29/04/23

Marifat Doa: Upaya Menggapai Rahmat Ilahi (4 dan 5) [by Kholid Al Walid]

Bagian 4 

"Dan tidaklah segala sesuatu kecuali pada Kami ada perbendaharaannya dan Kami menurunkan dengan ukuran yang telah Kami tetapkan" (QS 15:21).


Allah SWT memiliki segala sesuatu dan Allah dengan Rahmat-Nya  membagikan segala sesuatu tersebut pada hamba-hamba-Nya. Kapanpun bagi Allah bukanlah persoalan untuk memberikan pada hamba-Nya.  


Namun terbuka atau tidaknya sangat bergantung pada diri hamba itu sendiri. Kunci perbendaharaan itu ada ditangannya sebagaimana yang disebutkan Rasulullah Saw: "Barangsiapa yang membuka tangannya untuk berdoa maka Allah membuka baginya pintu-pintu Ijabah".  


Allah SWT berfirman: "Dan ketika Allah membuka pintu rahmat-Nya maka tidak akan ada yang mampu mencegahnya" (QS 35:2).


Rasulullah saw memberikan petunjuk pada kita, "Tidakkah kalian ingin aku beritahu senjata yang akan menyelamatkanmu dari musuh-musuhmu dan melapangkan rezeki bagimu? Sahabat berkata: "Kami ingin Ya Rasulullah." Rasul bersabda:" Berdoalah kepada Tuhanmu siang dan malam, karena senjatanya orang beriman tidak lain adalah doa". 


Lantas apa yg memberatkan diri kita untuk mengangkat tangan, mengungkapkan permohonan kita? Karena hanya dengan itu pintu-pintu perbendaharaan yang ada di sisi Allah SWT akan terbuka. 


"Perbanyaklah berdoa, karena sesungguhnya doa adalah kunci dari setiap Rahmat, pemenuh setiap kebutuhan. Tidaklah terbuka apa yang ada di sisi Allah kecuali dengan doa seperti halnya pintu pasti akan terbuka dengan banyaknya ketukan" (al-hadis). 


Jangan pernah lelah mengetuk pintu langit melalui doa karena satu masa pasti pintu itu akan terbuka untukmu. 


Bagian 5

Hakikat hamba adalah kefakiran. Fakir merupakan gambaran ketidakmampuan, ketidak adaan, keterbatasan dan liputan kebutuhan. Di hadapan Allah SWT seorang hamba betul-betul fakir secara mutlak, bahkan dirinya pun milik Allah bukan miliknya.  "Wahai manusia kalian fakir kepada Allah..." (QS 35:15). 


Ketika seorang hamba berdoa ia tengah mengakui kefakirannya dihadapan Allah SWT. Al-Qur'an melukiskan kefakiran hamba ketika berdoa dalam beberapa karakteristik. 


Pertama, merendahkan diri dan mengungkapkan permohonan dengan suara yang perlahan. "Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dan dengan suara yang perlahan..." (QS 6: 63) 


Kedua, dengan rasa takut dan berharap. "Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).” (QS 7:56) 


Ketiga, dengan perasaan harap dan cemas. "Dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami." (QS 21: 90) 


Keempat, pengakuan atas kehinaan diri. "Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim". (QS 21: 87) 


Kelima, hanya Allah semata yang mampu menyelesaikan masalah yang ia hadapi. "Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan". (QS 27:62) 


Jika kita ingin doa kita didengarkan Allah SWT maka kelima karakteristik tersebut harus muncul ketika kita berdoa jika tidak maka doa kita menjadi doa yang tidak terdengar. 


Sebagaimana Rasulullah Saw berdoa, "Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari do'a yang tidak terdengar". *** (Dr Kholid Al-Walid, Dosen STAI Sadra Jakarta)