Berlari adalah berpindah dengan cepat dari sesuatu yang nisbi menuju Yang Abadi. Berlari dalam konteks tasawuf adalah mengangkat kesadaran dari kesadaran pada tingkat makhluk yang bersifat nisbi menuju al-Haqq yang bersifat hakiki dan abadi.
Tentang al-Firar terbagi pada tiga tahapan. Tahapan
al-Firar pertama adalah Berlari dari kebodohan menuju pengetahuan dalam
keyakinan dan tindakan. Dari kemalasan kepada kesungguhan dalam tekad dan
upaya menghindarkan diri (dari keburukan). Dari kesempitan menuju keluasan jiwa
dalam keteguhan dan harapan. Yakni upaya meninggalkan mengikuti tindakan
kebodohan dan orang-orang bodoh dengan mengikuti ulama yang betul-betul memiliki
pengetahuan zahir dan batin serta memiliki kesesuaian antara ilmu mereka dengan
perilaku mereka. Antara ilmu dan akhlaknya berada dalam kemuliaan. Mengikuti ulama
yang telah lepas dari kelalaian, kemewahan duniawi dan kemalasan beribadah. Dan
mencontoh mereka dan dalam kesungguhan mereka. Berusaha melepaskan diri dari
sempitnya dada karena persoalan kehidupan duniawi yang dihadapi dengan kelapangan
dada karena prasangka baik kepada Allah SWT dan keteguhan keyakinan kepada
Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT berfirman: “Barangsiapa bertakwa Kami berikan
baginya jalan keluar dan rezeki dari tempat yang tidak di duga-duga” (QS
65:2-3).
Tahapan kedua adalah Berlari dari al-Khabar menuju
Penyaksian Ruhaniah, dari Kebiasaan menuju Prinsip, dari Keterliputan diri
menuju Keterlepasan. Yakni seorang salik berusaha untuk naik ke tingkat
kesadaran qalbiyah yang lebih tinggi dari sekedar berita dan pengetahuan
tentang alam ghaib yang selama ini didapat melalui nash menuju penyaksian
ruhaniah langsung atas tajaliyat Ilahiah yang terjadi dan menerima bisikan
ruhaniah yang masuk pada dirinya. Salik juga berusaha dari sekadar taat
berdasar ketentuan syariah terhadap hukum, ilmu dan amal meningkat pada hakikat
kesadaran batin dan makna dari setiap ketentuan syariat. Ibnu Abbas menafsirkan,
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah” (QS 51:56). Maksud
dari beribadah adalah mengenal.
Pada hadis qudsi, Allah SWT berfirman: "Aku adalah
permata yang tersembunyi dan Aku mencintai untuk dikenal maka Aku ciptakan
makhluk dan Aku limpahi mereka dengan kenikmatan hingga mereka
mengenal-Ku." Tidaklah amal dan ibadah diterima kecuali dilakukan
berkesesuaian dengan Tajalli ilahi. Kemudian Berlari dari keburukan dan
keterliputan diri dari kesadaran terhadap hakikat Ilahi dari pengetahuan dan ma'rifat
diri tentang-Nya menuju ma'rifat diri-Nya menurut-Nya. Yakni melepaskan
kesadaran diri dari diri salik kesadaran Ilahi. Inilah tahapan al-Firar pada
tingkat Khusus.
Tahapan ketiga dari al-Firar adalah Berlari dari
selain al-Haqq menuju al-Haqq, dari Penyaksian berlari menuju al-Haqq kemudian
dari berlari dari berlari menuju al-Haqq.
Tahapan ini untuk salik yang sudah sampai pada tingkat khas
al-khas, sebagian menyebutkan sudah berada pada tingkat hakikat. Berlari dalam
tahapan khas al-khas ini adalah melepaskan kesadaran kepada selain
al-Haqq termasuk tajalli-Nya.
Bagi Zulaikha ketika sudah mengenal kekasih hakikinya, maka
Yusuf tidak lebih dari bayang-bayangNya. Segala penyaksian yang selama ini
terjadi bukanlah Dia dan salik berusaha untuk tidak berhenti atas segala
keindahan yang ia saksikan.
Atthar menggambarkan betapa banyak burung-burung tak sampai
pada Simurgh, sang burung hakiki karena terpesona oleh pesona lembah yang
mereka lintasi. Seluruhnya bukanlah dia dan harus ditinggalkan seindah apa pun
selain-Nya.
Karena itu, al-firar adalah berlari dari kesadaran tentang
keadaan dirinya yang sedang berlari. Selama masih ada kesadaran bahwa dirinya
sedang berlari menuju-Nya maka dia tidak akan pernah sampai kepada-Nya. Karena
masih dualitas yang terjadi dan dia tidak akan pernah sadar tentang Dia.
Seperti orang yang tidur tidak akan pernah tidur ketika dia masih sadar bahwa
dirinya sedang tidur. ***
Dr Khalid Al Walid adalah narasumber Belajar Tasawuf pada
YouTube MISYKAT TV, setiap minggu jam 19.45-21.00 WIBB.