23/03/22

Imam Jafar Meluruskan Penafsiran yang Salah

Diriwayatkan bahwa suatu hari Imam Jafar Shadiq as melihat seorang laki-laki yang dikenal di masyarakat dengan ketakwaannya. 

Imam melihat lelaki itu mencuri dua potong roti dan dengan cepat menyembunyikan roti-roti itu di balik bajunya. Ia kemudian mencuri dua buah delima dari seorang penjual buah dan melangkah menuju ke seseorang fakir yang sedang sakit. Ia memberikan dua potong roti dan dua buah delima itu kepada orang fakir tersebut.

Melihat perbuatan lelaki itu, Imam heran dan bertanya kepadanya: "Apa yang Anda lakukan?" 

Lelaki itu menjawab, "Aku mengambil dua potong roti dan dua buah delima. Dengan demikian aku telah melakukan empat kesalahan. Tetapi dalam Alquran disebutkan bahwa setiap orang yang melakukan perbuatan buruk maka ia tidak akan dibalas kecuali sesuai dengan perbuatannya itu. Oleh karena itu, dalam hal ini aku telah melakukan empat dosa. Sementara di sisi lain, Allah Swt berfirman: Barang siapa melakukan satu perbuatan baik, maka akan dilipatgandakan sepuluh kali lipat. Karena aku telah memberikan dua potong roti dan dua buah delima kepada orang fakir itu, maka aku mendapatkan empat puluh kebaikan. Jika dikurangi empat dosaku maka masih tersisa tiga puluh enam kebaikan bagiku."

Untuk meluruskan penafsiran keliru yang diakibatkan atas ketidakpahaman terhadap dasar-dasar pemahaman ayat itu, Imam Shadiq as membacakan Surat al-Maidah ayat 27, "Sesungguhnya Allah hanya menerima kurban (perbuatan baik) dari orang-orang yang bertakwa." 

Jadi, perbuatanyang tidak sah atau tidak benar, maka tidak akan mendatangkan pahala. Pada dasarnya, menjauhi sumber wahyu akan menyebabkan munculnya orang-orang yang mengklaim memiliki ilmu tetapi sebenarnya tidak memahami dasar-dasar al-Quran dan agama. 

Semoga kita terhindar dari perilaku seperti lelaki yang disebut di atas. Ingat hanya dengan merujuk kepada ahlinya, dalam menafsirkan Al-Quran, maka akan mengetahui dan memahami maksud dari ayat-ayat Allah. Jangan asal memahami ayat Al-Quran dan jangan dijadikan legitimasi atas perilaku negatif kita.*** (ikhwan mustofa)