Soal:
Apakah benar asyura (yang diselenggarakan setiap tanggal 10 Muharram) membina dendam sejarah?
Jawaban:
Kami memperingati hari-hari kematian para syuhada Islam, terutama syuhada Karbala, merupakan bagian dari upaya menghidupkan nama besar, pejuangan, dan pengorbanan mereka untuk Islam.
Oleh karena itu, (kami sebagai Muslim) Syiah selalu memperingati hari-hari bersejarah itu sepanjang tahun, terutama hari Asyura, yakni sepuluh hari pertama bulan Muharram. Pada hari itu, al-Imam Husain putra Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib, putra Sayyidah Fathimah al-Zahra, cucu Rasulullah saw dan penghulu paa pemuda surga, sebagaimana sabda Nabi saw, syahid membela Islam.
Muslim Syi’ah memperingati hari kesyahidannya dan para syuhada yang berjuang bersamanya, menguraikan sejarah hidup, perjuangan, kepahlawanan dan cita-cita suci mereka kemudian membacakan doa untuk mereka.
Muslim Syiah meyakini bahwa Bani Umayyah telah membangun pemerintahan yang amat membahayakan Islam, mengubah dan merusak syariat Islam, bahkan berusaha menghapus nilai-nilai Islam. Yazid adalah salah seorang dari mereka. Ia adalah penguasa yang zalim, bejat, pembuat maksiat dan jauh dari nilai-nilai Islam.
Oleh karena itu, Imam Husain bangkit menentangnya, yaitu pada tahun 61 H., tetapi Imam dan seluruh pembelanya gugur di bumi Karbala.
Sementara kaum perempuan Ahlulbait Nabi Muhammad saw diperlakukan sebagai tawanan. Pengorbanan ini telah menyadarkan kaum Muslimin dewasa itu betapa bejatnya Bani Umayyah dan sekaligus membangkitkan semangat perlawanan yang luar biasa terhadap kekuasaan Bani Umayyah.
Pemberontakan demi penberontakan menentang kezaliman Bani Umayyah muncul silih berganti, hingga pada akhirnya berhasil meruntukan pilar-pilar kezaliman mereka dan menghapus nama mereka dari muka bumi untuk selama-lamanya.
Uniknya pada setiap pemberontakan menentang Bani Umayyah pasca Asyura, bahkan hingga masa kekuasaan Bani Abbasiyah yang otoriter, para pemberontak justru menggunakan slogan Asyura. ***