01/03/23

Manzilah Takut (al-Khauf) [by Kholid Al Walid]


Manzilah takut (alkhauf) adalah manzilah kedua dari Manzilah Pintu-Pintu (al-Abwab). Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka) (QS 16:50). 

Syaikh menjadikan ayat ini sebagai dasar untuk menunjukkan rasa takut yang timbul dari keimanan dan ketakwaan bukan Rasa Takut yang salah yaitu karena urusan dunia dan ketakutan yang muncul sebagai akibat cinta dunia. Takut adalah terlepasnya rasa tenteram dan aman  melalui pengkajian akan hal yang baik. Tenteram (al-Thumaninah) adalah diam (al-Sukun). Seperti hadis Nabi Muhammad Saw, "Ruku'lah kami hingga orang-orang yang ruku' itu diam dan berdirilah sehingga orang-orang berdiri dengan diam." Sedangkan mengkaji hal yang baik adalah berupaya menggali makna kebaikan sehingga termaktub di dalam pikiran.

Pada Manzilah Awwam (pertama), takut atas hukuman Allah SWT disebabkan oleh keimanan. Iman adalah pembenaran terhadap realitas dan yang dimaksud di sini adalah keimanan akan ketetapan dan keputusan Allah SWT. Karena keimanan terhadap ancaman dan janji Allah maka menimbulkan rasa takut akan hal tersebut. Rasa takut ini muncul karena pembenaran janji Allah SWT, mengingat keburukan dan dosa serta akibat dari tindakan. Bahwa Allah SWT tidak pernah mengingkari janji-Nya dan di antara janji Allah adalah akan mengazab hamba-Nya yang buruk dengan azab yang pedih. Betapa banyak keburukan dan dosa yang selama ini meliputi diri salik, bahkan jika ia melihat dirinya tidak dia temukan kebaikan sesuai yang diinginkan Allah SWT. Khawatir terhadap akibat bahwa setiap tindakan akan menghasilkan akibat demikian juga dosa dan keburukan. Akibat tersebut bisa terjadi di dunia dan juga di akhirat kelak. Akibat dari dosa bisa menimbulkan bencana, berubahnya nikmat menjadi bala', menghilangkan perlindungan, tidak terijabahnya doa, bahkan menimbulkan derita yang abadi. 

Manzilah kedua, yaitu takut terhadap Muslihat yang terjadi pada keadaan jiwa yang tenggelam dalam kesadaran terliputi oleh rasa manis dan kenikmatan. Bahwa kondisi yang terjadi ketika kesadaran terbuka pada diri seseorang menimbulkan penyaksian akan hal-hal yang tidak disaksikan oleh umumnya manusia. Kemampuan jiwa berkembang pada hal-hal yang luar biasa dan bahkan diluar hal yang alamiah. Kondisi menimbulkan kenikmatan pada diri Salik yang akan menenggelamkan dirinya pada kelalaian akan tujuan sesungguhnya dari sebuah proses perjalanan ruhaniah. Inilah muslihat yang harus ditakutkan oleh seorang Salik karena dirinya dapat terperangkap justru pada Istidraj dimana justru secara tidak sadar dirinya menjauh dari Allah SWT: "Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui" (QS 68:44). 

Manzilah Ketiga, yaitu pada Manzilah Takut yang paling khusus ini tidak lagi ketakutan hadir yang ada adalah Haybah rasa keagungan dari keperkasaan Allah SWT dan ini merupakan puncak yang digambarkan sebagai tujuan pencapaian Manzilah Takut. Dalam hal ini Salik tidak lagi merasakan takut akan balasan atau muslihat yang akan menjebak dirinya akan tetapi karena penyaksian yang begitu dahsyatnya menyebabkan dirinya terliputi rasa ketidak bermaknaan dihadapan keagungan yang begitu luar biasa. Seperti yang terjadi pada Nabi Musa a.s. ketika meminta untuk menyaksikan Allah, "Tuhanku perkenankan aku menyaksikan-Mu"; dan Allah menampilkan keagungan-Nya, "Dan ketika Tuhan menampakkan Diri-Nya maka gunung itu menjadi amblas dan Musa jatuh pingsan" (QS 7:143).[] 

Dr Kholid Al-Walid adalah Dosen STAI Sadra, Jakarta