Pertama, kalau Syiah 100% sesat, Syiah yang merawikan hadis dan dimasukkan oleh Imam Bukhari dalam sahihnya, sesat dong? saat Syiah naik haji, sesat dong? saat Syiah menjadi tuan rumah MTQ Internasional dan qari-qarinya berprestasi diajang-ajang MTQ internasional, sesat dong? saat bocah Syiah yang masih berumur 5 tahun sudah hafal Quran dan paham dengan tafsirnya sampai dijadikan mukjizat abad 21, sesat dong? Saat Syiah membantu perjuangan Palestina, sesat dong? saat Syiah bekerjasama dan menjalin ukhuwah dengan kelompok-kelompok Islam yang lain, sesat dong?
Yahudi dan Nasrani yang menyimpang saja, tidak sampai 100% sesatnya, masih ada sunnah dari mereka yang dilanjutkan dan diadaptasi oleh Islam. Sebenci-bencinya seseorang pada suatu kelompok, Alquran meminta setiap muslim untuk tetap berlaku adil. Nah adilkah kalau sampai mengatakan dan meyakini Syiah 100% sesat?
Kedua, katanya Syiah harus diantisipasi jangan sampai membahayakan. Syiah menyebar di Iran, Irak, Suriah, Mesir, Turki, Yaman, Lebanon, Bahrain, bahkan termasuk di Arab Saudi sendiri. Apa Syiah disana membahayakan agama dan negara? Kalau membahayakan mengapa tidak dilarang, mengapa di Mesir yang dilarang malah Wahabi dan Ikhwanul Muslimin. Di Arab Saudi mengapa yang dilarang malah Hizbuttahrir dan Ikhwanul Muslimin? Di negara-negara Arab, Syiah tidak pernah dilarang dan tidak pernah difatwakan aliran sesat. Erdogan yang keras pada ideologi yang membahayakan Turki, tidak pernah melarang Syiah, bahkan hadir saat Syiah memperingati Asyura. Mereka tumbuh subur dan berbaur dengan warga muslim yang lain dalam membangun negara. Hizbullah di Lebanon apa membahayakan negara?. Di Indonesia, kalau Syiah memang berbahaya, mengapa yang dilarang dan dibubarkan malah HTI dan FPI?. Yang berbahaya bagi Yaman bukan Syiah, tapi rudal-rudal Arab Saudi.
Di dunia internasional yang menyebut Syiah berbahaya hanya Amerika Serikat dan sekutunya Zionis Israel. Apa Dr. Ilham Qadir sudah jadi corong AS?
Ketiga, Syiah ini jago ngibul. Muslim yang kuat akidahnya dan benar manhajnya tidak akan mudah dikibuli. Nah kalau pimpinan-pimpinan ormas di Indonesia seperti NU dan Muhammadiyah bisa bekerjasama dengan Syiah, apa itu artinya mereka mudah dikibuli dan tidak tahu apa-apa mengenai Syiah?. Apa Dr. Ilham Qadir lebih cerdas dan lebih mengenal Syiah dari Tokoh-tokoh kontemporer Muhammadiyah mulai dari Prof. Amin Rais, Diin Syamsuddin, Buya Syafii sampai Haedar Nashir yang semuanya dekat dan bekerjama dengan tokoh-tokoh dan lembaga-lembaga Syiah?.
Keempat, Syiah melakukan Syiahisasi melalui kerjasama?. Dari awal berdirinya Republik Islam Iran, Palestina sudah dibantu, sampai sudah lebih dari 4 dekade, apa rakyat Palestina berubah komposisi warganya dengan jadi lebih banyak Syiah?. Syiah sudah dua dekade berkerjasama dengan NU dan Muhammadiyah apa lantas ada cabang dari NU dan Muhammadiyah yang mendeklarasikan telah menjadi Syiah? Bandingkan dengan gerakan wahabisasi, disetiap negara yang dibantu Arab Saudi, wahabinya jadi bertambah banyak. Mereka merusak persatuan dan mau benar sendiri.
Kelima, bagi mahasiswi yang mendukung Syiah, berbahaya, nanti di Mut’ah. Sebegitu rendah dan dangkalnya penilaian Dr. Ilham Qadir terhadap mahasiswi. Apa setiap Syiah harus mut’ah? kan ada hak menolak, sebagaimana hak menolak untuk dipoligami. Apa kita bisa membenarkan, jika non muslim mengatakan, hati-hati bagi perempuan yang mendukung Islam, berbahaya, nanti dipoligami?.Nikah baik daim atau mut’ah itu ada hak untuk tidak melakukan, bukan dipaksakan.
Kalau Turki dan Arab Saudi yang diidolakan kelompok-kelompok penggemar khilafah saja ada Syiahnya, terus bagaimana bisa Indonesia dikampanyekan untuk tanpa Syiah?.
Apa dibukunya -Indonesia Tanpa Syiah- Ilham Qadir tidak ada sesatnya dan tidak ada ngibulnya? Saya mau heran, tapi ini Ilham Qadir…
***
Sumber artikel dari FB Ismail Amin Pasannai