05/07/22

Sekilas Perjalanan IJABI

Mukaddimah 

Perjalanan sejarah nusantara hingga republik kita hari ini ditandai dengan berbagai unsur kebudayaan yang berinteraksi dengan paham keagamaan yang masuk. Salah satu yang menonjol dan sering menimbulkan banyak perdebatan adalah tradisi masyarakat di nusantara dalam sejarah Islam awal di nusantara. Sehingga polemik sejarah itu tak kunjung usai antara fakta dan mitos. Dalam konteks sejarah perkembangan gerakan ahlulbait atau lebih spesifik paham keagamaan syi'ah di Nusantara, kita mendengar dan membaca ada kesan yang tidak tuntas. Tidak sedikit yang mendukung analisis bahwa perkembangan Islam di Indonesia pada awalnya adalah dipelopori oleh Islam syiah, tetapi terdapat juga pandangan yang melihat adanya hipotesis tersebut oleh karena merunut pada kesamaan tradisi saja tanpa memiliki signifikansi dengan kerangka teologi dan ideologi politik syi'ah. 


Contoh yang paling sering dikutip adalah tradisi perayaan hari Asyura, peringatan syahidnya Imam Husain as. di Padang Karbala pada tanggal 10 Muharram 61 H, peringatan ini di Aceh dikenal bahwa bulan tersebut sebagai bulan "Asan Usen", di Sumatera Barat dikenal sebagai "bulan tabuik", di Jawa sebagai bulan "Suro". Untuk pembahasan yang detail lihat artikel Azyumardi Azra, Syi'ah di Indonesia; Antara Mitos dan Realitas, Jurnal Ulumul Qur'an No. 4,Vol.VI, Tahun 1995. Apapun, sejarah kebudayaan Islam di Indonesia memiliki tradisi seperti dalam tradisi ahlulbait dan bahkan isi kebudayaan mereka misalnya tidak lepas kepada pengkhidmatan kepada AhlulBayt Nabi as. Persoalan apakah itu dibentuk dan dikembangkan oleh kaum Syi'ah atau tidak, tidak menjadi masalah. Kita tidak mementingkan klaim tetapi nilai sebuah kebudayaan itu sendiri.

Gerakan Ahlulbait di Indonesia Kontemporer

Di Indonesia kontemporer, perkembangan gerakan AhlulBait tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Revolusi Islam Iran 1979 yang dipimpin oleh Imam Khomeini yang merupakan seorang pencinta AhlulBayt dari kalangan Syi'ah Imamiyah. Pengaruh revolusi ini begitu kuat terutama dengan publikasi-publikasi tulisan Ali Syari'ati, Murtadha Muthahhari dan Imam Khomeini sendiri ke dalam bahasa Indonesia yang mendapat respon besar dari pembaca Indonesia, terbukti dari ramainya perbincangan mengenai revolusi dan dasar pemikiran Imam Khomeini mulai paruh tahun 1980. 

Salah satu tokoh intelektual di Indonesia yang kemudian banyak menjadi referensi dalam perbincangan mengenai Iran dan Syi'ah oleh publik kita adalah Dr. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc. Dia banyak menulis dan memberi tanggapan mengenai pemikiran Syi'ah dan juga menjadi pembicara dalam berbagai seminar di Indonesia. Oleh karena itu peran besar Jalaluddin Rakhmat tidak dapat dilepaskan dalam perkembangan ahlulbait di Indonesia. Penerbitan yang bertema sekitar madzhab ahlulbait ini juga sangat intens, awalnya oleh penerbit Mizan, terus berkembang dan didukung oleh penerbit lainnya, misalnya, Pustaka Hidayah dan Lentera . Penerbit Mizan sendiri misalnya menerbitkan buku Dialog Sunnah Syiah yang dicetak hingga beberapa kali . Penerbitan buku-buku bertema ahlulbait (berbahasa Indonesia) hingga kini terus saja berlangsung, tidak kurang dari 373 judul yang telah diterbitkan mengenai AhlulBayt oleh 59 penerbit yang ada di Indonesia hingga Februari 2001 (Sumber : Pusat Data AhlulBait Indonesia Yayasan RausyanFikr) . 

Berikut ini tabel penerbitan buku bertema ahlulbait oleh 4 penerbit besar. Penerbit Dengan Jumlah Judul Buku Terbanyak NO. Nama Penerbit Jumlah Judul 1. Pustaka Hidayah 60 2. Mizan 56 3. Lentera 50 4. YAPI Jakarta 31 Sumber : Pusat Data AhlulBait Indonesia Yayasan RausyanFikr Pengiriman pelajar ke Hawzah Ilmiyyah (semacam pondok pesantren) Qum, Iran, juga terlaksana dan hingga kini pengiriman pelajar terus berlangsung demikian hal dengan kembalinya beberapa pelajar yang kemudian mengajarksn pemikiran ahlulbait di Indonesia, mereka berpartisipasi melalui kelompok pengajian dan yayasan yang dibentuk oleh para pencinta ahlulbait karena didorong oleh kepentingan perkembangan jamaah dan kebutuhan untuk melakukan sosialisasi pemikiran ahlulbait secara terorganisasi. 

Berikut ini adalah data perkembangan gerakan ahlulbait melalui yayasan dan kelompok pengajian Jenis Kegiatan Jumlah Yayasan 36 Kelompok Pengajian 43 Sumber : Pusat Data AhlulBait Indonesia Yayasan RausyanFikr Penyebaran kelompok pengajian dan yayasan-yayasan ahlulbait di Indonesia dapat dilihat melalui tabel berikut ini : Daerah Jumlah TK I (Propinsi) 21 TKII (Kabupaten/Kota) 33 Sumber : Pusat Data AhlulBait Indonesia Yayasan RausyanFikr Faktor globalisasi dan iklim sosial-politik Indonesia tentunya sangat mendukung perkembangan tersebut. Secara global, lahirnya berbagai madzhab pemikiran sosial di dunia menunjukkan kepentingan untuk mencari solusi akan berbagai permasalahan manusia yang ternyata, katanya, banyak pemikiran yang ada sekarang tidak mampu menjawabnya. Oleh karena itu, lahir dan berkembangnya berbagai wacana keagamaan menjadi bahan yang menarik bagi banyak kalangan. Dalam konteks Indonesia, kita melihat mulai meningkatnya jumlah masyarakat yang terdidik secara modern tetapi memiliki social origin Islam. Hal ini memungkinkan sekali adanya penggalian wacana keagamaan kita secara kritis dan terbuka serta positif dan historis.

Munculnya IJABI

Pada tanggal 1 Juli 2000 di Gedung Merdeka Bandung dideklarasika berdirinya organisasi massa Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia. Ormas ini dipelopori oleh tokoh intelektual Indonesia Dr. Jaluluddin Rakhmat, M.Sc yang duduk sebagai ketua Dewan Syuro'. Kang Jalal (akrab disebut demikian) yang pakar komunikasi ini juga dikenal sebagai cendikiawan muslim Indonesia. Kang Jalal mendirikan bersama beberapa orang diantaranya dua orang doktor dari ITB yaitu Dimitri Mahayana dan Hadi Suwastio.
 

Pendirian IJABI tersebut didasarkan pada perkembangan yang digambarkan di atas. IJABI terdaftar secara resmi di Departemen Dalam Negeri melalui Direktorat Jendral Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat nomor : 127 Tahun 2000/D.I tanggal 11 Agustus 2000. 

Pendirian dan pengembangan IJABI ini memang banyak dipelopori oleh para pencinta ahlulbait dari kalangan Syi'ah (imamiyah) tetapi misi IJABI adalah menghimpun seluruh pencinta ahlulbait dari kalangan manapun untuk melakukan kerja-kerja pemberdayaan mustadha'afin dan pencerahan pemikiran umat, yang tampaknya dengan ormas yang ada sekarang akan sulit efektif karena banyaknya kontaminasi politik yang bias konflik politik. 

Tujuan IJABI secara eksplisit dijabarkan dalam AD/ART, salah satu keunikan tujuan itu adalah mengenalkan dan menyebarkan ajaran Islam yang diriwayatkan melalui jalur keluarga Nabi Muhammad SAWW. Keunikan inilah yang menantang ormas ini untuk membuktikan bagaimana epistemologi dan implikasi aksiologis dari kecintaan kepada Ahlulbait Nabi SAWW. 

Dengan asas kecintaaan kepada Ahlulbait Nabi SAWW, IJABI merumuskan metode pergerakannya dengan pendekatan cinta (tasawwuf, irfan). Pendekatan ini adalah kajian tasawuf -filosofis, jadi pengembangan konsep cinta itu dibentuk oleh dasar-dasar teologis-rasional. 

Dalam kajian ahlulbait, pengembangan gerakan sosial manusia dibentuk oleh gerakan yang berkembang dalam diri manusia sendiri. Pengenalan terhadap diri adalah kunci mengenal Allah SWT. Pengenalan kepada Allah SWT tidak dapat hanya melalui wahyu semata (tekstualitas nash) tetapi juga dengan kebenaran akliah. Secara sederhana, pengembangan gerakan sosial harus didukung bukan saja oleh perangkat analisis sosial dan dukungan masyarakat tetapi juga harus didukung oleh manusia yang takzim kepada Allah SWT dan Rasulullah SAWW. 

Di sinilah peran Imamah (kepemimpinan) menjadi kajian selanjutnya yang harus dipahami oleh para pencinta ahlulbait dengan dasar-dasar teologis-rasional. Dalam konteks itu, maka sikap terhadap keberagaman adalah terbuka, karena kita percaya keterbukaan adalah syarat untuk menguji sebuah pemikiran. Pengujian ini sesungguhnya inheren dalam kritisisme ahlulbait sebagaimana dalam gambaran penantian (okultisme) kepada Al-Mahdi as. Demikian gambaran singkat mengenai perkembangan gerakan ahlulbait di Indonesia dan serba sedikit tentang analisis pergerakannya. *** 

Sumber artikel dari http://ijabi-dkijakarta.blogspot.com/2011/10/perjalanan-panjang-ijabi.html