01/05/23

Marifat Doa: Upaya Menggapai Rahmat Ilahi (6 dan 7) [by Kholid Al Walid]

Bagian 6

Tidak jarang kita merasa jawaban atas doa-doa yang kita panjatkan tidak kunjung tiba. Harapan yang selama ini selalu terselip dalam untaian permohonan  belum juga menampakkan wujudnya. Sedih rasanya dan hampir-hampir kita berputus asa. 

Namun pernahkah kita sadari bahwa seperti hal-hal lainnya, doapun memiliki ketentuan dan syarat. Memenuhi ketentuan dan syarat merupakan hal penting bagi terkabulnya doa. Ada 20 Syarat bagi Doa: 

Pertama, Ma'rifatullah. Bahwa hal yang paling mendasar adalah keyakinan akan kemampuan Allah SWT untuk mewujudkan apapun yang diharapkan seorang hamba. 

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (QS :186)  

Rasulullah Saw bersabda: "Sekiranya kamu mengenal Allah dengan ma'rifat yang benar maka do'amu mampu menggerakkan gunung-gunung". 

Kedua, Berprasangka baik pada Allah. Bagaimana pun keadaan kita. kita harus yakin bahwa Allah mendengar, menerima dan mengabulkan doa yang kita panjatkan. 

"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. (QS 39:53)  

"Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengeahui.” (QS 2: 268) 

Ketiga, Penyerahan total pada Allah dan berputus harapan dari manusia. "Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (QS 2: 186) 

Dalam hadist Quddsi Allah SWT berfirman kepada Isa ibn Maryam: “'Wahai Isa berdoalah kepada-Ku dengan Do'a orang ketakutan karena hampir tenggelam dan tidak ada penolong kecuali Aku. Wahai Isa mintalah kepada-Ku dan jangan minta kepada selain-Ku. Perbaikilah doamu kepada-Ku niscaya Aku berikan yang terbaik untukmu" (Kalimatullah Hiya Ulya).

Ketika berdoa jangan pernah terbayang bahwa ada tangan lain selain Allah SWT yang akan membantu kita. 

Bagian  7 

Keempat, melalui pintu-pintu Allah. "Dan Allah memiliki nama-nama yg indah maka berdoalah kamu melaluinya" (QS 7:180). 

Panggillah Allah melalui nama-nama-Nya yang berkesesuaian dengan hajat kita. Karena nama-nama Allah adalah pintu untuk sampai kepada Allah SWT. 

Nabi Saw dan juga hamba-hamba yang shaleh adalah kekasih Allah yang karena kemuliaan mereka Allah perkenankan hajat-hajat kita. (Bab al-Hawaij) "Maka ambillah perantara-perantara menuju-Nya" (QS 5:35). 

Lima, menghadapkan hati kepada Allah. " Tidaklah Allah jadikan pada seorang hamba dua hati dalam satu rongga" (QS 33:4). 

Ketika kita berdoa tambatkanlah hati kita hanya untuk Allah. "Dia mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati" (QS 40;19). Yang dimaksud pengkhianatan mata bahwa antara apa yang kita nyatakan dan kecenderungan hati bertolak belakang. Rasulullah Saw bersabda: "Allah tidak menerima doa dari hati yang kosong". 

Enam, kesadaran bahwa dirinya sedang berhadapan dengan Allah. Ketika berdoa kita harus merasakan seakan kita betul-betul berada di hadapan Allah. Ketika ada sahabat yang bertanya pada Rasulullah Saw: "Apa itu Ihsan ?" Rasul menjawab "Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan Menyaksikan Allah sekiranya tidak maka sesungguhnya Dia menyaksikanmu." 

Tujuh, terus menerus memohon baik dalam lapang dan sempit. Bahwa seorang hamba bukan hanya berdoa ketika dia butuh kepada Allah tetapi juga saat dia berada dalam keadaan senang. Allah menyinggung hamba-Nya yang hanya menghargai Allah hanya ketika mendapatkan nikmat. 

"Ada pun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: Tuhanku telah memuliakanku, Ada pun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: Tuhanku menghinakanku". (QS 89:16). 

Sikap dawam atau terus menerus dalam doa menunjukkan hajat kita yang besar kepada Allah SWT. Dan tentu hal itu menjadi sesuatu yang berarti di sisi Allah SWT. *** (Dr Kholid Al-Walid adalah Dosen STAI Sadra Jakarta)