21/08/21

Dalam Beragama Perlu Akal [by KH Jalaluddin Rakhmat]

Mempelajari filsafat tidak hanya mengetahui teori-teori filsafat, tetapi juga mempraktikkan cara berfikir filsafat. Filsafat berguna dalam diskusi. Misalnya kalau kita diskusi antar mazhab biasanya tidak nyambung. Katakanlah diskusi antara orang Persis (Persatuan Islam) dengan orang NU (Nahdlatul Ulama). NU bersandar pada dalil-dalil yang dipegang NU dan Persis bersandar dengan dalil-dalil yang mendukung Persis. Kalau bersandar dengan masing-masing dalil tidak akan nyambung karena memegang keyakinannya sendiri-sendiri.

Sebetulnya ada yang bisa mempersatukan, yaitu menggunakan akal. Gunakanlah akal untuk menguji masing-masing dalil. Penggunaan akal dengan sistematis itulah yang disebut berfilsafat. Agar kita berfikir secara jernih. Itu namanya berfilsafat. Kalau kita berdiskusi antar agama dengan menggunakan masing-masing pegangannya maka tidak akan menyambung. Kalau orang Kristen menggunakan kitab sucinya saat berdiskusi dengan orang Islam maka tidak akan nyambung.

ABOEBAKAR ATJEH: Aliran Syiah Di Nusantara (2)

image

Oleh H. ABOEBAKAR ATJEH

NAMA Syiah itu pada awal mulanya berarti golongan, firqah dalam bahasa Arab. Tetapi telah pada permulaan Islam nama ini terutama digunakan untuk suatu golongan yang tertentu, yaitu golongan yang sepaham dan membela Ali bin Abi Thalib, khalifah yang keempat, suami dari anak junjungan kita Nabi Muhammad SAW, bernama Fatimah dan kemenakan penuh dari Nabi, karena ia anak pamannya Abu Thalib, saudaranya ayahnya.

Dalam masa salaf, zaman Nabi dan sahabatnya, perkataan ini belum digunakan orang, tetapi untuk itu dipakai perkataan Ahlil Bait atau Alawi atau Bani Ali atau Ba Alawi. Orang-orang Syi’ah itu, artinya orang-orang yang masuk golongan Saidina Ali, mempercayai bahwa Saidina Ali itulah orang yang berhak menjadi pengganti Nabi sesudah wafatnya. Begitu pula khalifahan itu turun-menurun dari padanya, sebagai orang yang berhak menjadi Imam, yaitu kepala masyarakat kaum muslimin. Karena mereka itulah, yang juga dinamakan Ahlil Bait, yang lebih mengetahui dan lebih dekat serta lebih meyakini akan ajaran Nabi Muhammad.

20/08/21

Aboebakar Atjeh: Aliran Syiah di Nusantara (1)

PENDAHULUAN

Sesudah saya menulis beberapa kitab mengenai Mazhab Syi’ah, terutama Syiah Itsna Asyari Imamiyah atau Mazhab Ahlil Bait, dan tersiar tidak saja di seluruh Indonesia, tetapi juga di luar Negeri, misalnya di Malaysia. Banyak orang bertanya kepada saya, kapan aliran Syiah itu masuk ke Indonesia?

Saya jawab bahwa mengenai Islam, aliran Syiah-lah yang mula-mula masuk ke Indonesia melalui orang-orang Hindu, yang sudah masuk Islam, dan yang terserak di tepi pantai pulau-pulau Indonesia mengurus perdagangan dengan bangsa-bangsa Asing yang datang berdagang ke Indonesia.

19/08/21

Mengapa Muslim Syiah berkabung atas Imam Husain as?

Sejak hari syahadah Imam Husain as, para pengikutnya memulai satu tradisi berkabung mengenang tragedi tersebut yang berlanjut sampai hari ini. Setiap tahun, ratusan juta Muslim Syiah, di samping banyak Muslim Sunni lainnya, bahkan banyak non-Muslim, berdukacita dan memperingati tragedi itu. Kami mengenang tragedi Imam Husain as untuk tetap menjaga dan menghidupkan pesannya. Kami menangisinya dalam rangka melestarikan nilai-nilai perjuangannya.

18/08/21

Kapan Imam Husain as tiba Karbala dan Bagaimana Urutan Peristiwanya?

 

image

Pada hari kedua Muharram, tahun 61 AH (680 M), kafilah Imam Husain as tiba di padang Karbala. Beliau bertanya kepada para sahabatnya tentang nama daerah tersebut. Dia diberitahukan beberapa nama sampai akhirnya disebutkan padanya bahwa daerah itu bernama Karbala.

Dalam bahasa Arab, kata Karbala merupakan gabungan dari dua kata: Karb dan bala', yang berarti penderitaan dan bencana. Benar, tanah itu akan menjadi tempat duka dan bencana dalam beberapa hari kemudian. Setelah mengetahui bahwa daerah itu adalah Karbala, Imam Husain as memerintahkan para sahabatnya untuk membangun tenda. Dia mengatakan kepada mereka, "Di sinilah kita akan tinggal. Di sinilah anak-anak kita akan dibantai. Di sinilah orang-orang kita akan dibunuh. Di sinilah perempuan kita akan diambil sebagai tawanan."

17/08/21

Puasa Asyura (10 Muharram) menurut Sayyid Khamenei dan Sayyid Sistani

 

image

 

Kaum Ahlussunnah melakukan puasa pada hari asyura atau 10 Muharram dengan mengacu pada hadis-hadis. Namun, tidak sedikit pula yang tidak melakukannya karena bukan termasuk wajib. Sedangkan dalam Islam mazhab Syiah Imamiyah yang dikenal dengan sebutan Ahlulbait berdasarkan fatwa dari ulama Marja Taqlid menyatakan lebih utama imsak.

Berikut ini fatwa tentang puasa 10 Muharram yang disampaikan oleh Sayyid Khamenei dan Sayyid Sistani sebagai ulama marja taqlid yang banyak diikuti kalangan Muslim Syiah di seluruh dunia.