03/07/22

Mengenal Islam Mazhab Syiah melalui IJABI

Perlu diketahui tulisan ini pengamatan di komunitas Muslim Syiah di Bandung disertai interaksi langsung dengan tokoh dan ustadz dari ormas IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia): Ustadz Miftah Rakhmat, Dr Muhammad Babul Ulum, dan menyimak kajian dari Dr Jalaluddin Rakhmat. Saya mengikuti aktivitas komunitas sejak tahun 2002 hingga sekarang. Untuk apa ikut dalam kajian Syiah? Agar bisa memahami langsung Islam mazhab Syiah dari para penganutnya dan tokoh-tokohnya. 
Karena itu, melalui catatan ini saya beranikan diri untuk menulis pemahaman yang saya "tangkap" tentang Syiah dari para ustadz IJABI. Hal ini saya lakukan (sebagai informasi bandingan) karena di luar komunitas Syiah masih ada penyebaran informasi yang tidak sesuai dengan ajaran dan pahaman agama Islam yang dianut teman-teman IJABI yang notabene sebagai masyarakat Syiah di Indonesia.
Saya termasuk yang penasaran dalam urusan beragama. Pernah terbetik dalam hati ingin belajar agama Kristen dan belajar agama urang Sunda (aliran perjalanan atau sunda wiwitan). Kemudian coba diskusi kecil dengan tokoh Kristen dan agama Sunda. Saya berdialog dan menyimpulkan kedua agama tersebut tidak memiliki dasar yang kuat seperti agama Islam yang saya anut. Ini subjektivitas saya. Anda boleh tidak sepakat.
Dahulu pernah menyelami ajaran (ormas) Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Juga belajar ilmu kalam, filsafat, tasawuf, dan fikih. Saya belajar aliran atau mazhab serta perbedaan di antara disiplin ilmu-ilmu Islam tersebut.
Dalam mazhab, yang menarik buat saya adalah Syiah. Banyak ulama, filsuf, dan ilmuwan yang lahir dalam sejarah Islam, ternyata mereka pemeluk Mazhab Syiah. Termasuk pemeluk Syiah di Indonesia, yang hampir setiap saya bertemu mereka ternyata orang yang berilmu dan memiliki pemahaman agama yang cukup mendalam.
Perkenalan dengan Islam mazhab Syiah diawali karena ingin tahu praktik beragama kaum Muslim Syiah. Saya bertemu dengan kawan yang bergabung dengan ormas IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia). Saya pun ikut dalam kegiatan IJABI dan pengajian-pengajiannya serta acara-acara keagamaan. Itu semua dilakukan untuk mengetahui: Apakah benar informasi yang saya pahami dari buku-buku yang dibaca dan informasi dari ormas lain tentang Syiah? Ternyata ada beberapa yang diverifikasi dan ada yang memang sama dengan yang dibaca dari buku.
Saya ikut pengajian Kang Jalal setiap ahad pagi di masjid Al-Munawwarah, jalan Kampus Kiaracondong Bandung. Saya ikut pengajian sejak tahun 2002 hingga 2014. Tidak rajin dan terkadang hanya menyempatkan saja. Meski begitu saya bisa kenal dengan jamaah lainnya dan mengetahui orang-orang yang menjadi aktivis IJABI.
Dari pengajian Kang Jalal dan Ustadz-ustadz IJABI, saya menyimpulkan kaum Muslim Syiah adalah pengikut Ahlulbait Rasulullah saw dalam kepemimpinan. Kawan-kawan IJABI meyakini Imam Ali dan sebelas keturunannya sebagai Imam yang melanjutkan kepemimpinan setelah Rasulullah saw. Hal ini tercantum dalam hadis Shahih Muslim dan Shahih Bukhari. Dalam kitab Yanabiul Mawaddah disusun oleh Al-Qunduzi bahwa nama-nama yang melanjutkan risalah Rasulullah saw diriawayatkan sesuai dengan yang diyakini kaum Muslim Syiah.
Dalam masalah hadis, kawan-kawan IJABI merujuk pada hadis-hadis Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan dari Ahlulbait dan hadis dari Ahlusunnah yang terdapat dalam kitab Bukhari, Muslim, Al-Hakim, Turmudzi, An-Nasai, Ahmad, Suyuthi, dan lainnya. Hadis Ghadir Khum, hadis ahlul al-kisa, dan hadis tsaqalain yang menyatakan dua pegangan umat Islam: Kitabullah wa Itrah Ahlulbait. Dua pegangan ini diyakini kaum Syiah sebagai petunjuk dalam beragama Islam dan pedoman untuk menjalankan ibadah.
Sahabat dan Al-Quran
Konon orang Muslim Syiah itu suka mencaci maki sahabat dan mencela istri Nabi. Benarkah? Berkaitan dengan cacian sahabat dan istri Nabi, saya tidak mendengarnya dari ustadz-ustadz IJABI. Malah yang saya temukan berupa tudingan di media internet dan ternyata tidak terbukti di lingkungan IJABI. Pembahasan tentang sahabat dalam pengajian sebatas mengungkap bukti sejarah tentang dinamika umat Islam dalam sejarah. Misalnya di antara para sahabat terjadi perang, sahabat pergi saat Nabi khotbah shalat Jumat, sahabat kabur dalam Perang Uhud, seorang istri Nabi bersama sahabat memerangi Imam Ali bin Abu Thalib ra, dan lainnya.
Sejarah para sahabat diungkap untuk dijadikan pelajaran dari sejarah dan untuk menilai peran mereka dalam peradaban Islam. Melihat kontribusinya yang telah diberikan untuk kemajuan Islam. Karena itu, dalam kajian di IJABI senantiasa menggunakan landasan ilmiah seperti yang dilakukan Dr Jalaluddin Rakhmat dengan disertasi berjudul Asal Usul Sunnah Shahabat: Studi Historiografis atas Tarikh Tasyri’ atau disertasi Dr Muhammad Babul Ulum yang berjudul Al-Muawiyat: Hadis-hadis Politis Keutamaan Sahabat.
Selama berkawan dengan aktivis IJABI diketahui bahwa Kitab Suci yang digunakan sebagai panduan dalam beragama ternyata sama dengan kitab suci (Al-Quran) yang dijual di toko-toko dan yang dipakai umat Islam seperti kaum Muhammadiyah, NU, dan ormas PERSIS. Al-Quran yang isinya dimulai dari surah fatihah dan berakhir pada surah annas; jumlahnya tiga puluh juz.
Saya pernah melihat al-Quran cetakan Iran dan melihat kitab Tafsir Al-Mizan karya Thabathabai. Ternyata yang ditafsirkan kitab suci Al-Quran yang biasa saya baca dan dibaca oleh umat Islam lainnya. Kang Jalal pernah membagikan Al-Quran cetakan Iran yang secara isi sama dengan Al-Quran yang cetakan Kementerian Agama Republik Indonesia. Yang berbeda adalah desain dan warna dalam bingkai ayat yang lebih indah bentuknya ketimbang cetakan Indonesia.
Belum lama ini ada lomba musabaqah tilawatil quran. Ternyata orang Iran yang juara dan membacakan al-quran yang sama seperti dibaca kaum muslim di Arab Saudi dan Mesir. Ada tayangan video hafalan al-Quran dari anak kecil yang berasal dari Iran. Kemudian ada lomba lagi dan yang menang dari Indonesia. Itu kegiatannya di Iran. Yang dibaca Quran cetakan Iran. 
Nikah Mut’ah
Tentang nikah mut'ah, IJABI mempunyai ketetapan agar tidak praktek nikah mutah. Ini khusus untuk Ijabiyyun. Ketua Dewan Syura IJABI Jalaluddin Rakhmat melarang nikah mut'ah untuk anggota dan pengurus IJABI (Ijabiyyun). Menurutnya, nikah biasa (daim) yang dijalankan di negeri Indonesia termasuk dalam nikah mut'ah karena ada ketentuan yang disepakati antara suami dan istri yang dibacakan setelah ucapan akad nikah sehingga cukup dengan nikah (daim) yang legal di Indonesia.
Tentang larangan praktek nikah mut’ah ini, saya setuju karena sekarang ini nikah mut'ah sudah diselewengkan oleh kaum penjual birahi sehingga nilai-nilai agama dalam nikah mut'ah menjadi tidak jelas. Secara akademik (ilmiah) dalil tentang nikah mut’ah tidak terbantahkan karena tercantum dalam surah Annisa ayat 24. 
Kemudian dalam sejarah diketahiui bahwa praktek nikah mut’ah terjadi ketika suasana perang dan orang-orang Islam sedang tidak membawa istri-istrinya. Sementara kebutuhan seksual orang Arab yang “dahsyat” harus terpenuhi. Mungkin itu sebabnya Rasulullah saw membolehkan melakukan nikah mut’ah ketimbang berbuat zina dan selingkuh. Karena itu, nikah mut’ah didasarkan pada keadaan darurat dan kebutuhan seksual yang disalurkan secara halal.
Dalam kondisi masyarakat yang sudah dicemari oleh isu-isu negatif yang dialamatkan pada komunitas Syiah, maka praktek yang memiliki peluang untuk dicibir orang lain selayaknya dihindari. Syariat Islam bukan hanya mengurus berahi. Masih banyak syariat Islam lainnya yang lebih penting untuk dipraktekan dan dimunculkan di negeri ini?
Sekadar diketahui bahwa dalam fikih tentang nikah mut’ah dan nikah daim sama dalam aturan dan syarat-syaratnya. Nikah mut'ah memiliki ketentuan yang sama dengan nikah daim. Yang berbeda hanya batas waktu pernikahan dan perjanjian yang disepakati bersama antara suami dan istri. Menariknya, pernikahan di Indonesia legal menetapkan shigat thaliq yang dibacakan setelah ijab qabul. Silakan lihat buku nikah yang legal yang diberikan oleh Kantor Urusan Agama (KUA) kepada pasangan yang menikah.
Ukhuwah
Seorang kawan yang merupakan aktivis dan pengurus IJABI Jawa Barat menyampaikan bahwa Ketua Dewan Syura IJABI KH Jalaluddin Rakhmat membebaskan Ijabiyyun (anggota dan pengurus IJABI) untuk memilih ulama yang dirujuk dalam fikih ibadah (taklifi). Hanya saja dalam persoalan fikih yang menyangkut ikhtilaf dan wadh'i disarankan untuk menjalankan sikap talfiq: mengambil yang baik dari masing-masing rujukan fikih; serta mengedepankan akhlaq dalam perilaku dan urusan sosial kemasyarakatan.
Karena itu, IJABI senantiasa mengikuti keputusan Pemerintah Republik Indonesia dalam menetapkan 1 Ramadhan dan 1 Syawal. IJABI juga menyesuaikan dengan budaya lokal dalam kegiatan keagamaan sehingga IJABI di Jawa Barat menggunakan aksesoris dan alat musik khas Sunda. Bahkan menggunakan syair-syair Sunda yang bernafaskan Islam yang menjadi kebiasaan orang Sunda yang beragama Islam. Misalnya tradisi Rebo Kasan, Nisfu Syaban, Rajaban, membaca Albarjanji, Shalawat Al-Kisa, Asyura, Nadran (ziarah kubur setiap awal dan akhir Ramadhan), Khitanan, selametan yang hamil, maulid Nabi, tahlilan, dan lainnya.
Sejumlah kegiatan agama Islam yang khas Indonesia yang dilakukan masyarakat ormas Nahdlatul Ulama (NU) dijalankan pula oleh masyarakat IJABI. Mengapa tidak menyesuaikan dengan Iran atau Irak? Saya kira karena IJABI lahir di Indonesia oleh orang Indonesia sehingga menjadi khas Islam mazhab Syiah di Indonesia.
Azas Pancasila
IJABI sebagai organisasi resmi berazaskan Pancasila. Tidak menggunakan azas Wilayah Faqih yang menjadi pedoman kaum Muslim Syiah di Iran. IJABI tunduk dan patuh dengan aturan pemerintah serta mengikuti keputusan pemerintah Indonesia dalam urusan yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan.
IJABI dalam setiap kegiatan seperti Maulid Nabi dan Asyura menyanyikan lagu Indonesia Raya, membacakan teks Pancasila, dan memasang bendera Merah Putih serta menghormatinya. Seluruh kegiatan besar IJABI yang pernah saya ikuti tidak lepas dari unsur-unsur cinta pada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menyanyikan lagu Indonesia Raya setiap kali acara-acara keagamaan yang besar seperti Mawlid Nabi, Asyura, Ghadir Khum, Arbain Husaini, dan acara-acara ilmiah lainnya.
IJABI Pro NKRI
Ada yang menyebutkan bahwa Muslim Syiah berpotensi meruntuhkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Saya kira itu tidak relevan karena sepanjang sejarah Indonesia yang melakukan makar adalah DI TII/NII Kartosuwirjo, Kahar Muzakar, Permesta, PKI, dan lainnya.
Karena itu, saya kira yang layak dicurigai adalah kelompok dan ormas yang senantiasa mengibarkan seruan menegakan khilafah Islamiyah yang memiliki potensi untuk meruntuhkan NKRI. Juga harus diteliti orang-orang yang menyebarkan kesesatan dengan melabeli kafir kepada Muslim yang berbeda mazhab. Tindakan menyesatkan orang lain bisa menyebabkan konflik bila tidak segera medapat perhatian dari pihak pemerintah.
Di media internet, baik itu situs maupun facebook, banyak penyebaran informasi yang tak benar berkaitan dengan Syiah. Mereka memfitnah Syiah menodai agama, hendak membentuk negara, menghina sahabat dan istri Nabi, kitab sucinya bukan Quran, dan lainnya. Informasi tersebut betul-betul fitnah karena selama berinteraksi dengan o rang-orang IJABI tidak muncul yang mereka tuduhkan tersebut.
Kemudian tentang Syiah pun sudah banyak buku dari cendekiawan dan ulama Indonesia yang menulis tentang Syiah berdasarkan sumber Syiah. Buku-buku yang ditulis oleh orang Syiah seperti Kang Jalal, Muhammad Babul Ulum, Muhammad Tijani Samawi, dan lainnya telah memberikan penjelasan dari sudut pandang ajaran Islam mazhab Syiah tentang semua yang dituduhkan orang-orang yang anti Syiah. Perlu belajar dari sumbernya untuk mengetahui ajaran Syiah dan penting menggali pemahaman atas ajaran tersebut dari orang-orang Syiah mempraktekannya. Kemudian lakukan dialog dengan tokoh-tokoh Muslim Syiah yang representatif.
Sudah saatnya orang-orang yang ingin mengetahui mazhab Syiah langsung belajar dari lembaga resmi seperti IJABI dan ABI (Ahlulbait Indonesia). Jangan belajar mazhab Syiah dari internet atau orang yang anti Syiah. Pelajari Syiah secara mandiri. Baca buku-buku tentang mazhab Syiah dari ulama seperti Muhammad Tijani Samawi, Muhammad Quraish Shihab, Jalaluddin Rakhmat, dan Muhammad Babul Ulum.
Jika sudah membaca karya mereka, silakan lakukan tabayun kalau tidak mengerti. Sekali lagi jika ada informasi terkait Syiah, segera tabayun! *** (Ikhwan Mustafa)