28/01/22

Belajar Tasawuf, Al-I’tishom: Berpegang pada Tali Allah [by Khalid Al Walid]


Allah SWT berfirman: "Berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali Allah" (QS3:103); "Berpegang teguhlah kepada Allah Dialah penolong kamu" (QS 22: 78).

Berpegang pada tali Allah adalah menjaga ketaatan kepada-Nya dan mematuhi dan mentaati semua perintah-Nya. Sedangkan berpegang pada Allah adalah melepaskan diri dari segala yang meragukan dan hal-hal yang menyangsikan. Bahwa Salik hendaklah berusaha tawajjuh kepada Allah dan melepaskan hatinya dari kesadaran selain kepada Allah karena selain daripada Allah hanya akan menimbulkan keraguan dan kesangsian. 

Manzilah pertama adalah Berpegang teguh pada tingkat awwam, adalah berpegang teguh pada berita yang membawa ketundukan dan membenarkan janji-janji Allah. Yaitu membenarkan dan meyakini perintah Allah dan Rasul-Nya sekali pun itu sesuatu yang memberatkan dan bertentangan dengan keinginan. Berusaha melepaskan diri dari segala hal yang akan membawa dirinya pada keraguan dan rasa was-was karena hal tersebut akan merusak keyakinan. Seorang badui bertanya pada Muaz bin Jabal, "Apa.pendapatmu tentang orang yang banyak beribadah dan berbuat baik, namun berada alam keraguan." Muaz menjawab, "Keraguannya menghapuskan amalnya." 

Manzilah kedua, yaitu Melepaskan hal-hal yang digenggam, menebarkan kebaikan akhlak pada semua makhluk. Memutuskan seluruh ikatan dan ini merupakan berpegang teguh pada Urwah al-Wutsqo. Yang dimaksud melepaskan hal yang digenggam adalah berusaha mengikhlaskan segala sesuatu yang selama ini menjadi milik karena kepemilikan bukanlah miliknya. Termasuk di dalamnya keinginan. Menginginkan sesuatu berarti menggenggam sesuatu. Ketika Al-Busthami ditanya, "Apa yang kamu inginkan?" Al-Busthami menjawab, "Aku menginginkan untuk tidak memiliki keinginan. Ini Maqam Ridha.” Tapi Junaid berkata, "Ini menunjukkan masih adanya keinginan." Lantas seperti apa yang seharusnya? "Aku tidak ingin adanya keinginan." Ini maqam ikhlas.

Hakikat tasawuf adalah keindahan akhlak dan salik haruslah meliputi dirinya dengan keindahan akhlak dan berlaku kepada semua makhluk dengan keindahan akhlaknya. Memutuskan seluruh jenis ikatan yang akan membahayakan hubungannya dengan Allah SWT karena hanya dengan keterputusan ini dirinya dapat menjaga hubungannya dengan Allah SWT dan inilah makna seseorang yang berpegang pada urwatul wutsqo (tali yang tidak akan terputus). "Barangsiapa yang kufur terhadap thagut dan beriman kepada Allah maka dia telah berpegang pada al-urwah al-wutsqo" (QS 2:256). 

Manzilah ketiga adalah Berpegang Teguh bagi kalangan sangat khusus (khas al-khas) dengan keterhubungan (dengan Al-Haqq). Yaitu penyaksian al-Haqq dalam ketunggalan setelah sebelumnya menyaksikan-Nya dalam keadaan. Sibuk dalam kedekatan dan hal ini adalah berpegang teguh kepada Allah. Bahwa Salik dalam kondisi menyaksikan ke indahan Allah SWT dan fana' pada-Nya. Tenggelam dalam samudera keindahan-Nya yang mutlak.

 Antara Salik dengan al-Haqq sudah tidak lagi antara seperti sebelumnya. Al-Haqq menarik sang Salik untuk bersama-Nya. Kondisi ini adalah kondisi Tajalli Zati al-Haqq pada diri Salik. Seperti yang disebutkan al-Qur'an, "Dia bersamamu di mana pun kamu berada" (QS 57:4). Sibuk dalam kedekatan bahwa tidak ada kesadaran lain pada diri salik kecuali kesadaran tentang Al-Haqq. Karena diri-Nya telah meliputinya. Semua inilah yang dimaksud berpegang teguh kepada Allah. *** 

Khalid Al Walid adalah narasumber Belajar Tasawuf pada YouTube MISYKAT TV, setiap minggu jam 19.45-21.00 WIBB.