Bagian 4
"Dan
tidaklah segala sesuatu kecuali pada Kami ada perbendaharaannya dan Kami
menurunkan dengan ukuran yang telah Kami tetapkan" (QS 15:21).
Allah SWT memiliki segala sesuatu dan Allah dengan Rahmat-Nya membagikan segala sesuatu tersebut pada hamba-hamba-Nya. Kapanpun bagi Allah bukanlah persoalan untuk memberikan pada hamba-Nya.
Namun
terbuka atau tidaknya sangat bergantung pada diri hamba itu sendiri. Kunci
perbendaharaan itu ada ditangannya sebagaimana yang disebutkan Rasulullah Saw:
"Barangsiapa yang membuka tangannya untuk berdoa maka Allah membuka
baginya pintu-pintu Ijabah".
Allah
SWT berfirman: "Dan ketika Allah membuka pintu rahmat-Nya maka tidak akan
ada yang mampu mencegahnya" (QS 35:2).
Rasulullah
saw memberikan petunjuk pada kita, "Tidakkah kalian ingin aku beritahu
senjata yang akan menyelamatkanmu dari musuh-musuhmu dan melapangkan rezeki
bagimu? Sahabat berkata: "Kami ingin Ya Rasulullah." Rasul
bersabda:" Berdoalah kepada Tuhanmu siang dan malam, karena senjatanya
orang beriman tidak lain adalah doa".
Lantas
apa yg memberatkan diri kita untuk mengangkat tangan, mengungkapkan permohonan
kita? Karena hanya dengan itu pintu-pintu perbendaharaan yang ada di sisi Allah
SWT akan terbuka.
"Perbanyaklah
berdoa, karena sesungguhnya doa adalah kunci dari setiap Rahmat, pemenuh setiap
kebutuhan. Tidaklah terbuka apa yang ada di sisi Allah kecuali dengan doa
seperti halnya pintu pasti akan terbuka dengan banyaknya ketukan"
(al-hadis).
Jangan
pernah lelah mengetuk pintu langit melalui doa karena satu masa pasti pintu itu
akan terbuka untukmu.
Bagian
5
Hakikat
hamba adalah kefakiran. Fakir merupakan gambaran ketidakmampuan, ketidak adaan,
keterbatasan dan liputan kebutuhan. Di hadapan Allah SWT seorang hamba
betul-betul fakir secara mutlak, bahkan dirinya pun milik Allah bukan
miliknya. "Wahai manusia kalian fakir kepada Allah..." (QS
35:15).
Ketika
seorang hamba berdoa ia tengah mengakui kefakirannya dihadapan Allah SWT.
Al-Qur'an melukiskan kefakiran hamba ketika berdoa dalam beberapa
karakteristik.
Pertama,
merendahkan diri dan mengungkapkan permohonan dengan suara yang perlahan.
"Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di
darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dan dengan
suara yang perlahan..." (QS 6: 63)
Kedua,
dengan rasa takut dan berharap. "Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa
takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).” (QS 7:56)
Ketiga,
dengan perasaan harap dan cemas. "Dan mereka berdoa kepada Kami dengan
harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami."
(QS 21: 90)
Keempat,
pengakuan atas kehinaan diri. "Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat
gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau,
sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim". (QS 21:
87)
Kelima,
hanya Allah semata yang mampu menyelesaikan masalah yang ia hadapi. "Atau
siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa
kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan". (QS 27:62)
Jika
kita ingin doa kita didengarkan Allah SWT maka kelima karakteristik tersebut
harus muncul ketika kita berdoa jika tidak maka doa kita menjadi doa yang tidak
terdengar.
Sebagaimana Rasulullah Saw berdoa, "Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari do'a yang tidak terdengar". *** (Dr Kholid Al-Walid, Dosen STAI Sadra Jakarta)