31/10/22

Apa itu Sakinah?

Istilah sakinah begitu melekat dengan urusan keluarga, bahkan menjadi istiah wajib untuk acara pernikahan. Istilah sakinah sudah menjadi istilah umum untuk kelurga yang tenang, tenteram, dan damai. Sakinah berasal dari kata sakana-yaskunu-sukunan dan askana-yuskinu-iskanan, yang berarti diam dan tenang. Merupakan lawan dari kegelisahan atau kegoncangan.

Kata sakinah dengan berbagai perubahan bentuk disebutkan sebanyak 69 kali dalam al-Qur’an, tersebar dalam 50 ayat dan 27 surat.

Menurut Ibnu Kasir bahwa sakinah merupakan segala hal yang dapat menenangkan hati jika kita memperolehnya, baik itu berupa rahmat dan kekuasaan dari Allah dan lainnya. Meliputi ketenangan yang sifatnya abstrak maupun kongkret, yang menunjuk pada makna ketenangan waktu malam, tempat, orang lain, dan benda. Ketenangan ini diberikan langsung oleh Allah dan ketenangan yang datang dari pengaruh ciptaan Allah.

Bagi para sufi dan tinjauan tasawuf, kata sakinah berarti ketenangan hati dengan berbagai anugerah gaib. Hati yang memiliki kondisi seperti ini akan senantiasa berada dalam kesigapan dan kehati-hatian, serta mampu melihat "apa yang akan datang". Ia selalu terbuka bagi berbagai anugerah Ilahi dan senantiasa berkelana di sekitar ketenangan (ithmi`nân). Di saat yang sama, maqam ini adalah titik awal dari derajat Ilm al-Yaqîn. Itulah sebabnya, seringkali berbagai hal yang diterima pada tahapan ini kemudian ditolak menggunakan ilmu pengetahuan karena bashirah tidak mampu menangkapnya, di samping ia memang dapat memburamkan musyahadah sementara waktu. Terkadang, dari sini muncul beberapa bentuk kebingungan.

Terkadang sakinah muncul dalam bentuk isyarat atau tanda-tanda samar, di tengah intuisi yang buram. Terkadang ia muncul dalam bentuk penampakan yang sedemikian jelas sampai-sampai dapat dilihat oleh orang awam seperti kita. Sakinah dengan berbagai isyarat dan tanda-tanda yang mengiringinya, baik dalam bentuk bisikan di hati yang berasal dari embusan Ilahi yang akan menimbulkan intuisi sangat kuat, maupun dalam bentuk benda ajaib yang dapat dilihat semua orang, seperti yang terjadi pada Bani Israel -kita dapat mengingat beberapa hal lain seperti yang dialami Rasulullah ketika beliau merapalkan ayat al-Qur`an dan para sahabat melakukan hal lain- semua itu dapat meningkatkan kekuatan spiritual kita sehingga mengungguli kekuatan kehendak kita.

Di setiap saat, semua itu menjadi dukungan Ilahi serta menjadi pusat orbit syukur dan kerinduan bagi orang-orang yang menyadari kelemahan dan kefakiran mereka, serta menyadari berbagai kebutuhan mereka seperti yang dijelaskan oleh firman Allah: Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu'min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada) (QS. al-Fath [48]: 4). Seorang mukmin yang menerima anugerah dukungan Ilahi ini tidak akan gundah atau gelisah karena takut pada urusan dunia, bersedih, dan berduka. Selain itu ia juga akan mencapai ketenangan (thama`ninah) yang seimbang di dalam dan di luar dirinya.

Orang yang menerima sakînah seperti ini adalah sosok yang seimbang dan tenang' teguh dalam perlakunya; memiliki anugerah keamanan, kejujuran, dan kesungguhan. Di dalam dirinya, ia selalu berhati-hati dan mawas diri. Dalam hubungannya dengan Allah ia selalu cermat dan jauh dari egoisme dan syathhât. Ia akan selalu mengetahui bahwa setiap karunia dan setiap anugerah yang mendatangkan ketenangan adalah berasal dari Allah, sehingga ia akan khusyuk tunduk dalam adab yang teguh. Seiring dengan itu, ia juga akan mengakui bahwa segala bentuk kegundahan dan kegelisahan berasal dari kekurangan yang ada dalam dirinya sendiri, sehingga dia akan melakukan muhasabah secara berkesinambungan. ***

Artikel dari https://fgulen.com/id/karya-karya/tasawuf/sakinah-dan-thamaninah-atau-ithminan#:~:text=Bagi%20para%20sufi%2C%20kata%20%22sak%C3%AEnah,%22apa%20yang%20akan%20datang%22.