24/10/22

Ilham bersumber dari Allah

Ilham bersumber dari dan kepada Allah.Hanya atas perkenaan-Nya seseorang bisa memperolehnya. Dengannya seseorang bisa memahami perintah agama, berbuat kebaikan yang tak pernah dipikir sebelumnya, tidak melakukan suatu kejahatan – keburukan yang awalnya berniat dilakukan,motivasi kepada yang benar, dan menemukan cara menjauhkan diri dari ancaman dan celaka tanpa disadari lebih dulu.

Ilham berisikan bisikan hati dan bisikan kesadaran untuk melakukan perkara kebaikan dan menghindari perkara buruk dan dosa. Suatu perilaku dari dalam diri yang tidak pernah terpikirkan atau berniat dilakukan sebelumnya. Tidak dimulai dengan unsur kesengajaan atau perencanaan secara manusiawi.

Ada dua cara terbisikannya Ilham ke hati manusia. Ilham yang dibisikan langsung oleh Allah kepada seseorang, dan Ilham yang diijinkan Allah untuk dibisikkan oleh malaikat. Sudah tentu kadar dan sebabnya berbeda.

Dalam kitab At-Ta’riifaat, Al-Jurjani berkata, “Ilham adalah sesuatu yang dibisikkan ke dalam hati melalui limpahan karunia Ilahi. Juga Ilham adalah sesuatu yang ada dalam hati, berupa ilmu pengetahuan yang mengajak kepada amal kebaikan, tanpa didasarkan pada ayat dan tanpa melihat dalil.”

Ilham yang dibisikkan langsung oleh Allah kepada seseorang adalah yang terjadi pada ibunda nabi Isa AS, Siti Maryam. Allah berbicara langsung kepadanya tanpa perantara malaikat atau melalui bahasa wahyu. Allah berkata:

“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu.”(QS. Maryam : 25– 26).

Menurut mufassirin Fakhruddin ar-Razi dalam kitab tafsirnya at-Tafsiir al-Kabiir, hal itu terjadi melalui tiupan ke dalam jiwa, ilham dan bisikan ke dalam hati. Ilham seperti ini pernah juga terjadi pada ibunda nabi Musa AS sebagaimana firman Allah dalam Alqur’an, “Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa;…” (QS.Al-Qashash : 7).

Menggoyang pangkal/batang pohon kurma yang dilakukan Siti Maryam AS agar buah kurma berjatuhan untuk dimakan; dan menghanyutkan Musa AS ke sungai (setelah disusui) oleh ibunya agar terhindar/selamat dari kejaran tentara Fir’aun, adalah dua hal yang tidak pernah mereka pikirkan atau rencanakan sebelumnya.

Siti Maryam dan ibu Musa bukan seorang nabi atau rasul. Olehnya perkataan Allah secara langsung kepada mereka bukan wahyu, tapi Ilham. Perkataan Allah kepada Siti Maryam lewat perantaraan malaikat Jibril, bukan juga wahyu, tapi Ilham. Berkenaan dengan hal ini, kita bisa temukan di dalam Alqur’an.

“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). (QS. Ali Imran: 42)

Untuk membenarkan bahwa perkataan Allah kepada Siti Maryam dan Ibu Musa bukan wahyu, karena mereka bukan nabi dan Rasul, kita bisa lihat dalam Alqur’an surat Yusuf. Ayat di bawah ini merupakan penjelasan Allah kepada Rasulullah Saw.

“Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri.”(QS. Yusuf :109).

Ilham dari Allah kepada seseorang lewat perantaraan malaikat, disampaikan secara langsung oleh malaikat dalam wujud nyata atau pun tidak berwujud. Dalam wujud nyata, malaikat bisa menyerupai manusia, bisa juga bersifat ghaib.

Selain surat Ali Imran ayat 42 di atas tentang Ilham dari Allah yang disampaikan lewat perantaraan malaikat, kita bisa temukan penjelasan yang berkenaan dengannya dalam ayat lain. Di dalam Alqur’an, Allah memberitahukan, bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah dan meneguhkan imannya, Allah akan perintahkan malaikat untuk turun menemui mereka, melindungi dan membawa kabar gembira tentang janji-janji-Nya kepada hamba-hamba yang bertakwa.

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.” (QS. Al Fushshilat : 30 – 31).

Menurut Mahmud al-Alusi dan Fakhrudin ar-Razi dalam kitabnya masing-masing, Ruuh al-Ma’aanii fii Tafsiir al-Qur’anal-Azhiim wa as-Sab al-Matsaanii dan Tafsiir Mafaatiih al-Ghaib, menafsirkan ayatini, mereka berkata malaikat benar-benar turun dan berbicara langsung dengan manusia. Atas ijin dan perkenaan Allah, malaikat ditugasi untuk melindungi dan mengarahkan manusia kepada kebaikan. Yaitu manusia yang memelihara imannya dengan penuh keteguhan. Iblis dan setan juga diijinkan oleh Allah untuk menggoda dan menguji keimanan dan ketakwaan manusia.

Di kalangan ahli Tasawuf, ilmu yang dihasilkan oleh Ilham dikenal dengan nama ilmu Ladunni. Merupakan ilmu murni yang langsung dikaruniakan oleh Allah kepada seseorang tanpa perantara manusia. Menyangkut ilmu Ladunni pembaca pasti pernah mendengar atau membaca, di jaman sekarang, banyak ulama dan kyai di kalangan kita yang mengatakan dirinya bisa mengajarkan dan mendidik seseorang dengan ilmu ini. Padahal ilmu Ladunni bersumber dari Ilham yang hanya Allah jualah Sang Pengajarnya. Pengakuan beberapa ulama dan kyai seperti itu adalah suatu kesalahan dan menipu.

Menurut Imam Al-Ghazali, Ilham merupakan sinar daricahaya gaib yang jatuh pada hati bersih dan peka.

Merujuk pendapat Al-Ghazali, Ilham dikaruniakan oleh Allah hanya kepada hamba-hamba terpilih. Yaitu mereka yang memiliki hati bersih karena memberi makan hatinya dengan dzikrullah. Hati yang terus dilatih dengan kalimat-kalimat tauhid dan hati yang senantiasa dijaga kebersihannya dari nafsu dan dosa.

Pendapat Al-Jurjani dan Al-Ghazali tidak menyebut, bahwa yang memperoleh Ilham dari Allah hanya orang-orang muslim saja. Pernyataan ini memberikan pesan, bahwa siapapun manusia, beragama apa pun dia, bila Allah kehendaki ia pasti memperoleh Ilham. Ilham adalah rahasia dan hak Allah. Namun dalam banyak hal, orang-orang saleh lebih banyak memperoleh Ilham.

Setelah masa kenabian dan kerasulan ditutup Allah dengan pengangkatan Rasulullah Saw sebagai nabi dan rasul terakhir (Khatamul Anbiya), Ilham yang secara langsung dibisikkan oleh Allah hanya kepada Rasulullah Saw. Setelah wafatnya beliau, Ilham dari Allah kepada seseorang lewat perantaraan malaikat.

Ilham hanya diberikan kepada orang-orang yang membersihkan dirinya dari perkara-perkara buruk dan dosa. Orang-orang yang senantiasa berserah diri kepada Allah, memegang teguh keimanannya, dan menjalani kehidupannya secara lurus dalam agamanya Rasulullah Saw. Bila ada seseorang di luar itu yang memperolehnya, maka itulah akibat dari Kemahabesaran Kasih Sayang Allah kepadanya.

Akhirnya, demikian penjelasan tentang Ilham berupatulisan sederhana ini. Bila adalah kesalahan dan kekeliruan di dalamnya, hanya kepada Allah aku berserah diri, memohon bimbingan dan ampunan. Kepada pembaca, aku mohon dimaafkan.

“Alhamdulillah hilladzi kholaqo samaawaati wal ardh waja’ala zhulumaati wannuur…, Wahuwallahu fi samaawaati wa fil’ardh.”

artikel dari https://intsia.wordpress.com/2014/06/26/ilham-dan-penjelasannya/