25/06/22

Nasaruddin Umar: The Power of Thanks Giving (Futuwwah)

SEMUA agama memomulerkan pentingnya membangkitkan kesadaran untuk berbagi (thanks giving/futuwwah).Secara literal futuwwah berarti dermawan, mirip dengan kemurahan hati. Futuwwah juga berarti menyucikan, bermurah hati, dan memenuhi janji. Ada juga yang mengatakan futuwwah berarti engkau tidak melakukan sesuatu karena adanya kehormatan dan kedudukannya. Futuwwah juga berarti engkau melakukan sesuatu yang baik beserta ahlinya dan yang bukan ahlinya. Jika dia bukan ahlinya, jadilah engkau ahlinya. 

Kalangan ulama juga ada yang mengartikan futuwwah sebagai seorang hamba yang selalu peduli terhadap urusan orang lain. Inilah yang diisyaratkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW. "Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong terhadap sesama saudaranya."

Dari segi ini futuwwah bisa juga berarti memaafkan terhadap kesalahan saudaranya dan menutupi segala aibnya. Inilah derajat futuwwah yang paling rendah. Futuwwah juga bisa berarti engkau menganggap dirimu tidak lebih utama dari pada orang lain dan dengan demikian futuwwah juga berarti engkau melayani dan tidak dilayani.

Secara sederhana futuwwah juga bisa berarti berakhlak baik. Dalam perspektif ahli hakikat, futuwwah ialah mengutamakan sesama makhluk, tidak hanya terbatas pada manusia, tetapi juga makhluk lain, termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan, bahkan benda mati karena bagi mereka dalam kamus Tuhan tidak ada benda mati. Semua beribadah dan bertasbih kepada Tuhan. Para dermawan dalam kategori ini menganggap harta yang diberikan untuk kepentingan orang lain yang lebih butuh atau untuk kepentingan akhirat, lebih besar maknanya ketimbang harta yang disimpan untuk kepentingan diri sendiri dan keluarga.

Al-Junaid mengatakan futuwwah menahan diri dari segala yang menyakiti orang lain dan memberi makanan kepada orang lain. Ada juga yang mengatakan futuwwah ialah mengikuti sunnah. Ada juga yang mengatakan futuwwah ialah menampakkan kenikmatan dan menyembunyikan cobaan.

Ahamd bin Hambal mengatakan futuwwah meninggalkan apa yang engkau inginkan demi yang engkau takuti. Futuwwah ialah seorang pemuda yang punya musuh sebagai akibat tangguhnya kepada sebuah prinsip. Ada juga yang mengatakan futuwwah ialah seorang pemuda yang menghancurkan berhala besar, yaitu nafsunya sendiri. Hal ini diambil dari firman Allah dalam Alquran: Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim. (QS Al-Anbiya'/21: 60). Ada yang mengatakan sumber futuwwah adalah keimanan.

Oleh karena itu, Allah menamai Ashab al-Kahf dengan fityah ketika mereka beriman kepada Tuhan mereka. Hal ini ditegaskan dalam Alquran: "Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk." (QS Al-Kahf/18:13). Ada juga yang mengatakan, sesungguhnya mereka dinamakan fityah karena mereka beriman kepada Allah tanpa perantara.

Al-Junaid mengatakan futuwwah dapat ditemukan di Syam, kefasihan bahasa di Irak, dan kejujuran di Khurasan. Kemudian, ketahuilah bahwa kebebasan itu lebih mulia dari pada kejujuran, dan futuwwah lebih utama lagi dari pada keduanya (kebebasan dan kejujuran). Kedermawanan manifestasi dari iman. Kedermawanan juga merupakan bagian dari kepribadian bangsa dengan berbagai bentuk aktualisasinya, seperti gotong royong, kesalehan sosial, silaturahim, bakti sosial, saweran, dan amal jariyah. Kedermawanan sosial salah satu inti ajaran agama Islam, dan di dalam Alquran muncul surah khusus, yaitu Surah Al-Ma'un.

Kiat untuk membangkitkan kesadaran futuwwah anggaplah semua orang lain ialah dirinya sehingga ketika kita membantu orang kita seperti membantu diri sendiri. Aku seperti menolong diriku ketika membantu sesama. Mari kita menghidupkan the power of futuwwah. *** (Nasaruddin Umar adalah Imam Besar Masjid Istiqlal)

Sumber artikel https://mediaindonesia.com/renungan-ramadan/165559/the-power-of-thanks-giving-futuwwah (Minggu 10 Juni 2018, 07:55 WIB).