19/03/22

Belajar Tasawuf: Al-Raja’ (Harapan Hati kepada Allah) [by Dr Kholid Al Walid]

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap Allah (QS 33:21). 

Syaikh Abdullah Anshari dalam kitab Manazil Sairin, menyandarkan al-raja’ pada ayat itersebut, yang menunjukkan bahwa melalui Rasulullah Saw seorang mukmin dapat berharap kepada Allah SWT. 

Selanjutnya Syaikh menyatakan bahwa tahapan al-raja’ adalah tahap terlemah bagi murid karena padanya ada pertentangan dan ada penentangan. Mengapa dianggap tingkatan paling lemah bagi seorang murid? Karena seakan padanya ada ketidakrelaan terhadap apa yang ditetapkan al-Haqq pada dirinya. Di satu sisi ada pertentangan karena al-Haqq adalah penguasa mutlak yang berhak melakukan apa pun padanya. Jika dirinya menyadari hal ini maka tidak layak baginya untuk menginginkan agar al-Haqq berlaku sesuai keinginannya. Penentangan muncul karena seakan dia menginginkan hal lain dari yang ditetapkan al-Haqq atas dirinya. 

Pengantar Rintihan Suci Ahli Bait Nabi (2) [by KH Jalaluddin Rakhmat]

Mengapa dipilih rintihan Ahli Bait?

Nabi pernah berlindung kepada Allah dari doa yang tidak didengar dan hati yang tidak khusyuk. Doa yang didengar dan hati yang khusyuk tidak dapat dipisahkan. Allah tidak akan mendengarkan doa dari pedoa yang lalai, yang hatinya kosong. Kapan hati kita tenggelam dalam doa? Kita berdoa khusyuk hanya bila kita merintih,  jika kita mengadukan segala duka dan harapan kita di hadapan Rabbil 'Alamin, bila kita merasakan segala kelemahan dan  kehinaan kita.

18/03/22

Pengantar Rintihan Suci Ahlil Bait Nabi (1) [by KH Jalaluddin Rakhmat]

Pada lima dasawarsa terakhir abad pertama hijriyah, umat Islam menyaksikan berbagai tragedi yang mengerikan. Lima puluh tahun setelah Rasulullah saw wafat, cucunya dibantai di Karbela. Husain yang pernah ditimang Rasul ketika ia berkhotbah dan diletakkan di punggungnya ketika ia bercanda, diinjak-injak kaki kuda. Kepalanya yang sering diusap Nabi, diarak ratusan kilometer. Bibirnya, yang sering dikecup Nabi , ditusuk-tusuk dengan tongkat Yazid, sang penguasa waktu itu. 

17/03/22

Masalah "Kita" dalam Buku [by Munim Sirry]

Beberapa orang mempermasalahkan kata “kita” dalam buku saya yang distabilo Sdr. Nuruddin. Mereka bertanya, apakah “kita” termasuk saya (penulis)? Kata tersebut berada dalam paragraf yang berbunyi berikut: “Pertanyaannya kemudian adalah: Siapa/apa yang menjadi sasaran kritik dari teks-teks polemik Al-Quran ini? Pertanyaan ini terasa lebih penting lagi apabila kita amati bahwa Al-Qur’an ternyata mengarahkan kritiknya bukan pada ajaran ‘arus utama’ Yahudi dan Kristen. Pembacaan singkat atas Al-Qur’an dapat mengantarkan KITA pada kesimpulan bahwa Muhammad tidak memiliki informasi yang memadai atau salah paham tentang ajaran Yahudi dan Kristen.”

16/03/22

Tradisi Intelektual Islam Klasik [by Munim Sirry]

Di antara karakteristik tradisi intelektual Islam klasik yang paling saya suka ialah keterbukaan dan fairness (berlaku adil) dalam menyikapi pandangan ulama-ulama lain. Saya kira ini kunci dari kemajuan ilmu pengetahuan di masa-masa kecemerlangan perabadan Islam, sehingga disebut oleh seorang penulis sebagai “peradaban teks”. 

15/03/22

BAYI-BAYI TUMBUH [by Kuswaidi Syafiie]

Masa-masa ketika kita masih bayi adalah masa-masa kesucian sekaligus kepolosan. Gerak-gerik kita waktu itu sama sekali tidak tersentuh oleh dosa-dosa. Juga tidak berkelindan dengan pahala. Karena di saat-saat yang lazimnya sangat membahagiakan bagi orang-orang tua itu kita belum terbebani sedikit pun oleh taklif dalam agama Islam.

Di masa-masa itu gerakan-gerakan kita adalah gerakan-gerakan kemalaikatan yang terlaksana secara otomatis. Begitu alamiah. Begitu sederhana. Waktu itu kita terlampau lugu untuk berurusan dengan pilihan-pilihan. Tidak ada asumsi, pun tidak ada persepsi pada diri kita. Episode nasib baru dimulai. Lembaran umur baru dibuka.

14/03/22

Berdua Menuju Surga [by Dr. Dudung Nurullah Koswara, M.Pd.]

Satu tokoh asal Jawa Barat yang sangat cendikia dan agamawan adalah Jalaluddin Rakhmat. Akrab dipanggil Kang Jalal. Ia pada bulan Februari tahun 2021 di satu pekan yang sama, saat wabah Covid-19,  bersama istri tercinta Euis Kartini dipanggil Ilahi. Sungguh wafat yang indah bersama-sama, sehidup semati, menuju Surga.

Sosok Kang Jalal adalah pribadi istimewa. Ia pembelajar yang luar biasa, terutama sejak mahasiswa. Ia terlahir dari keluarga NU, aktif di Muhammadiyah dan Ia pun menjadi tokoh yang  mendirikan IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia).

13/03/22

Glosarium (Istilah yang Populer) dalam Tasawuf

Dalam program Belajar Tasawuf di  YouTube Misykat TV  yang diasuh oleh Dr Kholid Al Walid, ada yang menyampaikan saran pada kolom chat room bahwa kajian tasawuf susah dicerna karena terdapat istilah Arab yang tidak diketahui maknanya. 

Harus diakui untuk yang pemula atau belum memasuki kuliah di UIN/IAIN/STAI maka istilah keislaman atau yang terkait dengan ilmu-ilmu Islam yang muncul dalam forum diskusi atau ceramah, akan membuatnya tidak mengerti. Sebaiknya layak ditanyakan jika ada yang tidak diketahui. Apalagi menyangkut pemahaman agama Islam dan proses untuk menyempurnakan diri untuk menuju jalan Ilahi. 

Sekadar membuka dan mengetahui secara ringkas tentang istilah yang terdapat dalam ilmu tasawuf, maka bisa dibaca istilah di bawah ini:

Belajar Tasawuf: Ketundukan [by Kholid Al Walid]

Allah SWT berfirman: Belum tibalah saatnya bagi orang-orang beriman untuk menundukkan hatinya mengingat Allah (QS 57:16). Ketundukan adalah diri yang merasa kecil atau tubuh yang merendah untuk menganggungkan atau karena rasa takut. Ketundukan adalah rasa rendah karena keagungan zat yang dihadapi akibat rasa takut atau rasa yang cinta timbul. 

Pada tingkat yang pertama adalah kerendahan dihadapan perintah, penerimaan terhadap hukum atau ketetapan dan ketidak berartian dihadapan penyaksian al-Haqq Kerendahan dihadapan perintah yaitu penghambaan (al-Taabud) diri dihadapan perintah Tuannya sehingga tidak lagi mempertanyakan sebab dari perintah tersebut kepadanya.