Menjalankan perintah syariah, baik yg mahdhah maupun yg ghayr mahdhah sebetulnya bagian dari kita menyesuaikan diri dg "tarian" alam semesta, menari bersama tarian alam semesta.
Karena sesungguhnya kita adalah bagian dari alam semesta yg tunggal. Bahkan bagian dari Wujud Tunggal itu sendiri - yakni, Allah Swt, yang membentangi (al-waasi') dan meliputi (al-muhith) seluruh alam semesta.
Nah, sbg suatu kesatuan tunggal, tarian alam semesta pun harmonis. Pada gilirannya, alam semesta tak lain adalah tajalliy (manifestasi/pengejawantahan) Tuhan. Dengan kata lain, semua ibadah kita adalah menyesuaikan diri - tunduk, taat - dengan "tarian" Tuhan - maksud saya, dengan asma', sifat, dan af'al (tindakan-tindakan) - Nya.
Karena, bukankah Tuhan adalah sumber/permulaan pancaran (faydh, ciptaan) alam semesta, yang alam semesta - termasuk manusia - adalah cermin-Nya, yang dirembesi Ruh-Nya? Ya, kita manusia hanya harus menyesuaikan diri. Takhalluq (berakhlak) bi akhlaqilLaah (dengan akhlak Allah). Kita harus tunduk dan taat kepada-Nya.
Bahkan sesungguhnya ibadah mahdhah shalat adalah cara kita menyesuaikan diri dg tarian alam semesta. Karena, spt al. dikatakan Imam Sya'rani, alam semesta selain manusia, juga sesungguhnya melakukan shalat. Puasa juga, syahadat, dan haji pula. Tak ketinggalan juga berdzikir. Karena sesungguhnya, seperti difirmankan Allah sendiri, sesungguhnya semua alam semesta berdzikir. Apalagi dalam berinfaq dan berzakat.
Betapa dermawan-Nya Allah, betapa dermawan alam semesta cerminan-Nya. Sesungguhnya, pada akhirnya, semua ibadah kita, seperti firman Allah kepada Nabi Musa as., manfaatnya berpulang kpd diri kita sendiri. Menjadikan kita hidup serasi dengan Allah dan alam selebihnya.
Hanya amal shalih - dalam bentuk menolong orang susah, "memasukkan kebahagiaan ke dalam diri orang yang patah hatinya" - yang, meski tetap memiliki manfaat bagi diri kita, benar-benar memiliki sifat sebagai ibadah untuk Allah Swt. Yang, seperti saya katakan sebelumnya, sudah pasti menari serasi dengan kedermawanan alam semesta. WalLaah a'lam. *** (Haidar Bagir, 23012023)