Kesalahan Kesimpulan tentang Abdullah bin Saba'
Salah satu sebab terjadinya kesalahan berpikir adalah terlalu cepat mengambil kesimpulan saat belum memahami sebuah persoalan secara utuh. Banyak orang bisa membaca berita, tetapi sedikit yang bisa menafsirkan dan menganalisis berita. Pembahasan tentang Abdullah bin Saba bisa dinilai dari dua hal: keberadaan Abdullah bin Saba’ dan pendapat para ulama syiah tentang sosok Abdullah bin Saba.
Pertama, keberadaan Abdullah bin Saba’. Para ulama dan ilmuwan muslim baik dari sunni maupun syiah berbeda pendapat tentang keberadaan sosok Abdullah bin Saba’. Sebagian menganggapnya ada dan sebagian lagi menganggapnya sosok dongeng dan fiktif. Keberadaan Abdullah bin Saba' disebutkan baik oleh buku-buku syiah maupun buku sunni. Jika ditelusuri sumber buku-buku syiah tentang Abdulah bin Saba' terdapat pada karya An-Naubakhti, Firaq al-Syiah, dan al-Asyari al-Qumi, al-Maqqalat wal Firaq. Dan setelah kita periksa maka ternyata karya an-Naubakhti dan al-Qummi ini tidak menyebutkan sanad dan sumber pengambilannya sehingga dianggap bahwa mereka hanya menuliskan cerita populer tersebut yang beredar di kalangan sunni.
Ada pun yang pertama melakukan studi ilmiah dan sistematis tentang Abdullah bin Saba' adalah Sayid Murtadha al-Askari. Dan dari hasil penelusurannya tersebut, ia menganggap bahwa cerita tentang Abdullah bin Saba' adalah fiktif. Sehingga, ia menolak keberadaan Abdullah bin Saba’. Ada pun dari sunni yang menegaskan bahwa Ibnu Saba’ adalah fiktif dan dongeng adalah Thaha Husain dalam bukunya Fitnah al-Kubra dan Ali wa Banuhu, Dr. Hamid Hafna Daud dalam kitabnya Nadzharat fi al-Kitab al-Khalidah, Muhammad Imarah dalam kitab Tiyarat al-Fikr al-Islami, Hasan Farhan al-Maliki dalam Nahu Inqadzu al-Tarikh al-Islami, Abdul Aziz al-Halabi dlm kitabnya Abdullah bin Saba’, Ahmad Abbas Shalih dalam kitabnya al-Yamin wa al-Yasar fil Islami.
Kedua, pendapat para ulama Syiah tentang Abdullah bin Saba’. Para ulama syiah dari dulu hingga sekarang tidak menganggap Abdullah bin Saba’ sebagai tokoh syiah dan sahabat Imam Ali dan Imam-imam lainnya. Bahkan seluruh ulama syiah mengecam dan melaknat serta berlepas diri (tabarri) dari pendapat dan diri Abdullah bin Saba’. Bahkan buku-buku dan pendapat-pendapat yang dikutip oleh Husain al-Musawi dalam bukunya ini sudah cukup menunjukkan sikap para Imam syiah dan ulama syiah tentang Abdullah bin Saba’.
Dengan dua catatan di atas, maka jelaslah persoalan Ibnu Saba’ yang tidak kaitannya dengan mazhab syiah. Mungkinkah orang ditolak keberadaanya atau yang dihina dan dikafirkan oleh seluruh imam-imam syiah dan ulama-ulama syiah dijadikan tokoh panutan dalam syiah? Sungguh kesimpulan yang gegabah dan tentu saja salah kaprah.
Pada halaman 12, Husain al-Musawi menulis: >“Abdullah bin Saba’adalah salah satu sebab, bahkan sebab yang paling utama kebencian sebagian besar orang syiah kepada ahlus sunnah.”
# Darimana sumber kesimpulan Husain al-Musawi ini muncul? Sumber satu-satunya adalahimajinasinya yang tak pernah kering. Coba perhatikan, Husain al-Musawi berusaha memprovokasi pembacanya. Pertanyaan kita, apa hubungan antara Abdullah bin Saba’ dan kebencian kepada ahlu sunnah. Padahal kalau kita perhatikan seluruh buku syiah dan juga buku sunni dari yang besar sampai yang kecil tidak ada satu pun yang memuji Abdulah bin Saba’. Semua buku itu mencela dan menyatakan kesesatan dan kekafiran Abdulah bin Saba’.Jadi, sunni dan syiah sepakat akan kekafiran Abdulah bin Saba’. Seharusnya kesimpulan yangrasional dari hal itu adalah bahwa ahlussunnah dan syiah sama-sama membenci Abdullah binSaba’.
Coba perhatikan enam kutipan kitab syiah yang ditulisnya dari mulai halaman 12 sampai halaman 15, bukankah semua isinya menghujat Abdullah bin Saba’? Seharusnya, jika dia menyatakan bahwa syiah adalah pengikut Ibnu Saba’, maka dia harus menyebutkan hadits-hadits Syiah yang memuji Ibnu Saba’? Tapi sayang dia tak akan menemukannya. Wallahu a'lam. (bersambung)
Ditulis oleh Candiki Repantu