01/07/22

Al-Azm

Kita dapat mendefinisikan 'azm sebagai: keputusan yang diambil seorang individu dalam hal apa pun. Ketika seorang individu telah mengambil keputusan, maka ia akan menutup semua pintu yang mengarah pada berbagai alternatif selain jalan yang ditempuhnya, dan ia juga akan meneguhkan hati untuk mengikuti apa yang dicarikan untuk mewujudkan berbagai hal yang dibebankan padanya dengan sungguh-sungguh dan dengan kesadaran pada tanggung jawabnya.

'Azm adalah sebuah dimensi yang lebih dalam daripada "keinginan" (irâdah). Di saat yang sama, ia adalah tahapan pertama untuk naik ke langit tawakal dan taslîm. 'Azm-lah yang merangkum al-Qur`an dalam kata-katanya yang ajaib sebagaimana yang termaktub dalam ayat: "Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad ('azamta), maka bertawakkallah kepada Allah" (QS. Ali Imran [3]: 159).

Ya, jika tahapan pertama ini ditempuh dengan tawakal dan diperteguh dengan taslîm, maka bukit terjal yang berada di hadapan sang hamba akan menjadi tanah rata sehingga ia tidak akan menemukan halangan berarti di perjalanannya, dan akan berhasil mencapai tujuan dengan kecepatan seperti terbang di langit.

Seorang salik yang berniat untuk menempuh sebuah perjalanan panjang, pasti harus melewati posisi qashd dan 'azm untuk mengambil "visa". Kalau ia berhasil mendapatkan "visa" tersebut, maka pada saat itulah ia baru memulai perjalannya yang hakiki. Setelah itu, keinginan (al-irâdah) -dengan menggunakan dua sayap qashd dan 'azm di kedalaman penuh rahasia- akan berubah menjadi "yang diinginkan" (al-murâd) dan ia pun larut di dalamnya.

Rasulullah SAW mengingatkan bahwa setiap orang yang naik ke ketinggian demi mencapai Allah melebihi dari apa yang menjadi kewajibannya, niscaya Allah yang akan mendatanginya. Ya. Allah-lah yang akan mendatanginya. Allah akan ber-tajalli sehingga Dia akan menjadi penglihatan yang digunakan oleh sang hamba untuk melihat, akan menjadi telinga yang digunakan oleh sang hamba untuk mendengar, dan akan menjadi lidah yang digunakan oleh sang hamba untuk berbicara.

Pencapaian yang diraih menggunakan dua sayap qashd dan 'azm bagi seseorang yang berada di jalan ini adalah baqa`di tengah fana. Sementara pencapaian yang diraih para spiritualis yang menempuh jalan lalu berhasil mencapai tujuan, merupakan baqa` di tengah baqa`. Ini merupakan sebuah lingkaran kebaikan yang akan melahirkan kebaikan dan akan membuat mereka tidak akan menemukan derita, meski hanya bekasnya sekalipun. Ada pun yang lebih dari itu, di ufuk kelezatan akan muncul penderitaan. Di situlah berbagai bentuk derita akan bersijalin dengan kelembutan Allah. ***