27/03/22

Belajar Tasawuf, Al-Muraqabah (Berada dalam Pengawasan Allah) [by Kholid Al Walid]


"Mereka tidak memelihara (hubungan) kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas" (QS 9:10) dan "Maka tunggulah; sesungguhnya mereka itu menunggu (pula)"
(QS 44:59).

Al-Muraqabah dapat diartikan penjagaan atau pengawasan. Makna dari Al-Muraqabah adalah kontinuitas dalam memperhatikan maksud. Ini masuk dalam aktivitas hati dan merupakan perhatian hadrat al-Haqq terhadap hati.

Al-Muraqabah memiliki tiga manzilah. Manzilah Pertama adalah penjagaan (pengawasan) al-Haqq dalam perjalanan menuju-Nya secara terus menerus, di antara pengagungan dan perendahan serta kebahagiaan yang terbit. Bahwa seorang salik hendaklah menyadari bahwa upaya dirinya dalam mendekatkan diri pada al-Haqq selalu berada dalam pengawasan al-Haqq. Proses perjalanan salik adalah proses di mana dirinya mengagungkan al-Haqq dan merendahkan diri dan selain-Nya. Semakin agung dihatinya kedudukan al-Haqq maka semakin rendah selain-Nya. Dari kondisi ini akan terbit rasa bahagia dirinya dalam pengabdiannya pada al-Haqq. Kesadarannya dan apa yang tergores dihatinya harus selalu disadari berada dalam pengawasan al-Haqq. Karenanya salik menjaga hatinya untuk selalu merasa hina.dan rendah di hadapan al-Haqq.

Manzilah Kedua adalah menjaga kesadaran pandangan al-Haqq yang tertuju kepadanya, menolak penghalang, menyanggah setiap sanggahan, menolak kesadaran pertentangan. Pada tingkat ini bukan hanya kesadaran hati, tetapi penyajian bathin akan perhatian dan penyajian Allah terhadap diri, menjaga penyaksian ini secara terus menerus melalui upaya melepaskan seluruh keinginan, tindakan, pandangan karena seluruh keinginan, tindakan dan pandangan haruslah berasal dari-Nya. Menyanggah setiap sanggahan adalah meniadakan ilmunya tentang-Nya, ketetapan-Nya karena yang berlaku di dalam mahkamah-Nya hanyalah keinginan dan ilmu-Nya. Dengan meniadakan ilmunya maka akan ilmu-Nya pada dirinya. "Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami" (QS 18:65). Menghilangkan kesadaran pertentangan adalah menghilangkan kesadaran tentang dirinya karena ketika salik masih menyadari dirinya maka dirinya tidak akan pernah fana' kepada-Nya yang akan menyebabkan batalnya penyaksian tentang haqiqat. Salik tidak akan pernah fana' sekiranya dirinya masih membawa kesadaran tentang keberadaannya.

Manzilah Ketiga adalah penjagaan azali dengan mengkaji sumber primordial untuk menerima ilmu tauhid, penjagaan terhadap tampilnya isyarat azali yang abadi dan penjagaan yang terlepas dari ikatan penjagaan. Penyaksian makna azali adalah penyaksian hakikat awal yang tiada berawal dalam kemutlakannya tanpa di dahului oleh apa pun sebagai dasar penyaksian ketunggalan Dzati al-Haqq. "Dialah yang Awal dan Dialah yang Akhir, Dialah yang Zhahir dan Dialah yang batin" (QS 57:3).

Dengan demikian tampillah isyarat ketunggalan Dzati al-Haqq tanpa sifat dan asma' serta penyaksian terhadap al-Haqq bersifat abadi mutlak. "Wahai jiwa yang tenteram kembalilah pada Tuhanmu dengan penuh ridha dan keridhaan dan masuklah ke dalam golongan hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku" (QS 89:27-30).

Ketika sudah dalam hakikat ketunggalan dengan al-Haqq dan masih memperhatikan Penjagaan al-Haqq maka bukanlah ketunggalan karena masih dirinya masih berada dalam dualitas antara dirinya dan penjagaan. Sedangkan pada ketunggalan tidak ada yang lain kecuali al-Haqq dan tidak ada kesadaran dirinya kecuali kesadaran al-Haqq. *** (Dr Kholid Al Walid adalah Dosen STFI Sadra Jakarta)

 => Belajar Tasawuf bisa Anda ikuti pada YouTube MISYKAT TV, setiap minggu jam 19.45-21.00 WIBB.