Imam Musa Kadzim as bersabda:
عَظِّمِ العَالِمَ لِعِلْمِهِ وَ دَعْ مُنَازَعَتَهُ، وَ صَغِّرِ الجَاهِلَ لِجَهْلِهِ ولاَ تَطْرُدْهُ وَ لَكِنْ قَرِّبْهُ وَ عَلِّمْهُ.
Muliakan orang alim karena ilmunya dan tinggalkan berdebat/bertengkar dengannya. Dan remehkan orang jahil karena kebodohannya dan jangan engkau usir dia, tetapi dekatkan dan ajari dia. (Bihâr Al Anwâr, 75/309)
Memuliakan dan menghormati serta mengagungkan para alim ulama karena ilmu suci yang mereka miliki pada hakikatnya adalah memuliakan kesucian ilmu itu sendiri.
Kita harus mendudukkan setiap orang sesuai dengan kadar kemuliaannya. Penghormatan kita kepada seorang ulama tentu harus berbeda dengan kepada orang jahil. Namun demikian, tidak berarti orang jahil itu tidak memiliki hak atas orang alim, sehingga ia boleh ditelantarkan dan dibiarkan dalam kejahilan.
Hendaknya orang yang berilmu tidak mengusir si jahil dari majlisnya. Justru ia harus diperlakukan dengan lemah lembut; didekati dan diajari ilmu yang akan menjadikannya memahami agamanya.
Sebagaimana seorang yang jahil/tidak mengerti ajaran agamanya hendaknya belajar, demikian juga seorang yang alim harus mengajarkan ilmunya. *** (Ali Umar Alhabsyi adalah anggota Dewan Asyura IJABI)