14/07/22

Bani Israil Mengalami Paceklik

Dalam kitab Tsamarat al-Hayat, jilid tiga, disebutkan sebuah kisah bahwa pada zaman Nabi Musa as, karena hujan tak kunjung tiba, Bani Israil mengalami paceklik. Orang-orang datang berduyun-duyun menghadap Nabi Musa as dan berkata, "Hai Musa, hujan belum juga turun dan kekeringan sudah meluas ke banyak tempat, bantulah kami dengan doamu agar dapat keluar dari semua kesulitan ini."


Nabi Musa as memerintahkan semua orang agar berkumpul di sebuah padang Sahara untuk mengerjakan shalat Istisqa' (shalat meminta hujan) sambil berdoa kepada Allah untuk menurunkan hujan. Banyak sekali orang yang berkumpul disana; jumlahnya lebih dari 70.000 orang. Namun doa apa pun yang mereka haturkan, tetap saja tidak membuahkan hasil.

Nabi Musa as menengadahkan kepalanya ke langit dan berkata: "Ya Allah, aku datang bersama 70.000 orang. Mengapa hujan belum juga turun, padahal kami telah memohon pada-Mu? Apakah kedudukanku di sisi-Mu sudah usang?" 

Beliau as mendapat jawaban dari sisi Allah: "Tidak, di antara kalian ada seorang yang telah bermaksiat padaku selama 40 tahun. Katakan padanya untuk keluar dari kerumunan itu, supaya Aku menurunkan hujan kepada kalian." 

Beliau as berkata: "Ya Allah, suaraku lemah, bagaimana mungkin menjangkau orang sebanyak ini?" 

Dikatakan dari-Nya: "Hai Musa, katakan, Aku yang akan mengantarkan suaramu kepada mereka." 

Nabi Musa as berteriak: "Wahai orang yang selama 40 tahun telah bermaksiat kepada Allah, bangkit dan keluarlah dari kerumunan kami, karena maksiatmulah Allah tidak menurunkan hujan kepada kita semua." 

Orang yang bermaksiat itu berdiri dan melihat ke sekeliling; dia tidak melihat orang lain yang keluar dari kerumunan itu. Barulah dia sadar bahwa orang dimaksud yang harus keluar adalah dirinya. Dia berkata kepada dirinya sendiri: "Apa yang harus kuperbuat? Jika aku keluar dari kerumunan ini, semua orang akan melihat dan mengenaliku, dan aku akan tercemar. Apabila aku tetap berada di tengah-tengah mereka, Allah tidak akan menurunkan hujan." 

Dia tetap tidak beranjak dan menyesali semua perbuatan buruk dari lubuk hatinya yang paling dalam serta bertaubat kepada Allah. Tiba-tiba, awan berubah menjadi mendung dan turunlah hujan sangat lebat, yang membasahi semua orang. Nabi Musa as berkata: "Ya Allah, orang yang berada di tengah-tengah kami tidak juga keluar dari kerumunan, tetapi kenapa hujan tetap saja turun?" 

"Aku turunkan hujan kepada kalian lantaran orang yang sebelumnya telah Aku larang dan katakan bahwa dia harus keluar dari kerumunan kalian." 

Nabi Musa as berkata: "Ya Allah, bisakah Kau tunjukkan padaku hamba yang bermaksiat itu?" 

Dikatakan, "Hai Musa, ketika dia bermaksiat kepada-Ku, Aku tidak mencemarkannya. Sekarang setelah dia bertaubat, apakah haruskah Aku mencemarkannya? Itu tidak mungkin Kulakukan. Aku benci orang yang suka mengungkit-ungkit; apakah sekarang aku harus mengungkit-ungkit? Akulah Sattar al-Uyub. Aku akan menutupi semua perbuatan buruk manusia; apakah sekarang Aku harus membuat mereka malu?"

***