Apakah Syiah itu Islam? Tidak dapat ditolak bahwa Syiah adalah Mazhab yang paling pertama muncul dalam sejarah Islam. Mazhab Syiah muncul karena pengikut Ali bin Abi Thalib as meyakini bahwa Nabi Saw telah menetapkan kepemimpinan Ali bin Abi Thalib pasca wafatnya Nabi Saw. Inilah sejarah awal terbentuknya Mazhab Syiah. Disebut Syiah yang berarti "pengikut" Ali bin Abi Thalib ra. (Saya tidak akan menjelaskan panjang persoalan sejarah ini dalam ruang singkat ini).
Kenapa Syiah disebut sebagai Mazhab? Karena atas dasar hal di atas Syiah memiliki prinsip Mazhab, yaitu Imamah pasca Nabi saw. Demikian juga Ahlussunnah disebut Mazhab karena memiliki prinsip Mazhab. Perbedaan Prinsip Mazhab (Ushul al-Mazhab) itu, apakah akan mengeluarkan pengikut Mazhab itu dari Islam? Jelas tidak. Karena yang mengeluarkan seseorang dari Islam jika orang tersebut memiliki keyakinan yang bertentangan dengan Prinsip Agama (Ushul al-Dien).
Apa sajakah Prinsip Islam? Ada tiga pokok utama prinsip Agama Islam: 1) Tauhid; 2) Nabi Muhammad sebagai Nabi Terakhir; dan 3) Kebangkitan pascakematian (al-Maad). Kita merujuk hal ini, baik pada Ilmu Kalam Sunni maupun Ilmu Kalam Syiah. Prinsip-prinsip Mazhab hanyalah bentuk derivasi dari Prinsip-prinsip Agama Islam tersebut. Sedangkan Rukun Islam dan Rukun Iman yang populer di kalangan Sunni itu merupalan hasil perumusan para Ahli Kalam Sunni; demikian juga Rukun Islam dan Rukun Iman yang ada dalam Syiah merupakan hasil rumusan dari para Ahli Kalam Syiah.
Apakah rumusan tersebut tidak memiliki dasar sehingga yang satu berhak menganulir yang lain? Jika kita rujuk pada hadis di Sunni sendiri terdapat varian rukun Islam dan Iman. Kita bisa lihat hal berikut:
Shahih riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya,1/30 Bab al Imân Ma Huwa wa Bayâni Khishalihi:
Hadis Bukhari:
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَارِزًا يَوْمًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ
جِبْرِيلُ
فَقَالَ مَا الْإِيمَانُ قَالَ الْإِيمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَبِلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ
Hadis Muslim:
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بَارِزًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْإِيمَانُ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكِتَابِهِ وَلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ الْآخِرِ
Hadis di atas menyebutkan bahwa Rukun Imam itu hanya: (1) Beriman kepada Allah, (2) Kepada para malaikat, (3) Kepada kitab-Nya, (4) Perjumpaan dengan-Nya, (5) Rasul-Nya, dan (6) Kebangkitan di hari Akhir.
Muslim dalam kitab Shahih-nya,1/35 Bab al Amru Bil Imân Billah wa rasûluhi, seperti di bawah ini:
قَالَ أَمَرَهُمْ بِالْإِيمَانِ بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَقَالَ هَلْ تَدْرُونَ مَا الْإِيمَانُ بِاللَّهِ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامُ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ وَأَنْ تُؤَدُّوا خُمُسًا مِنْ الْمَغْنَمِ
Aku perintahkan kamu agar mengesakan keimanan hanya kepada Allah! Tahukah kamu apa iman kepada Allah itu? Mereka menjawab: Tidak. Beliau bersabda: Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah, menegakan shalat, membayar zakat, puasa bulan ramadhan dan membayar khumus (seperlima dari keuntungan/perolehan)”.
Hadis di atas menegaskan bahwa inti keimanan itu sebagai berikut: (1) Bersaksi Tiada Tuhan Selain Allah, (2) Dan bersaksi Muhammad adalah Rasul Allah, (3) Menegakkan shalat, (4) Membayar zakat, (5) dan Membayar khumus.
Sementara dalam riwayat lain disebutkan poin yang berbeda yaitu: berpuasa bulan ramadhan, sehingga pilar keimanan itu menjadi berbeda. Dalam hadis pertama tidak ada sebutan tentang puasa bulan Ramadhan. Sementara dalam hadis kedua ada sebutan tentang puasa Ramadhan!
Selain itu, apakah tiga atau empat poin selain beriman kepada Allah dan Rasul-Nya juga termasuk dalam Rukun/Pilar keimanan? Lalu apa bedanya dengan Rukun Islam yang diyakini Ahlusunnah?
Dalam Rukun Imam Ahlusunnah tidak disebutkan keimanan kepada keadilan Allah yang Maha Adil. Lalu, apakah itu berarti Ahlusunnah tidak mengimani bahwa itu Maha Adil?
Karenanya perbedaan dalam perumusan Rukun Islam dan Rukun Iman hanyalah merupakan konstruk para ulama masing-masing Mazhab dalam menginterpretasi beragam hadis yang tersebar dan berbeda tersebut. Perbedaan pembaacaan ini tidak bisa dijadikan dasar untuk mengeluarkan satu Mazhab dari Islam. Sekiranya berandai mengeluarkan Syiah bukan bagian Islam maka otomatis hal tersebut akan merontokkan Mazhab Sunni. Kenapa? Karean ada ratusan periwayat hadis Sunni bermazhab Syiah dan ratusan ilmuwan Islam yang bermazhab Syiah. Bahkan sebagian ulama-ulama besar yang kitab-kitabnya dijadikan rujukan ulama Ahlussunnah adalah Syiah. Tidakkah upaya mengeluarkan Mazhab Syiah dari Islam menjadi sesuatu yang sangat berbahaya? *** (Dr Khalid Al Walid)