05/08/21

Mengapa Kitab Nahjul Balaghah Tidak Pakai Sanad?

 image

Beberapa waktu yang lalu, ada yang melayangkan pertanyaan. Di antaranya: mengapa kitab Nahjul Balaghah yang beredar tidak mencantumkan sanad? Apakah tidak mengurangi derajat kualitasnya? Apakah setiap imam mempunyai dokumentasi khutbah dan doa? Inilah sekadar jawaban seadanya dan mohon untuk dirujuk pada mereka yang ahli tentang kitab Nahjul Balaghah.

Sebagaimana diketahui Nahjul Balaghah adalah kumpulan pidato, khutbah, dan kata-kata mutiara dari Imam Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah. Murid-muridnya yang mengumpulkan dan sejumlah hadis Imam Ali sampai kepada para putranya, termasuk sahabat-sahabatnya. Kemudian dikumpulkan oleh Syarif Radhi. Naskahnya kemudian menyebar dan banyak yang memberikan komentar.

Sampai sosok cendekiawan Muhammad Abduh pun terkagum-kagum dan menilai Nahjul Balaghah sebagai buku sastra dan bahasa terbaik. Sudah pasti banyak orang yang kagum dan mendapatkan pencerahan dari Nahjul Balaghah. Buktinya sampai hari ini kitab ini terpelihara dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Perlu diketahui kitab Nahjul Balaghah adalah kitab bahasa atau sastra Arab. Karena Imam Ali banyak memakai bahasa sastra yang tinggi maka dikumpulkan pidato-pidato atau surat-suratnya yang menggunakan bahasa sastra yang tinggi. Karena itulah diberi nama Nahju al-Balaaghah, yakni "sastra yang terang". Kadang surat atau pidato Imam Ali itu panjang, tetapi tidak dimuat semua dalam kitab tersebut melainkan yang mengandungi sastra yang tingginya saja. Karena itu, maka kitab Nahjul Balaghah adalah kitab bahasa dan sastra yang tidak menuntut sanad.

Sudah tentu karena semua kalimat Imam Ali yang bersastra itu, diambil dari kitab-kitab hadis dan riwayat. Maka pasti ada sanad. Meski ada orang yang jahil dengan membuat banyak isu sesuka hatinya sehingga ulama lain bekerja keras menuliskan kitab khusus tentang sanad-sanad Nahju al-Balaaghah seperti kitab Madaariku Nahji al-Balaaghah karya Ayatullah 'Uzhmaa Haadi Kaasyifu al-Ghithaa' ra. Kitab ini bukan membuat sanad hadis-hadis Nahju al-Balaaghah, tetapi hanya menuliskan kembali dari kitab-kitab hadis yang merupakan rujukan kitab Nahjul Balaghah. Karena kitab Nahju al-Balaaghah adalah kitab yang dikumpulkan dari hadis-hadis yang ada dan dipilih pada bagian kata-kata atau kalimat-kalimat yang sangat tinggi sastranya sehingga kitab tersebut tidak serratus persen mewakili kata-kata Imam Ali.

Dapat dipahami bahwa kalau ada kitab lain yang serupa maka ia hanya merupakan kumpulan ulama dari hadis-hadis yang sebelumnya dipilih sesuai dengan topik yang diinginkan. Seperti doa-doa Shahiifatu al-Sajjaadiyyah. Juga kitab Nahju al-Fashaahah yang merupakan kata-kata yang mengandungi sastra yang tinggi dari sabda-sabda Kanjeng Nabi Muhammad saw.

Selain memiliki kandungan sastra, dalam surat-surat Imam Ali dan pesan kepada putranya tersirat informasi sejarah. Darinya bisa dijadikan bahan yang melengkapi situasi dan kondisi yang dialami pada zaman Imam Ali. Misalnya ada pesan ketika akan wafat kepadanya Imam Hasan, putranya, untuk memberikan hukuman kepada Ibnu Muljam atau memberikan kasih sayangnya. Kemudian ada informasi masa kecil Imam Ali yang berada dalam asuhan Kangjeng Nabi Muhammad saw. Kami kira terjemahan bahasa Indonesia dari Nahju al-Balaghah yang cukup bagus dan mudah dicerna adalah Mutiara Nahju Al-Balaghah, yang diterbitkan Mizan. *** (Abu Misykat)