Tengah malam Usayd bin Hudayr berada di kandang kudanya. Di dekatnya berbaring Yahya, anaknya. Untuk mengisi waktu, ia membaca Alquran. Kudanya tiba-tiba melonjak. Usayd berhenti membaca. Kuda pun tenang kembali. Peristiwa ini berlangsung beberapa kali.
Esoknya, ia mendatangi Rasulullah saw. Ia bercerita, "Ya Rasul Allah, kemarin malam aku membaca Alquran. Tiba-tiba kudaku melonjak."
"Teruskan bacaanmu, hai Ibn Hudayr," kata Nabi. "Saya teruskan. Kuda itu melonjak lagi," kata Hudayr. Sekali lagi Rasul berkata, "Teruskan bacaanmu, Ibn Hudayr."
Seperti sebelumnya, Hudayr berkata, "Aku membaca lagi. Kuda itu melonjak lagi. Akhirnya aku berhenti. Aku khawatir kuda itu menginjak Yahya, anakku. Tiba-tiba aku melihat bayangan. Di dalamnya banyak lampu. Bayangan itu membumbung ke langit sampai aku tidak dapat melihatnya lagi."
Rasulullah saw berkata, "Itulah malaikat yang turun mendengarkan bacaanmu. Sekiranya engkau terus-menerus membacanya, engkau akan menyaksikan berbagai keajaiban" (Al-Targhib wa al-Tarhib 2:371; Hayat al-Shahabat 4:397).
Kita tidak tahu apa yang akan disaksikan Usayd bin Hudayr. Yang jelas hadis ini menunjukkan bahwa kita mungkin dapat melihat malaikat. Kita percaya malaikat itu ada, tetapi kita belum pernah menyaksikannya.
Kepada Usayd bin Hudayr, Allah menurunkan malaikat dengan kebenaran. Dalam hubungan ini Allah berfirman:
مَا نُنَزِّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةَ اِلَّا بِالْحَقِّ وَمَا كَانُوْٓا اِذًا مُّنْظَرِيْنَ
Kami tidak akan menurunkan malaikat melainkan dengan kebenaran dan ketika itu tiadalah mereka diberi tangguh (QS Al-Hijr: 8).
Ketika menjelaskan ayat ini, Allamah Thabathabai menegaskan bahwa malaikat adalah wujud suci yang bersifat cahaya. Ia berada di alam material. Ia menulis, "Manusia tidak bisa memasuki alam ini selama tenggelam dalam alam materi, terbenam dalam syahwat, hawa nafsu seperti orang kafir dan fasik. Ia dapat masuk ke alam haq apabila ia meninggalkan alam materi. Pada saat itulah alam malaikat akan muncul. Tirai gaib akan tersingkap. Inilah yang ditunjukkan firman Allah:
لَقَدْ كُنْتَ فِيْ غَفْلَةٍ مِّنْ هٰذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاۤءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيْدٌ
Sesungguhnya engkau semula dalam keadaan lengah dari hal ini. Kemudian Kami singkapkan tiraimu. Dan hari ini pandanganmu menjadi sangat tajam.
Apabila tidak mungkin kita meninggalkan alam materi selama-lamanya, mengapa tidak kita gunakan paling tidak satu bulan Ramadhan saja. Mudah-mudahan iman kita kepada malaikat naik dari sekedar tashdiq (membenarkan) kepada syuhud (menyaksikan). ***
Artikel dari karya Jalaluddin Rakhmat, Tafsir bil Ma'tsur, Pesan Moral Al-Quran (Penerbit Remaja Rosda Karya, hal. 137-138).