1
Imam Husen imam kaum mustadh`afin
Ngocorkeun getihna
Ngajait nasib nu leutik
Ngabela umat tunggara
Jadilah engkau orang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu, dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka. (HR Al-Baihaqi)
1
Imam Husen imam kaum mustadh`afin
Ngocorkeun getihna
Ngajait nasib nu leutik
Ngabela umat tunggara
Lelaki itu berusia sekitar 58 tahun. Pada hari kesepuluh bulan Muharram, di tahun 61 H, selepas menunaikan shalat subuh, dia bergegas keluar tenda dan menaiki kuda kesayangannya. Pria itu menatap pasukan yang tengah mengepungnya. Mulailah dia berpidato yang begitu indah dan menyentuh hati:
قال:
أما بعد، فانسبوني فانظروا من أنا، ثم ارجعوا إلى أنفسكم وعاتبوها، فانظروا، هل يحل
لكم قتلي وانتهاك حرمتي؟ ألست ابن بنت نبيكم ص وابن وصيه وابن عمه، وأول المؤمنين بالله
والمصدق لرسوله بما جاء به من عند ربه! او ليس حمزة سيد الشهداء عم أبي! أوليس جعفر
الشهيد الطيار
ذو الجناحين عمى! [او لم يبلغكم قول مستفيض فيكم: إن رسول الله ص قال لي ولأخي: هذان
سيدا شباب أهل الجنة!] فإن صدقتموني بما أقول- وهو الحق- فو الله ما تعمدت كذبا مذ
علمت أن الله يمقت عليه أهله، ويضر به من اختلقه، وإن كذبتموني فإن فيكم من إن سألتموه
عن ذلك أخبركم، سلوا جابر بن عبد الله الأنصاري، أو أبا سعيد الخدري، أو سهل بن سعد
الساعدي، أو زيد بن أرقم، أو أنس بن مالك، يخبروكم أنهم سمعوا هذه المقاله من رسول
الله ص لي ولأخي.
أفما في هذا حاجز لكم عن سفك دمي!
Saya mohon izin untuk menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan syahidnya Al-Husayn dalam hadis dari kitab Ahlussunah atau Sunni. Mudah-mudahan ini menjadi tambahan informasi bagi kita semua dan menumbuhkan saling pengertian di antara kedua mazhab besar dalam Islam.
Sepuluh Muharam dalam bahasa Arab disebut Asyura. Orang Jawa menyebutnya Suro. Di beberapa daerah Jawa Barat, hari itu biasanya dirayakan dengan membuat bubur merah putih: bubur sura.
Sudah sukar menemukan orang tua yang dapat menjelaskan asal usul upacara itu. Para ulama yang ditanya menjelaskan disunatkannya puasa pada waktu hari itu. Mengapa? Karena hari itu adalah hari pertolongan Allah pada para nabi dalam menghadapi orang-orang zalim.
Bacaan tahlil atau tahlilan seringkali dilakukan untuk mengirim pahala kepada mayat pada hari ketuju dari kematiannya. Ternyata ada hadis yang menjadi sandaran bagi pelaksanaan tahlil, talqin dan sedekah untuk mayat selama tujuh hari, yaitu Imam Ahmad bin Hambal meriwayatkan dalam kitab “Az- Zuhd”, sebagaimana dikutip oleh Al-Hafiz Ibnu Hajar dalam kitab ‘Al-Mathalib Al-Aliyah (5/330) juga oleh As- Suyuthi dalam kitab “Al- Hawi Lil Fatawa (2/216). يَّام َ أ بُ ْو ِر ِه ْم َسْبعَةَ ْي قُ ْو َن فِ تَنُ َمْو َت يُفْ ْ اِ َّن ال ِ
“Sesungguhnya orang-orang mati itu akan diuji di dalam kubur mereka selama tujuh hari." Karena mayat di dalam kubur, menurut hadis ini, diuji selama tujuh hari maka ulama Ahlissunnah waljamaah berpendapat bahwa hukumnya sunnah untuk didoakan, ditahlilkan, ditalqin, dan disedekahi selama tujuh hari/malam.
Suatu ketika bertemulah Abu Hanifah (nama yang biasa dipanggil Numan), salah seorang fuqaha Ahlu Sunnah wal Jamaah, ke rumah Imam Jafar Shadiq as. Abu Hanifah meminta izin untuk bertemu, tetapi Imam Jafar tidak memperkenankannya. Kebetulan datang rombongan orang Kufah meminta izin untuk bertemu dan Abu Hanifah masuk dengan mereka.
Setelah selesai pertemuan dengan orang-orang Kufah, Abu Hanifah berkata: “Wahai Putra Rasulullah, alangkah baiknya jika Anda menyuruh orang pergi ke Kufah dan melarang penduduknya mengecam sahabat Rasulullah saw. Aku lihat di sana lebih dari 10.000 orang mengecam sahabat."
Imam Jafar: “Mereka tidak akan menerima laranganku wahai Numan.”
Abu Hanifah: “Siapa yang berani menolak Anda, padahal Anda Putra Rasulullah?”