Tawadhu menurut Imam Al-Ghazali adalah mengeluarkan kedudukanmu atau kita dan menganggap orang lain lebih utama dari pada kita. Hakikatnya tawadhu adalah sesuatu yang timbul karena melihat kebesaran Allah dan terbukanya sifat-sifat Allah. Karena itu, tawadhu dapat dipahami sebagai kerendahan hati yang tidak menilai dirinya lebih baik dari orang lain dan bentuknya tampak pada perilaku dan ucapan yang santun kepada orang lain.
Berikut ini tandanya, yaitu (1) Merasa
kecil/sedikit dalam taat kepada-Nya. Orang yang tawadhu merasa ketaatan dan ibadahnya
masih sangat sedikit dibandingkan dengan dosa-dosa yang telah dilakukan; (2)
Merasa banyak dalam maksiat/dosa. Orang yang tawadhu merasa bahwa dosa/maksiat
yang telah dilakukan sangat banyak dibandingkan dengan amalnya; (3) Memperbanyak
pujian kepada Allah SWT; dan (4) Tidak menuntut hak kepada Alloh, tetapi
berorientasi pada amal-amal yang harus dilakukan.
Al-Quran dan Hadis
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا
وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah
orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang
bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan: Salam. (QS Al-Furqan: 63)
وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ
وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا
Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong,
karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi, dan tidak akan mampu
menjulang setinggi gunung. (QS Al-Isra: 37)
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ
مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْر
Dari Nabi Muhammad SAW bersabda: Tidak akan masuk surga, siapa yang dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun hanya sebesar zarah. (HR. Muslim, no. 33 juz 1)
أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى
أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَد
Dan Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendah diri
agar tidak ada seorang pun yang berbangga diri pada yang lain dan agar tidak
seorang pun berlaku zalim pada yang lain. (HR. Muslim no. 2865)