19/02/22

Belajar Tasawuf: Mengolah Jiwa (Al-Riyadhah)

 وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَآ اٰتَوْا وَّقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ اَنَّهُمْ اِلٰى رَبِّهِمْ رٰجِعُوْنَ ۙ

Dan orang-orang yang memberikan apa yang mereka berikan dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya.

Al-Quran surah Al-Mukminun ayat 60 ini sebagai dasar bahwa upaya yang dilakukan seorang salik (penempuh jalan ruhani) dan ketaatan yang dilakukan didasarkan pada rasa takut dan khawatir bahwa seluruh amal dan ketaatannya tidak akan diterima Allah SWT. 

18/02/22

Jalan Cinta: Tasawuf Allahyarham KH Jalaluddin Rakhmat [by Dr Asep Salahudin]

Saya teringat ketika Ibn Arabi ditanya ihwal agama yang dianutnya, ia menjawab, “Cinta adalah agamaku; kemanapun binatang penunggangnya menuju, di sanalah agama ditambatkan.”

Tatkala al-Fadhil ibn Yasar bertanya kepada Imam Ja’far ash-Shadiq as. tentang dari mana iman itu berasal? Beliau  tegas menjawab, “Keimanan itu tak lain adalah cinta.” Dalam ungkapan Imam Baqir as, “Agama adalah cinta dan cinta ialah agama.”

USTADZ PUJAAN UMAT DAN PENGHARAMAN WAYANG

Banyak orang  mengaitkan radikalisme dengan kemiskinan. Padahal faktanya radikalisme menjangkiti orang-orang dari kelas ekonomi menengah karena gerakan ini perlu dana operasional dan logistik. 

Banyak orang mengaitkan radikalisme dengan rendahnya pendidikan. Padahal faktanya radikalisme menyasar kalangan terdidik serta "menguasai" banyak perguruan tinggi negeri dan swasta.

Banyak orang mengaitkan radikalisme dengan minimnya pengetahuan agama. Padahal faktanya dalam lembaga yang berisi sekumpulan orang yang dikenal atau mengaku ulama di pusat dan daerah, ditemukan beberapa teroris.

17/02/22

Kang Jalal di Medan, Sebuah Catatan Kenangan

Tanggal 15 Februari 2021, sore hari menjelang Maghrib mendadak hp saya dipenuhi pesan chat dari para akademisi, ulama, mubaligh, cendekiawan, dan aktivitis Sumatera Utara. Semua chat tersebut mempertanyakan satu hal kepada saya, “benarkah berita bahwa Kang Jalal telah meninggal dunia?”. Saya tak bisa segera menjawab, saya mencari info A1 lebih dulu, dan baru menjawab dengan pasti bahwa berita tersebut benar, sang maha guru telah pergi mendahului kita semua. Ucapan bela sungkawa dan merasa kehilangan serta pujian pada kepribadian Kang Jalal disampaikan mereka kepada saya.

Pertemuan Pertama, Tauhid Mufadhdhal: Mengurai Tanda Kebesaran Allah

 

PERTAMA.

Perbincangan Ibnu Abil-‘Awjā’iy dengan sahabatnya.

Muḥammad bin Sannān (11) meriwayatkan: Menyampaikan kepadaku Al-Mufadhdhal bin ‘Umar. (22) Dia berkata: “Suatu hari setelah ‘Ashar, aku duduk di Rawdhah antara kubur dan mimbar. Aku memikirkan tentang apa yang Allah s.w.t. khususkan kepada Sayyidinā Muḥammad s.a.w. berupa kemuliaan dan keutamaan, serta apa-apa yang Dia karuniakan berupa anugerah kepadanya, yang kesemuanya tidak diketahui oleh kebanyakan umat. Mereka tidak mengetahui keutamaan dan kedudukannya yang agung serta martabatnya yang tinggi. Aku pun demikian, hingga suatu saat aku menemui Ibn Abil-‘Awjā’ (33). 

16/02/22

Kadrunisme dan Cebongisme

Terus terang saya pribadi sebenarnya sangat berkeberatan menyebut kata “kadrun” dan “cebong”, karena dua kata ini sebuah penghinaan tehadap orang dan kelompok. 

Dua kata ini sejak beberapa tahun silam hingga saat ini sudah menjadi hal lumrah, meskipun orang dan kelompok yang dipanggil dengannya akan marah dan tersinggung.

Saya tidak tahu persis apa yang melatarbelakangi kemunculan dua kata tersebut; apakah karena seorang pejabat daerah yang non Muslim salah dalam mengartikan ayat Al Qur’an lalu dipolitisasi sedemikian rupa oleh banyak kalangan yang mempunyai kepentingan dan agenda sendiri, atau muncul karena murni faktor agama? 

15/02/22

Game yang Boleh dan yang Dilarang

Soal: Apakah ada pedoman-pedoman tertentu untuk pusat-pusat hiburan dan game sehingga diketahui mana yang boleh dan mana yang dilarang? 

Inilah Teladan dari Kang Jalaluddin Rakhmat

Di Bandung, jelang pergantian alaf, terbit buku Zaman Baru Islam. Buku yang disusun Dedy Djamaluddin Malik dan Idi Subandy Ibrahim ini berisi biografi tokoh cendekiawan Muslim Indonesia. Umumnya, buku tokoh mestilah mencakup banyak orang.

Namun, buku ini sedemikian rupa memfilter dari ratusan cendekiawan itu hanya empat saja. Dan, tokoh yang kita bicarakan ini ada dalam filter itu.

Empat tokoh yang semuanya adalah penulis itu bernama Abdurrahman Wahid, M. Amien Rais, Nurcholish Madjid, dan Jalaluddin Rakhmat.

Bayangkan, Saudara, hanya empat. Genap betul. Mengapa empat? Mungkin, karena empat tokoh itu adalah pembikin berita, si newsmaker. Mereka yang kerap menjadi pusat percakapan, cover story. Itu kata lain dari si pemancing keributan.