09/09/22

Imam Ali itu Sosok Mulia (Kajian atas Klaim Ibnu Taimiyyah)

Hadis-hadis otentik dalam literatur Syi‘ah dan Sunni bersepakat bahwa Imam ‘Ali bin Abi Thalib as merupakan sosok mulia yang paling berilmu dibandingkan para sahabat waktu itu. Tentunya yang dimaksud di sini tidak terbatas pada hadis-hadis yang redaksinya secara eksplisit atau secara langsung menyebut keilmuan Imam ‘Ali as seperti hadis yang memposisikan beliau sebagai pintu kota ilmu Rasulullah Muhammad SAW dan hadis yang disampaikan kepada Sayyidatina Fathimah al-Zahra’ as bahwa ia hendak dinikahkan dengan sosok yang paling banyak ilmunya (aktsaruhum ‘ilman). Akan tetapi juga hadis-hadis yang meski redaksinya tidak secara eksplisit menyebut keilmuan Imam ‘Ali as namun kandungannya dapat melazimkan atau memiliki implikasi bahwa beliaulah yang lebih tinggi dan unggul ilmunya di antara para sahabat. 


Untuk kategori kedua ini, sebut saja seperti hadis al-Tsaqalain (dua pusaka suci yang tak akan terpisahkan), hadis Imam ‘Ali as bersama kebenaran dan kebenaran bersama Imam ‘Ali as, hadis-hadis yang memposisikan Imam ‘Ali as sebagai pewaris, washi & khalifah Rasulullah Muhammad SAW, dan seterusnya hadis yang semacam itu. Saya yakin semua atau sebagian hadis yang disebutkan tadi itu sudah pernah saudara-saudara baca lengkap dengan keterangan rujukan kitabnya masing-masing. Ya, sudah familiar khususnya di kalangan penganut mazhab Ahlul Bait as. Di sini saya cuma menyebutkan yang sekiranya dapat mewakili. Selebihnya saudara dapat mencari hadis-hadis semisal di buku-buku, situs dan postingan yang kredibel (dapat dipercaya).

Apa-apa yang disabdakan Rasulullah Muhammad SAW di kemudian hari mendapat penegasan dari sosok suci lainnya, Imam Hasan al-Mujtaba as. Pasca syahidnya ayah tercinta sang pintu ilmu as, Imam Hasan al-Mujtaba as menyampaikan khutbah:

لقد فارقكم رجل بالأمس لم يسبقه الأولون بعلم ولا يدركه الآخرون كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يبعثه بالراية جبريل عن يمينه وميكائيل عن شماله لا ينصرف حتى يفتح له

“Sungguh kemarin seorang lelaki telah meninggalkan kalian, yang mana orang-orang terdahulu tidak dapat menandinginya dalam hal keilmuan dan orang-orang yang datang kemudian juga tidak dapat menyainginya. Rasulullah SAW telah mengutusnya untuk memegang bendera pasukan. Saat itu, Jibril berada di sebelah kanannya dan Mikail berada di sebelah kirinya. Dia tidak akan kembali hingga daerah (yang didatanginya) berhasil ditaklukkan”.

Khutbah Imam Hasan as ini tercatat di kitab Musnad Ahmad jilid 3, halaman 247, diriwayatkan dengan jalur yang kredibel. Kalimat bagian awal yang menegaskan tidak tertandinginya ilmu Imam ‘Ali as juga dapat ditemukan di sumber-sumber primer, di antaranya: Mushannaf Ibnu Syaibah jilid 17, halaman 124, no. 32773 dan Fadhail al-Shahabah Ahmad bin Hanbal jilid 1, halaman 674, no. 922. Ulama Sunni yakni Muhammad ‘Awwamah dan Washiyullah bin Muhammad ‘Abbas, dalam catatan kaki kitab tersebut menilai jalur periwayatannya kredibel. 

Jadi, ketinggian dan keunggulan ilmu Imam ‘Ali as dibanding para sahabat cukuplah pembuktiannya melalui sabda-sabda suci Rasulullah Muhammad SAW dan Imam Hasan Mujtaba as. Inilah hujjah terkuat tanpa harus mencari-cari siapa saja ulama yang bersepakat soal ini. Namun hal ini dirasa perlu dikemukakan setelah saya menemukan pernyataan Ibnu Taimiyah (w. 728 H), tokoh favorit rujukan Wahabi yang dikenal dengan gelar kehormatan “Syaikhul Islam”, dalam kompilasi fatwanya berikut ini:

لم يقل أحد من علماء المسلمين المعتبرين ان عليا أعلم وأفقه من أبي بكر وعمر

“Tidak ada seorang pun dari kalangan para ulama Muslim yang otoritatif yang berpendapat bahwa ‘Ali lebih berilmu dan lebih faqih dibanding Abu Bakar dan ‘Umar”. (silakan buka kitab Majmu’ al-Fatawa jilid 4, halaman 398 dan al-Fatawa al-Kubra jilid 4, halaman 429).

Anehnya, ada saja orang-orang yang mengutip klaim “Syaikhul Islam” Ibnu Taimiyah itu dan menyetujuinya tanpa ditinjau secara kritis. Tanpa berpanjang lebar, mari kita uji klaim tersebut dengan perkataan seorang tokoh generasi tabi‘in di bawah ini:

عبد المالك بن سليمان قال: قلت لعطاء: أكان في أصحاب النبي صلى الله عليه (وآله) وسلم أعلم من علي? 

قال: لا والله ،ما أعلمه

‘Abdul Malik bin Sulaiman bertanya kepada ‘Atha (bin Abi Rabah): Di antara para sahabat Nabi SAW, adakah seorang pun yang lebih berilmu dibanding ‘Ali? 

Ia jawab: Tidak ada, demi Allah, saya tidak mengetahuinya.

Perhatikan, di sini ‘Atha bin Abi Rabah sampai bersumpah dengan nama Allah SWT bahwa tidak ada satu pun sahabat Nabi Muhammad SAW yang melebihi Imam ‘Ali as dalam hal keilmuan. Perkataan ‘Atha bin Abi Rabah (w. 114 H) ini tercatat di sumber primer yakni Mushannaf Ibnu Abi Syaibah jilid 11, halaman 148 dan Tarikh Ibnu Abi Khaitsamah jilid 1, halaman 212. Para ulama setelahnya juga mencantumkannya di buku-buku mereka seperti Ibnu ‘Abdil Barr dalam al-Isti‘ab fi Ma’rifah al-Ashhab halaman 1104 dan Muhibuddin Ahmad al-Thabari dalam Dzakhair al-‘Uqba fi Manaqib Dzawi al-Qurba halaman 78.

Penting dicatat, ‘Atha bin Abi Rabah merupakan ulama besar pada masanya. Ia seorang ahli fiqih dan banyak meriwayatkan hadis. Ia juga ahli hadisnya penduduk Makkah dan memegang posisi penting sebagai mufti Makkah waktu itu. Pokoknya kedudukannya diakui dalam tradisi keilmuan Islam. Bahkan al-Dzahabi, salah satu murid “Syaikhul Islam” Ibnu Taimiyah, menyebut ‘Atha dengan gelar Syaikhul Islam dalam kitab biografinya yang berjudul Siyar A’lam al-Nubala’.

Dengan demikian, adanya pendapat Syaikhul Islam ‘Atha bin Abi Rabah ini membuktikan bahwa klaim “Syaikhul Islam” Ibnu Taimiyah yang menyatakan tidak ada satu pun ulama otoritatif yang berpendapat Imam ‘Ali as lebih berilmu dibanding Abu Bakar dan ‘Umar adalah klaim dusta dan bertentangan dengan fakta di kitab-kitab Sunni yang eksis sebelum masa Ibnu Taimiyah. 

Jadi, anda percaya yang mana, “Syaikhul Islam” yang bilang begini atau Syaikhul Islam yang bilang begitu? Dalam konteks ini jelas pendapat Syaikhul Islam ‘Atha bin Abi Rabah yang sejalan dengan sabda-sabda suci Rasulullah Muhammad SAW dan khutbah Imam Hasan as. Semoga bermanfaat dan diluaskan berkahnya. Mohon doanya selalu. Shalawat!

Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa Aali Sayyidina Muhammad wa ‘ajjil farajahum

***

Ditulis oleh Muhammad Bhagas, S.Ag