau.

 Dengarlah puja dan sanjungan kami!

Terimalah sembah dan pengabdian kami!

Hadirin dan hadirat...

Dalam rangkaian ayat-ayat puasa, pada salah satu ayatnya Allah mengakhiri dengan perintah:

(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan “hendaklah kalian sempurnakan bilangan (puasamu), dan besarkanlah Allah atas petunjuk-Nya padamu, supaya kalian bersyukur.”  (Qs.Al-Baqarah[2]:185)

Dengan ayat ini Allah mengajarkan kepada kita bahwa setelah selesai menjalankan ibadah puasa, kita harus membesarkan Allah  dan bersyukur kepada-Nya. Ayat ini juga menegaskan, bahwa dalam kehidupan Muslim, kita berjalan dari takbir ke tasyakkur.

01/05/22

Mau Tahu Perbedaan Sunni dan Syiah?


Di manakah letak perbedaan dua mazhab besar Islam, Sunni dan Syiah? Ternyata, menurut Ketua Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Jalaluddin Rakhmat, terletak dasar hadits yang digunakan kedua aliran besar tersebut. 

“Sunni memiliki empat mazhab Hambali, Syafi’i, Maliki dan Hanafi. Apakah ajaran keempat mazhab itu sama? Tidak ada yang berbeda,” katanya dalam seminar dan deklarasi Majelis Sunni Syiah Indonesia (MUHSIN) di Masjid Akbar, Kemayoran, Jakarta, Jumat (20/5/2012).