Manzilah pertama dari syukur atas sesuatu yang menyenangkan dan hal ini adalah syukur yang semua kaum Muslimin, baik Yahudi, Nasrani maupun seluruh manusia. Dari keluasan Allah Ta'ala menambahkan beragam kebaikan. Menyukai hal yang menyenangkan dan diinginkan adalah hal alamiah yang ada pada semua pemeluk agama samawi karena bersyukur atas nikmat adalah perintah seluruh agama tersebut dan mengantarkan orang yang bersyukur untuk Sadar akan kemurahan-Nya.
Setiap kali seorang
hamba bersyukur maka bertambah lagi baginya kenikmatan dan pemberian Allah
kepada-Nya karena keluasan Rahmat-Nya yang menyebabkan rasa syukur berikutnya
hingga tanpa akhir. Syukur seperti ini adalah Syukur nya orang awwam atas
kenikmatan yang dia sukai dia memuji pemberi nikmat kepadanya.
Manzilah Kedua adalah
Syukur terhadap hal yang tidak disukai. Syukur jenis ini bisa dikarenakan
kesamaan rasa padanya karena Ridho dan mereka yang membedakan antara menahan
amarah, keluhan dan menjaga adab serta berjalan di jalan ilmu. Orang yang
bersyukur pada tingkat ini adalah orang yang berharap pada surga. Jika
sebelumnya Syukur terhadap hal yang disukai untuk semua manusia namun syukur
pada keadaan yang tidak disukai berada pada tingkat khusus. Jika bagi orang
yang bersyukur karena apa pun yang terjadi padanya sama dan tiada berbeda
sehingga dia tetap akan bersyukur pada apapun yang terjadi padanya ini
disebabkan Manzilah Ridho yang sudah kita bicarakan sebelumnya. Namun ada juga
yang sesungguhnya menderita dengan keadaan yang terjadi padanya namun karena
menjaga adab dihadapan Allah SWT serta menyembunyikan perasaan deritanya karena
ilmu yang ada padanya menuntun dirinya untuk menyadari bahwa hal tersebut
adalah yang baik baginya atau tiada sebanding dengan nikmat yang pernah dia
rasakan sehingga mulutnya terkunci untuk mengeluh. Mereka ini adalah orang yang
menempuh jalan menuju surga. Karenanya, al-Qur'an menyebutkan "Sedikit
sekali dari hamba-Ku yang bersyukur" (QS 34 :13).
Manzilah Ketiga adalah
Hamba tidak menyaksikan apapun kecuali pemberi nikmat, ketika dia saksikan
pemberi nikmat maka dia menyembah kepadanya, seluruh nikmat-Nya menjadi agung.
Ketika dia saksikan dalam kecintaan maka hadirlah Tajalli yang bersangatan,
ketika dia menyaksikan dalam ketunggalan maka tak lagi disaksikan nikmat maupun
derita. Syukur pada Manzilah ini bukan lagi melihat pada efek akan tetapi pada
sumbernya yaitu pemberi nikmat. Ketika terbuka padanya penyaksian pada Zat
Sumber Nikmat maka dirinya tenggelam dalam Ketundukkan dan ibadah kepada-Nya.
Seluruh nikmat yang ada menjadi sesuatu yang sangat agung karena keagungan yang
dia saksikan pada Sumber Nikmat tersebut. Karena dia menyaksikan keagungan
Sumber Nikmat maka dia akan jatuh cinta dan melihat-Nya dengan menggelora yang
menyebabkan turunnya derita padanya karena cinta yang di tanggungnya.
Dalam hadis Qudsi: "Barangsiapa yang mencari-Ku dia akan mengenal-Ku dan barangsiapa yang mengenal-Ku dia akan mencintai-Ku dan barangsiapa mencintai-Ku maka Aku akan membunuhnya." Dirinya terbunuh karena lenyapnya kesadaran tentang dirinya kecuali tentang Dia. Pada puncaknya dia akan menyaksikan-Nya dalam ketunggalan-Nya sehingga keadaan apapun baginya tak ada lagi nilai dan bedanya karena kesadarannya adalah kesadaran-Nya. ***
Kholid Al Walid adalah Doktor lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pengasuh Program Belajar Tasawuf di YouTube Misykat TV