Ajaran Syiah adalah mazhab dalam Islam yang mengikuti Ahlulbait as sepeninggal Rasulullah saw. Syiah percaya bahwa mengikuti Ahlulbait adalah perintah Allah dan Rasulnya. Kami tunjukkan tiga ayat dari ayat-ayat Alquran yang dijadikan landasan keyakinan Syiah.
Ayat al-Tathhîr (Penyataan kesucian)
Nabi saw terjaga dari segala dosa dan kesalahan. Kita harus mengikuti Rasulullah saw, karena ia selalu benar. Sepeninggal Rasulullah saw, kita harus mengikuti orang-orang yang dijamin kesuciannya dalam Al-Quran.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, ahlulbait dan mensucikan kamu sesuci-sucinya. Dari Shafiyah binti Syaibah ia, berkata “Aisyah berkata: “Pada suatu pagi, Rasulullah SW keluar dengan mengenakan selimut wol berwarna hitam, lalu Hasan datang maka beliau memasukkannya kedalam selimut, kemudian datanglah Husain dan ia pun masuk ke dalamnya, kemudian datanglah Fatimah dan beliaupun memasukkan putrinya itu, kemudian datanglah Ali dan beliau pun memasukkannya juga ke dalam selimut sambil membaca ayat QS 33: 33 (Shahih Muslim, II, Kitab fadhail al-Shahabah, bab fadhail Ahl al-Bayt; Shahih al-Turmudzi 5:30, hadis #3258; Musnad Ahmad 1:330; Mustadrak al-Shahihayn 3:133, 146,147; Al-Thabrani, Mu’jam al-Shaghir, 1:65,135).
Umar bin Abi Salamah: Ketika turun ayat-Sesung-guhnya Allah kepada Nabi saw di rumah Ummu Salamah, beliu memanggil Fathimah dan memasukkannya dalam selimutnya. Ali datang sesudahnya, dan beliau pun memasukkan Ali ke dalam selimutnya. Kemudian Hasan datang maka beliau memasukkannya kedalam selimut, kemudian datanglah Husain dan ia pun masuk ke dalamnya lalu kemudian beliau bersabda: Ya Allah, mereka inilah Ahlulbaitku. Hilangkanlah dari mereka dosa dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya. Ummu Salamah berkata: Aku bersama mereka, ya Rasul Allah? Beliau bersabda: Kamu ada dalam tempatmu. Kamu berada dalam kebaikan (Sunan al-Turmudzi 5:328; Al-Albani, ahli hadis kontemporer menyebutkan hadis ini shahih dan memasukkannya dalam Shahih Sunan Al-Turmudzi, 3:306, Kitab Tafsir al-Quran).
Masih dari Ummu Salamah: Ayat ini-Sesungguhnya Allah…-turun di rumahku. Aku berkata: Ya Rasulullah, bukankah aku termasuk Ahlulbait? Beliau bersabda: Kamu dalam kebaikan. Kamu termasuk istri-istri Rasulullah saw. Ia berkata: Ahlulbait adalah Ali, Fathimah, Al-Hasan dan Al-Husain. Kata Ibn Asakir: Hadis ini shahih (Al-Arbain fi Manaqib Ummil Mu’minin 106).
Hadis-hadis ini dengan jelas menunjukkan bahwa Ahlulbait itu tidak termasuk ke dalamnya istri-istri Nabi saw. Kata “innama” menunjukkan bahwa Ahlulbait dibatasi pada orang-orang yang namanya disebut dalam hadis-hadis itu. Karena Ahlulbait dijamin suci dengan firman Tuhan, Syiah tidak menemukan selain Ahlulbait, Imam yang patut mereka patuhi.
Di bawah ini dicantunkan kitab-kitab tafsir, asbab al-nuzul, ulum al-qur’an, hadis yang menjelaskan bahwa ayat tathhir ini turun untuk Ahlulbait:
a. Tafsir al-Thabari 22:6-8
b. Tafsir al-Durr al-Mantsur 5:198-199
c. Tafsir Ahkam AL-Quran, Al-Jashash, 5:230
d. Tafsir Al-Kasysyaf 1:193
e. Tafsir Ahkam al-Quran, Ibn Arabi, 2:166
f. Tafsir Al-Qurthubi 14:182
g. Tafsir Ibn Katsir 3:483-485
h. Tafsir Al-Munir, Al-Jawi, 2:183
i. Tafsir Fath al-Qadir 4:279
j. Al-Itqan 4:240
k. Asbab al-Nuzul, Al-Wahidi 203
l. Shahih Muslim, Syarh Al-Nawawi 15:194
m. Shahih al-Turmudzi 5:30
n. Musnad Ahmad 1:330 (antara lain)
o. Al-Hakim, Al-Mustadrak al-Shahihain 3:133
p. Khashaish Amir al-Mu’minin, Al-Nasai al-Syafi’I 4
q. Usud al-Ghabah, Ibn Al-Atsir 2:12, 20; 3:413; 5:521
r. Al-Tas-hil li ‘Ulum al-Tanzil, Al-Kalbi 3:137
s. Al-Isti’ab, Ibn ‘Abd al-Birr, hamisy Al-Ishabah 3:37
t. Al-Sirah al-Nabawiyyah, Zaini Dahlan, hamisy Al-Sirah al-Halabiyyah, 3:329-330
u. Muntakhab Kanz al-‘Ummal, hamisy Musnad Ahmad
v. Al-Iqd al-Farid, Ibn ‘Abd Rabbih al-Maliki, 4:311
w. Is’af al-Raghibin, hamisy Nur al-Abshar 104-106
x. Tarikh Dimasyq, Ibn Asakir al-Syafi’I, 1:185
y. Manaqib Ali bin Abi Thalib, Ibn Al-Maghazali al-Syafi’i, 301-351
z. Kifayat al-Thalib, Al-Kanji al-Syafi’I 54, 373-375.
Ayat Wilayah (Kepemimpinan)
Pemimpin dalam Al-Quran disebut waliy. Al-Quran sudah memberikan petunjuk siapa yang sepatutnya dijadikan pemimpin setelah Allah dan RasulNya: “Sesungguhnya pemimpin kamu itu hanyalah Allah, RasulNya, dan orang-orang beriman yang mendrirkan salat dan mengeluarkan zakat dalam keadaan rukuk” (Al-Maidah 55).
Berkata Ibn Abbas, Al-Suddi, ‘Utbah bin Hakim, dan Tsabit bin Abdullah: yang dimaksud dengan ayat-orang-orang beriman yang mendirikan salat dan mengeluarkan zakat dalam keadaan rukuk-adalah Ali bin Abi Thalib. Seorang pengemis lewat (meminta tolong) dan Ali sedang rukuk di masjid. Lalu Ali menyerahkan cincinnya (Tafsir al-Tsa’labi 4:80).
Berkata Abu Ja’far al-Iskafi: Ayat ini-Sesungguhnya pemimpin kamu… --turun tentang Ali bin Abi Thalib memperkuat sabda Nabi saw: Siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya hendaknya menjadikan Ali sebagai pemimpinnya. Di sini Allah mendampingkan wilayahnya dengan wilayah Rasulullah saw (Al-Mi’yar wal Muwazanah 228. Tentang Abu Ja’far Al-Iskafi, Al-Dzahabi berkata: Dia adalah alim besar Abu Ja’far Muhammad bin Abdullah Al-Samarqandi al-Iskafi. Ahli ilmu kalam, sangat menakjubkan kecerdasannya dan keluasan pengetahuannya dalam agama, penjagaan dirinya dan kebersihan pribadinya-Siyar A’lam al-Nubala 10:550).
Di bawah ini adalah daftar kitab-kitab tafsir, asbab al-nuzul, hadis, dan tarikh yang ditulis oleh ulama Ahlussunnah yang menjelaskan bahwa ayat wilayah ini turun tentang Imam Ali bin Abi Thalib as. Karena keterbatasan abjad, sebagian lagi tidak dicantumkan di sini:
a. Tafsir Ahkam al-Quran, Al-Jashash, 2:558
b. Tafsir Ruhul Ma’ani, 6:167
c. Tafsir Al-Durr Al-Mantsur, 3:104
d. Tafsir Ibn Katsir 2:74
e. Tafsir Al-Kasyaf, 1:639
f. Tafsir Fath al-Qadir,, 2:53
g. Tafsir Al-Thabari, 6:288-289
h. Tafsir al-Qurthubi, 6:219-220
i. Tafsir al-Munir, Al-Jawi 1:210
j. Tafsir al-Fakhr al-Razi 12:26
k. Tafsir Tafsir al-Nasafi 1:289
l. Syawahid al-Tanzil, Al-Haskani al-Hanafi, 1:161
m. Al-Tas-hil li ‘Ulum al-Tanzil, al-Kalbi, 1:181
n. Asbab al-Nuzul, Al-Wahidi 148
o. Lubab al-Nuqul, Al-Suyuthi, hamisy Jalalayn 213
p. Ma’alim al-Tanzil, hamisy Tafsir al-Khazin 2:55
q. Zad al-Masir fi ‘Ilm al-Tafsir, Ibn Al-Jawzi, 2:383
r. Fath al-Bayan fi Maqashid al-Qur’an, 3:51
s. Dzakhair al-‘Uqba, Muhibbuddin al-Thabari al-Syafi’I 88, 102
t. Yanabi’ al-Mawaddah, Al-Qanduzi al-Hanafi, 1:114
u. Kanz al-‘Ummal 15:146
v. Jami’ al-Ushul 9:478
w. Majma’ al-Zawaid 7:17
x. Al-Shawaiq al-Muhriqah, Ibn Hajar, 24:39
y. Tadzkirat al-Khawwash, Ibn Al-Jawzi al-Hanafi, 18:208
z. Tarikh Dimasyq, Ibn Asakir al-Syafi’i, 2:409
Ayat al-Mawaddah
Syiah adalah mazhab yang ditegakkan atas dasar kecintaan kepada Rasulullah saw dan Ahlulbaitnya yang disucikan. Syiah mengikuti Ahlulbait, pertama, karena mereka disucikan; kedua, karena Alquran menyuruh umat Islam untuk berwilayah kepada Imam Ali (Imam pertama Ahlulbait); dan ketiga, karena umat Islam diperintahkan untuk mencintai Ahlulbait.
Demikianlah Allah menggembirakan hamba-hambanya yang beriman dan beramal saleh. Katakanlah: Aku tidak meminta upah dari kalian atas nya kecuali kecintaan kepada keluargaku. Barangsiapa berbuat baik, Kami tambah kebaikannya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Berterimakasih (Al-Syura 23).
Ketika ayat ini turun, para sahabat Nabi bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah keluarga Anda yang wajib atas kami untuk mencintainya? Nabi menjawab: “Mereka adalah Ali, Fathimah, Hasan dan Husain” (Fadhail al-Shahabah 2:669; Al-Mu’jam al-Kabir 1:351; Al-Haytami mengeluarkan hadis ini dengan mengatakan “Al-Bazzar, Al-Thabrani meriwayatkan dari Al-Hasan dengan sanad yang sebagaiannya baik; Al-Haytami juga mengatakan bahwa dalam sanad hadis di atas ada seorang Syiah tapi dia jujur, al-shaduq).
Di samping sumber-sumber di atas, di bawah ini disampaikan daftar (hanya) kitab-kitab tafsir Ahlisunnah yang meriwayatkan hadis di atas:
a. Tafsir al-Kasysyaf 3::402
b. Tafsir al-Fakhr al-Razi 27:266
c. Tafsir al-Baidhawi 4:123
d. Tafsir Ibn Katsir 4:112
e. Tafsir al-Qurthubi 16:22
f. Tafsir Fath al-Qadir 4:534
g. Tafsir al-Durr al-Mantsur 6:7
h. Tafsir al-Nasafi 4:105
i. Tafsir Fath al-Bayan, Shidiq Hasan Khan 8:372.
Wahai Ahlulbait Rasulullah
Kecintaan kepada kalian
Diwajibkan Allah dalam AL-Quran yang diturunkan
Cukuplah tentang besarnya kemuliaanmu
Siapa yang tidak bersalawat padamu
Seluruh salatnya tidak diterima.
Perintah mengikuti Ahlulbait yang harafiah dalam al-Quran memang tidak ada, karena yang di perintah oleh Allah swt adalah mencintai Ahlulbait. Dan orang yang mencintai pasti mengikuti. Justru kami TIDAK MENEMUKAN satu dalil pun tentang perintah mengikuti Ahlussunnah dalam nash manapun baik Al-Qur’an maupun al-Sunnah. ***