Dalam salah satu pidato Imam Ali bin Abi Thalib as yang menjelaskan ketetapan Allah untuk selalu membimbing umat manusia ke jalan-Nya dengan mengutus para nabi as, satu demi satu, sehingga Allah mengutus Nabi Terakhir Pembawa Risalah Pamungkas.
Beliau as berkata:
إِلَى أَنْ بَعَثَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ مُحَمَّداً رَسُولَ اللَّهِ (صلى الله عليه وآله ) لِإِنْجَازِ عِدَتِهِ وَإِتْمَامِ نُبُوَّتِهِ مَأْخُوذاً عَلَى النَّبِيِّينَ مِيثَاقُهُ مَشْهُورَةً سِمَاتُهُ كَرِيماً مِيلَادُهُ وَأَهْلُ الْأَرْضِ يَوْمَئِذٍ مِلَلٌ مُتَفَرِّقَةٌ وَأَهْوَاءٌ مُنْتَشِرَةٌ وَطَرَائِقُ مُتَشَتِّتَةٌ بَيْنَ مُشَبِّهٍ لِلَّهِ بِخَلْقِهِ أَوْ مُلْحِدٍ فِي اسْمِهِ أَوْ مُشِيرٍ إِلَى غَيْرِهِ فَهَدَاهُمْ بِهِ مِنَ الضَّلَالَةِ وَأَنْقَذَهُمْ بِمَكَانِهِ مِنَ الْجَهَالَةِ ثُمَّ اخْتَارَ سُبْحَانَهُ لِمُحَمَّدٍ ( صلى الله عليه وآله ) لِقَاءَهُ وَرَضِيَ لَهُ مَا عِنْدَهُ وَأَكْرَمَهُ عَنْ دَارِ الدُّنْيَا وَرَغِبَ بِهِ عَنْ مَقَامِ الْبَلْوَى فَقَبَضَهُ إِلَيْهِ كَرِيماً ( صلى الله عليه وآله ) وَخَلَّفَ فِيكُمْ مَا خَلَّفَتِ الْأَنْبِيَاءُ فِي أُمَمِهَا إِذْ لَمْ يَتْرُكُوهُمْ هَمَلًا بِغَيْرِ طَرِيقٍ وَاضِحٍ وَلَا عَلَمٍ قَائِمٍ كتاب ربكم
Sehingga Allah SWT mengutus Muhammad untuk merealisasikan janji-Nya dan menyempurnakan kenabian-Nya, (Nabi yang) telah diambil perjanjian atas para nabi (untuk mengimaninya), tersohor tanda-tanda/ciri-cirinya, dan mulia kelahirannya. Sementara itu penduduk bumi berada dalam agama yang beragam corak, hawa nafsu yang tersebar dan jalan-jalan (kehidupan) yang bercerai berai, antara (mereka) yang menyerupakan Allah dengan ciptaan-Nya, atau menyimpang dalam nama-Nya atau menunjuk kepada selain-Nya, lalu Allah memberi mereka hidayah/petunjuk dari kesesatan melalui (Nabi) Muhammad dan menyelamatkan mereka dari kebodohan dengan keberadaannya.
Kemudian Allah SWT memilihkan untuk (Nabi) Muhammad SAW perjumpaan dengan-Nya, merelakan untuknya apa-apa yang ada di sisi-Nya dan memuliakan beliau dari rumah dunia dan memindahkannya dari tinggal bersama ujian/cobaan/bencana, maka Allah mewafatkannya dalam keadaan mulia. Dan Beliau Saw meninggalkan di tengah-tengah kalian apa yang ditinggalkan para nabi di tengah-tengah umat, di mana mereka (para nabi) tidak pernah menelantarkan umat mereka tanpa jalan yang jelas dan tanda penunjuk yang tegak yaitu Kitab Allah.
Dalam cuplikan dari pidato panjang yang diabadikan Syarif Radhi ra dalam Nahjul Balaghah, khuthbah nomor 1 di atas, Imam Ali bin Abi Thalib as menegaskan sebuah poin penting berkaitan dengan kelahiran dan wafat Nabi Muhammad saw. Beliau mensifati keduanya dengan kariman, dalam keadaan mulia.
Demikianlah Nabi Muhammad saw. Lembaran kehidupannya dibuka dengan keagungan dan kemuliaan, dan kehidupan dunianya ditutup dengan keagungan dan kemuliaan pula. Semoga kita selalu dalam bayang-bayang keberkahan dan syafaat Beliau saw. Aamiin. ***
Ali Umar Al-Habsyi adalah Anggota Dewan Syura IJABI