21/03/22

Ustadz Jalal, Sosok yang Humble

Izinkan saya menulis mungkin hal kecil, namun sangat berarti untuk kami. Berkali-kali kami bermaksud mengundang Ustadz Jalal (KH Jalaluddin Rakhmat) untuk hadir di majlis taklim kami, entahlah mungkin kami salah mengambil jalur komunikasi, sehingga beberapa kali batal. Saat melalui orang yang terpercaya kami mencoba kembali mengundang dan beliau menyanggupi untuk hadir.

Hari yang ditunggu tiba dan bahkan kurang sepuluh menit dari jadwal yang dijanjikan beliau sudah hadir dalam majlis kami. Untunglah kami sudah mempersiapkan anak-anak untuk mengisi pra acara sholawatan dan salah satunya menyanyikan lagu beliau yang berjudul Misykat. Senyum beliau tak lepas mengiringi anak-anak bersholawat dan beliau terlihat bahagia berada di dekat anak-anak. Tak lupa anak-anak bawakan Kue Ulang Tahun karena setelah Ashar sore itu beliau genap memasuki usia 69 tahun.

Saat itu beliau masih menjabat anggota Dewan DPR Pusat dan sedang reses, artinya sedang di Bandung. Beliau berkata: "Sebenarnya saya rada keki berada di sini, karena tugas saya, saat ini saya lebih sering berada dalam lapisan masyarakat paling rendah dalam konstituen saya." Kepandaian beliau dalam memilih kata dan berkomunikasi dalam menyampaikan pesan sangat kami kagumi. Sangat familiar, santun dan menyentuh. Terkadang diselingi humor ringan yang relevan dan membuat suasana makin hidup.

Yang sangat membuat kami bersalah, demi memenuhi undangan kami, beliau berangkat langsung dari Bandung dan selesai majlis langsung kembali ke Bandung. Hanya demi sebuah janji untuk ditunaikan, dan bahkan beliau berkata sedang kurang enak badan.

Karena kebesaran namanya kami pun tidak berani mengontak secara langsung walau kami memiliki nomor kontaknya. Namun karena kebahagiaan kami atas kehadiran beliau, pagi-pagi kami pun mengontak beliau untuk mengucapkan terima kasih. Bahkan langsung dibaca dan di balas, "Hatur nuhun oge Bu Emil pepesnya, ini sedang dimakan untuk sarapan sama Ibu."

Bahagia dan menangis haru mendapat balasan yang begitu akrab, yang bahkan kemarin kami tidak pede membawakan pepes tersebut takut kurang berkenan. Sampai sekarang kata-kata itu selalu kusimpan. 

Itulah mengapa saya sangat suka membaca karya beliau yang mudah sekali merasuk kalbu. Hanya membaca beberapa lembar air mata selalu deras mengalir. 

Apatah lagi segala kebesaran namanya, karena akhlak dan keluasan ilmu serta santun dalam menyampaikan. Saya bersaksi bahwa beliau teladan yang sangat baik. Segala yang dikatakan mengenai beliau, kebesaran hati dan akhlak yang mulia serta kepiawaian dalam menyampaikan ilmu yang begitu luas, benar adanya. ***

Bramilza & Ria
Depok, 20/04/2021