03/03/22

Misteri itu Bernama Tuhan [by Haidar Bagir]

Selama ini kita sering mendengar, dan ini sudah diupayakan sejak zaman Yunani sebelum Masehi, tentang apa yang disebut sebagai argumentasi-argumentasi Keberadaan Tuhan. Ada argumentasi Kosmologis, Ontologis, Teleologis, dan argumentasi-argumentasi lainnya. 

Betapa pun bermanfaat dan betapa pun canggih argumentasi-argumentasi tersebut, argumentasi - argumentasi itu tetap saja pada akhirnya tak bisa sepenuhnya memuaskan. 
Selalu ada celah untuk membantahnya. Dan kenyataannya memang demikian. Bantahan  tersebut tak bisa begitu saja dinafikan. 

Maka, adalah tepat ketika sebagian ahli teologi, sebagaimana diadopsi juga oleh Romo Franz Magnis Soesono dalam bukunya yang berjudul Menalar Tuhan, bahwa apa yang terkadang disebut sebagai argumentasi/bukti keberadaan Tuhan itu, sesungguhnya lebih tepat disebut sebagai jalan-jalan menuju keyakinan tentang adanya Tuhan. 

Kesemuanya itu memang mengantar kita lebih dekat kepada apa yang kita cari itu. Tapi itu saja tidak cukup. Selalu masih ada misteri yang tersisa, dalam hal keberadaan Tuhan dan argumentasinya itu, yang menyebabkan argumentasi-argumentasi itu terasa tak lengkap. Masih diperlukan sesuatu yang lain. Itulah soal sifat misterius dari apa yang kita sebut Tuhan itu sendiri. Inilah suatu sifat yang menjadikan kepercayaan kita kepada Tuhan harus disebut sebagai keimanan. Karena jika argumentasi - argumentasi - yang nota bene sepenuhnya rasional (sesuai nalar) - itu sudah mencukupi, maka itu harus disebut sebagai kepercayaan /keyakinan rasional, bukan iman. 

Maka, menjadi terpahamkan ketika Rudolph Otto, dalam bukunya yang sudah menjadi klasik - The Idea of The Holy, mengajak kita mendefinisikan Tuhan sebagai numimous (sesuatu yang mengandung misteri). 

Nah, misteri itu memiliki dua aspek: Mysterium Tremendum (Yang Dahsyat dan Menggentarkan, dalam tasawuf disebut sebagai Jalaliyah) dan Mysterium Fascinans (Yang Indah dan membuat jatuh cinta, dalam tasawuf, disebut Jamaliyah). Baru dari situ bisa diturunkan berbagai konsep keagamaan (teologis) lainnya, termasuk gagasan tentang sifat-sifat dan tindakan-tindakan Tuhan, kehidupan setelah mati serta gagasan-gagasan eskatologis lainnya, dsb.*** (Haidar Bagir,  22022022)