22/01/22

Belajar Tasawuf: Tadzakkur [by Dr Khalid Al-Walid]

"Dialah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan menurunkan untukmu rezeki dari langit. Dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah)." (QS 40: 13) 

Ayat ini menjadi bukti bahwa manzilah mengingat (tadzakkur) adalah setelah manzilah kembali (al-inabah). Mengingat di atas berfikir karena berfikir berarti menuntut sesuatu. Sedangkan mengingat berarti sudah ada (wujud). 

Berfikir terjadi ketika ketiadaan yang ingin diketahui karena tertutupnya hati dari keburukan nafsu. Sedangkan mengingat terjadi ketika hijab terangkat dan terkoyaknya hijab diri dan kembali dirinya pada fitrah dasarnya. Kelalaiannya yang membuat dirinya lupa sehingga mengingat pada intinya adalah mengembalikan kembali hal yang sudah ada pada dirinya. "Dan Kami telah mengikat perjanjian dengan Adam sejak dahulu  akan tetapi dia lalai" (QS 20: 115).

Ada tiga manzilah dalam tadzakkur ini. Pertama adalah mengingat dengan mengambil manfaat dari nasihat. Bahwa nasihat khususnya dari Syaikh adalah tuntunan yang harus dijalankan dengan kesungguhan. Mengerahkan seluruh upaya untuk menunaikannya. "Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu. Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk" (QS 36: 20-21).

Untuk mampu mendapatkan manfaat dari nasihat ada tiga tahap yang harus ditempuh. (1) Merasa sangat memerlukan nasihat bahwa kesadaran lemahnya diri dan kemampuan memerlukan petunjuk dan nasihat. Hanya melalui nasihat-nasihat diri salik bisa selamat. (2) Menutup pandangan dari keburukan yang ada pada diri pemberi nasihat, yaitu memperhatikan keburukan atau kedudukan yang ada pada pemberi nasihat akan menganggu hati salik. Padahal nasihat sendiri adalah kebaikan dari siapa pun berasal. Sebagaimana Imam Ali as berkata, "Lihatlah apa yang dikatakan dan jangan lihat siapa yang mengatakan." Abdurrazaq Kasyani berkata, "Dengarkanlah perkataanku dan jangan kau perhatikan perbuatanku. Ilmuku bermanfaat untukmu, sedangkan keburukanku tidak ada kaitan denganmu." (3) Ingatlah kematian dan perhitungan, yaitu karena kematian adalah nasihat paling baik. Rasulullah bersabda, "Cukuplah kematian sebagai nasihat."

Kedua adalah mengambil pelajaran melalui penyaksian mata bathin. Bahwa segala yang terjadi tidak lain merupakan Tajalli Ilahi; apakah hadirnya seorang mukmin atau pun kafir. Apa yang tersaksikan melalui mata zhahir seringkali berbeda ketika dilihat dengan mata bathin. Mengambil pelajaran dengan mata bathin dapat terjadi melalui tiga tahap. (1) Hidupnya akal bahwa hidupnya akal adalah kekuatan untuk dapat memahami segala sesuatu sesuai realitasnya, memisahkan yang salah dengan yang benar, bermanfaat dan sia-sia. Sekiranya akal belum bekerja dengan baik maka mata bathin pun tidak akan mampu menyaksikan. Karena kekuatan akal adalah langkah untuk membuka penyaksian bathin. (2) Ma'rifat hari-hari, sebagaimana yang telah pernah dibicarakan juga di manzilah taubat. Bahwa hari-hari yang lewat dari usianya hendaklah dia teliti kembali apakah hari-hari tersebut sudah dalam upaya perjalanan menuju Allah atau belum. Apakah hari-hari yang lewat sudah dalam upaya untuk menghiasi dirinya dengan sifat-sifat Allah atau belum. Mengingat, "Sungguh beruntung orang-orang yang membersihkan dirinya dan sungguh celaka orang-orang yang mengotorinya" (QS 91:10). (3) Keselamatan dari penghalang bahwa keselamatan tidak lain melalui keikhlasan dalam melakukan amal perbuatan. Melepaskan diri dari riya' dan kemunafikan, dan segala jenis halangan duniawi karena hal tersebut akan mematikan akal dan memudarnya kemampuan mata bathin untuk menyaksikan realitas ruhaniah. 

Ketiga adalah keberhasilan melalui buah berfikir. Bahwa melalui proses berfikir terhasilkan potensialitas (al-isti'dad) karena berfikir adalah upaya persiapan diri untuk mendapatkan makna yang tercurah melalui proses mengingat. Sekali pun tidak semua berhasil mendapatkan curahan makna (hakikat). Ma'rifat dihasilkan melalui proses berfikir dan hakikat dihasilkan melalui potensi yang dihasilkan dari mengingat.

Pencapaian buah dari berfikir melalui tiga hal. (1) Memendekkan angan-angan dan keinginan, yaitu angan-angan terjadi karena lalai terhadap kematian. Sedikitnya angan-angan dan keinginan akan memperbanyak kebahagiaan. Terlepas dari angan-angan dan keinginan dari kehidupan duniawi akan menguatkan dorongan dan kecintaan pada perjumpaan dengan Allah SWT. Rasulullah Saw bersabda, "Aku takutkan dari umatku dua hal Kecintaan pada dunia dan panjangnya angan-angan." (2) Membangun hubungan dengan al-Qur'an, yaitu melalui upaya yang sungguh untuk memperbanyak waktu bersama al-Qur'an, mengambil nasehat darinya, memahami maknanya, menjauhkan diri dari batasan yang telah ditetapkannya karena dengan itu cahaya hati dan ma'rifat akan berkembang. (3) Mengurangi perjumpaan, harapan, ikatan, rasa kenyang, dan tidur. Perjumpaan dengan ahli dunia akan melalaikan hati dari mengingat Allah dan membatasi perjumpaan hanya dengan orang-orang yang saleh dan 'arif.

Mengurangi harapan karena harapan adalah jalur setan untuk menimbulkan kekecewaan dan rasa was-was. Ikatan hati selain kepada Allah pada ujungnya akan menjadi penghambat proses ruhaniah. Sayidah Maryam dalam kebersamaan hatinya dengan Allah, apa pun yang terlintas dalam hatinya segera Allah wujudkan sebagai hidangan yang berasal dari langit. Namun, ketika dalam hatinya ada ikatan dengan bayi yang dikandungnya, Allah justru memerintahkannya untuk menggoyang pohon kurma tatkala lapar. 

Rasa kenyang adalah pupuk bagi syahwat. Upaya mengendalikan syahwat tidak lain dengan memperbanyak rasa lapar. Banyaknya tidur akan menumbuhkan rasa malas dan menjauhkan seorang salik dari kenikmatan ibadah. Tidur bagi salik sekadar memenuhi kebutuhan bagi tubuh semata, bukan untuk menikmati kesenangan dan kelalaiannya. ***

Dr Khalid Al Walid adalah narasumber Belajar Tasawuf pada YouTube MISYKAT TV, setiap minggu jam 19.45-21.00 WIBB.