07/05/22

Ziarah Kubur [by KH Jalaluddin Rakhmat]

Sebagian kaum muslimin Indonesia, dari dulu sampai sekarang, biasa menyambut bulan Ramadhan (dan setelah shalat Idul Fitri) dengan acara ziarah ke kubur. Orang Jawa menyebutnya “Nyadran”, sementara orang Sunda menyebutnya “Nadran”. 

Dalam acara itu, mereka berkunjung ke pusara orang tua atau karib kerabat yang telah mendahului mereka menghadap Allah Swt.  Belakangan ada sebagian diantara kita yang memandang ziarah kubur sebagai berbuatan yang tidak diajarkan Islam, tetapi diadopsi dari ajaran leluhur. Betulkah pendapat itu? Apakah ziarah kubur merupakan sunnah yang dianjurkan Nabi Saw, atau bid’ah, hal baru yang dibuat-buat kemudian hari? Apa dasar-dasar ziarah kubur dalam Al-Quran dan Sunnah?  

Ziarah ke kuburan dapat terdiri dari tiga macam. Pertama, ziarah orang-orang mulia yang masih hidup kepada orang-orang mulia yang telah meninggal. Misalnya, para ulama’ yang mengunjungi pusara ulama’ lainnya.

Di dalam hadits-hadits, kita temukan bahwa kebiasaan orang-orang mulia untuk berziarah ke kuburan orang-orang mulia lainnya dicontohkan oleh Rasulullah Saw. menurut hadits-hadits shahih yang sampai kepada kita, diriwayatkan ketika Rasulullah melakukan perjalanan Isra’-Mi’raj, beliau berziarah ke kuburan para nabi dengan diantarkan malaikat Jibril.

Jibril memerintahkan Nabi turun dari Buraq dan melakukan shalat di samping kuburan setiap nabi. Dari peristiwa itu juga Nabi mengajarkan adab ziarah,  beliau turun dari kendaraannya dan menunaikan shalat di dekat kuburan dengan penuh kerendahan hati, lalu berdoa di depan kuburan.

Hadits yang meriwayatkan ziarahnya Rasululah ke kuburan para nabi terdapat dalam semua kitab hadits yang berkenaan dengan peristiwa mi’raj.

Didalam hadits yang diriwayatkan oleh: Al-Hakim dalam Mustadrak-nya, disebutkan bahwa Sayyidah Fathimah sa, setiap hari Jum’at berziarah ke kuburan Hamzah, pamannya yang syahid pada perang Uhud. Waktu Fathimah mengunjungi makam Hamzah, Rasulullah tidak pernah melarangnya, bahkan beliau menganjurkannya.

Setelah Rasulullah Saw meninggal dunia, setiap hari Fathimah berziarah ke pusara ayahnya. Setiap hari ia menangis dan berdoa agar ia dapat segera menyusul ayahnya.

Tentang Sayyidah Fathimah, Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Fathimah itu adalah bagian dari diriku, siapa yang membuat marah Fathimah, ia menyakiti aku

Aisyah juga pernah berkata bahwa tidak ada orang yang paling menyerupai Nabi, dalam hal wajah dan akhlaknya, selain Fathimah.  Saya mengutip hadits-hadits itu untuk menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh Fathimah juga merupakan perbuatan yang harus dicontoh.

Tidak mungkin Fathimah yang dijamin kesuciannya dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 33 melakukan perbuatan tercela. Seperti halnya Fathimah yang setiap hari Jumat berziarah ke makam Hamzah, kita juga harus  secara rutin mengunjungi kuburan keluarga kita.

Bila kita buka kitab-kitab tasawuf tentang amalan-amalan yang harus dilakukan setiap hari Jumat, salah satu diantaranya adalah berziarah ke kuburan  kaum Muslimin.

Demikian pula salah satu amalan dalam menyambut Ramadhan adalah berziarah ke kuburan kaum Muslimin.

Tradisi berziarah diantaranya orang-orang mulia itu dilanjutkan oleh para ulama besar berikutnya. Imam Syafi’i misalnya, sering berziarah ke makam Abu Hanifah di Makkah. Ketika Imam Syafi’i melakukan shalat dalam kunjungannya ke makam Abu Hanifah, ia tinggalkan qunut pada shalat subuhnya demi menghormati Abu Hanifah yang telah meninggal dunia (karena Abu Hanifah tidak memfatwakan tentang kewajiban qunut pada shalat subuh). Imam Syafi’i memberikan sebuah contoh yang sangat indah, yang sayangnya tidak diteruskan oleh para pengikutnya; yakni, menghargai orang yang pendapatnya berbeda, meskipun ia telah meninggalkan dunia. Setiap kali Imam Syafi’i berziarah ke Makam Imam Hanifah, ia berdoa di depan makam itu dan bertawassul kepada Allah Swt dengan perantaraan Abu Hanifah, untuk memenuhi hajat-hajatnya. Imam Syafi’i meniru Rasulullah Saw ketika berdoa di depan kuburan para Nabi atas perintah Jibril as.

Ketika Fathimah binti Asad, istri Abu Thalib berhijrah ke Madinah, ia meninggal dunia. Rasulullah Saw menguburkannya di Baqi’. Saat pemakaman, Rasulullah Saw turun ke kuburan Fathimah binti Asad dan berbaring disisinya seraya memeluk ibu asuhannya itu. Lalu Rasulullah membaca doa Tawassul: “Ya Allah, aku bermohon kepada-Mu dengan bertawassul kepada nabi-nabi-Mu dan nabi-nabi yang Kau utus sebelum aku”. Salah satu adab dalam berziarah adalah berdoa dan memulai doa kita dengan membaca tawassul yang singkat, seperti yang diajarkan Nabi Saw di atas: “Ya Allah aku bermohon kepada-Mu melalui tawassul kepada Nabi-Mu dan keluarganya, janganlah engaku azab mayit ini”. Sebuah hadits menyebutkan, barangsiapa yang berziarah ke kuburan dan membaca doa itu, Allah akan menganugerahkan perlindungan dari dahsyatnya hari kiamat.

Jenis ziarah yang kedua, adalah ziarah orang-orang mulia, kepada kuburan orang-orang biasa. Nabi Saw sering berziarah ke kuburan kaum Muslimin. Beliau sering berdoa di atas kuburan mereka, seraya beristighfar memohonkan ampunan bagi para pendurhaka yang menjadi ahli kubur itu, sebagai bukti bahwa kedatangan Nabi adalah Rahmatan Lil ‘Alamin. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari menyebutkan; Rasulullah Saw melewati dua kuburan. Lalu beliau berkata, “Kedua ahli kubur ini sedang di adzab Tuhan, meskipun bukan karena dosa yang besar”.

Rasulullah Saw lalu meletakkan di atas kedua kuburan itu pelepah kurma yang masih hijau sambil berdoa. Rasulullah kemudian berkata: “Sungguh kedua pelepah  kurma itu, Insya Allah akan meringankan azab mereka sampai pelepah itu mengering”.

Dengan berkah kehadiran Rasulullah ke kuburan itu Tuhan meringankan adzabnya. Ibnu Hajar Al-Asqalani, dalam Fath al Bari, ketika membahas hadits ini menulis: “Ada kemungkinan, kuburan itu bukan kuburan kaum Muslimin, melainkan kuburan kaum kafir.”

Hal itu menunjukkan bolehnya berziarah ke kuburan orang kafir. Apa rahasianya meringankan adzab untuk orang kafir itu?

Rahasianya adalah ketika Rasulullah datang. Allah menurunkan Rahmat-Nya, karena Nabi membaca dzikir, menyebut asma Allah. Kedua pelepah kurma yang masih hijau itu sebetulnya selalu bertasbih selama mereka dalam keadaan basah. “Seluruh pepohonan dan tanaman bertasbih kepada Allah Swt, kedua pelepah kurma itu disimpan Nabi agar selalu bertasbih untuk meringankan adzab para penghuni kubur. Sekiranya yang meninggal adalah orang Islam, maka manfaat dari do’a Rasulullah itu akan berlipat ganda karena ia memperoleh Syafa’at Nabi Saw,  Nabi bersabda, “Syafaatku ku khususkan untuk orang-orang yang berbuat dosa besar dari kalangan umatku”.

Semua keterangan diatas menunjukkan bahwa Rasulullah yang teramat mulia juga mengunjungi kuburan mereka yang tidak mulia bahkan para pendosa.

Selain itu, Rasulullah mengunjungi kuburan kaum Muslimin untuk memberikan penghormatan kepada mereka. Seperti dalam sebuah hadits riwayat Bukhari.

Di zaman Nabi, hidup seorang perempuan kulit hitam yang pekerjaannya membersihkan masjid. Ketika ia meninggal dunia, kaum Muslimin menshalatkan dan menguburkannya pada malam hari. Suatu saat, ketika Rasulullah mengunjungi pekuburan, beliau melewati kuburan perempuan itu. Wangi, harum yang semerbak tercium oleh Ruh Rasulullah yang suci. 

Rasulullah bertanya kepada para sahabat yang menyertainya,”Kuburan siapakah ini?   Ini adalah kuburan perempuan kulit hitam yang sering membersihkan masjid”. Jawab para sahabat.

Rasulullah lalu bertanya, “Mengapa kalian tidak memberitahu aku ketika kalian menguburnya?”

Kemudian Rasulullah shalat di depan kuburan perempuan kulit hitam itu. Setelah shalat, Rasulullah bertanya lagi.”Bagaimana perbuatannya ketika masih hidup?” Para sahabat menjawab, “Ia adalah perempuan yang baik”.

Apa pekerjaan yang dilakukannya?”, Rasulullah masih bertanya. “Ia membersihkan masjid”. Jawab para sahabat. Rasulullah Saw tidak hanya mengunjungi kuburan perempuan kulit hitam itu, seorang budak belian yang pada masa itu sering di perlakukan dengan hina, tetapi beliau juga menshalatkan dan mendoakannya. Tuhan menyingkapkan tirai alam malakut kepada Nabi dan memperlihatkan perempuan itu sebagi orang yang mulia di alam barzakh, yang menyebarkan harum semerbak disekitarnya.

Sayyid Ismail bin Mahdi Al-Hasani, dalam kitab Nafasur Rahman, menulis: Hendaknya orang-orang yang mulia sering berkunjung ke orang-orang yang kurang mulia di antara mereka. Walau mereka adalah para ahli kasyaf. Dengan berkunjung ke kuburan, mereka dapat melihat keadaan orang-orang yang di kubur sehingga mereka dapat mendo’akan kebaikan bagi para ahli kubur itu.

Kisah 

Saya teringat sebuah kisah ketika seorang yang salih pergi mengunjungi pekuburan kaum Muslimin. Setelah mengucapkan salam, orang saleh itu berdoa. Ia ingin tahu apa yang terjadi dengan para penghuni kubur disekitarnya. Usai berdoa, tiba-tiba ia mendapati dirinya berada di sebuah taman yang sangat indah. Ia menyusuri setapak jalan yang membawanya ke istana yang megah. Di tempat itu duduk seseorang di atas tahta yang gemerlapan. Puluhan khadam melayaninya. Wajahnya ceria dan gembira. Namun tiba-tiba wajah yang cerah itu berubah muram. Ia melihat dari salah satu sudut tamannya berdatangan rombongan lebah dengan dengungan yang amat nyaring. Orang di atas tahta lalu menjulurkan lidahnya untuk disengat kawanan lebah itu. Serangga-serangga itu pun lalu merubungi lidah orang itu sampai pingsan. Setelah itu, kawanan lebah pun menghilang.

Ketika orang itu tersadar, wajahnya menjadi ceria gembira seperti sedia kala. Namun lebah-lebah itu datang lagi dan peristiwa yang sama terulang kembali.

Orang shalih yang melihat semua ini keheranan, “Apa yang terjadi dengan dirimu?” tanyanya. “Dahulu, ketika aku masih hidup, Alhamdulillah, aku banyak beramal salih. Aku sering membantu orang-orang yang kekurangan, aku tak meninggalkan ibadatku di hari-hari yang mulia, dan aku pun berziarah ke Masjidil Haram. Tapi satu saat, aku jatuh cinta pada anak perempuan tetanggaku. Aku melamarnya, namun orang tuanya tak menerima lamaranku. Karena jengkel, ku sebarkan berita pada orang banyak bahwa sebenarnya perempuan itu telah menikah diam-diam. Karena berita yang ku sebarkan, sampai sekarang perempuan itu tak menemukan jodohnya.

Tak ada seorang pun yang melamarnya. Aku lalu meninggal dunia. Setiap kali perempuan itu menangis menyesali nasibnya. Tuhan mengirimkan kawanan lebah itu untuk menyiksa diriku. Aku bermohon kepada-Nya agar dilepaskan dari adzab ini, tapi Tuhan berkata bahwa aku tidak bisa dilepaskan dari adzab ini sebelum perempuan itu memaafkanku dan sebelum ia menemukan jodohnya. Tapi aku telah mati dan tidak bisa meminta maaf kepadanya.

Aku lalu bertawassul dengan perantara Imam Ali as. Imam Ali berkata: “Nanti akan datang kepadamu seorang shalih, sampaikan pesanmu kepadanya. Kini engkau telah datang kepadaku, tolong sampaikan permohonan maafku kepada perempuan itu dan keluarganya dan tolong bantu dia dalam mencari jodoh bagi dirinya. Hanya dengan itulah aku bisa selamat dari adzab ini”.

Orang yang shalih itu berziarah sehingga Tuhan menyingkapkan tirai malakut kepadanya ia mampu melihat keadaan ahli kubur yang diziarahinya. Kisah ini menunjukkan bahwa ziarah orang shalih ke kuburan adalah sebuah amal yang utama walaupun kuburan itu adalah kuburan orang awam, orang kebanyakan. Ziarah tidak hanya dilakukan kepada orang-orang yang biasa.

Contoh  ziarah  seperti ini, adalah kebiasaan Rasulullah Saw, untuk berkunjung ke kuburan para Syuhada’ Perang Uhud, banyak diantara para jamaah hajji Indonesia yang ketika berangkat ke Madinah tak mengunjungi kuburan para Syuhada’ Perang  Uhud itu. Bahkan kepada Rasulullah pun mereka tak berziarah padahal Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang mengunjungiku setelah aku mati sama seperti mengunjungiku ketika aku hidup”.

Rasulullah juga bersabda: “Siapa yang naik haji, pergi ke Masjidil Haram, tapi tak mengunjungi aku, ia telah melecehkan aku”. Dalam hadits yang lain Rasulullah berkata, “Barang siapa yang berziarah padaku, aku pastikan syafatku bagi-nya”.

Ketika kita meninggal, di malam pertama kesendirian kita, perasaan sedih, cemas, dan takut yang luar biasa akan menyergap kita di alam barzakh.

Malam itu adalah saat yang paling menakutkan bagi ahli kubur. Di waktu itu, sebagian ahli kubur akan mendapatkan kehormatan dan kebahagiaan dikunjungi Rasulullah Saw yang mulia. Diantara mereka yang beruntung itu adalah mereka yang pernah berziarah ke kuburan Rasulullah Saw.

Jenis ziarah yang ketiga adalah ziarah dari kaum Muslimin yang awam kepada kaum Muslimin awam lainnya. Inilah ziarah yang biasa kita lakukan kepada orang tua, karib kerabat, dan saudara-saudara kita. Dalilnya adalah hadits Bukhari, Muslim, dan Al-Tarmudzi yang diterima dari Abu Hurairah: Rasulullah Saw bersabda, “Sering berkunjung kepada kuburan itu akan mengingatkan kalian kepada akhirat dan kepada maut”.

Ziarah kubur adalah Sunnah Rasulullah Saw,  Ziarah juga adalah cara kita untuk mendoakan orang-orang yang telah mendahului kita. Al-Quran mencontohkan Doa itu: Tuhanku ampunilah orang-orang yang telah mendahului kami dalam keimanan. (QS.Al-Hasyr:10).

Itulah perintah Al-Quran agar kita mendoakan orang-orang yang telah lebih dahulu meninggal dunia. Doa itu kita baca ketika berziarah ke kubur.

Perintah ziarah kubur ditujukan baik bagi lelaki maupun perempuan. Bila ziarah kubur itu memiliki pahala dan keutamaan yang amat besar, maka melarang perempuan untuk berziarah akan menyebabkan mereka kehilangan amal shalih dan syafaat Rasulullah Saw Islam tidak memberikan ajaran yang diskriminatif, yang hanya menguntungkan kaum laki-laki saja.

Sebagian pendapat yang mengherankan perempuan berziarah di dasarkan pada hadits dari Abu Hurairah:

Rasulullah Saw bersabda: “Allah melaknat perempuan-perempuan yang berziarah ke kubur”. Bila dilakukan penelitian terhadap hadits ini akan ditemukan bahwa dari segi sanadnya, hadits ini tidak cukup kuat. Hadits ini pun bertentangan dengan hadits-hadits lain yang disepakati keshahihannya oleh semua orang misalnya hadits yang menganjurkan bila kita berkunjung kekuburan, kita mengucapkan salam kepada para ahli kubur. Hadits itu menceritakan Rasulullah yang mengajarkan bacaan salam bagi ahli kubur kepada Aisyah. Sekiranya perempuan yang berziarah kubur itu dilaknat, Rasulullah tidak akan mengajarkan  bacaan salam itu kepada Aisyah, istrinya sendiri.

Hadits yang lain meriwayatkan Rasulullah pernah menemukan seorang perempuan sedang berziarah sambil menangis. Rasulullah tidak melarang perempuan itu berziarah. Beliau hanya berkata, “Penghuni kubur itu sedang diadzab padahal keluarganya sedang menangis”. Hadits ini lalu menimbulkan kesalah pahaman; bahwa mayit diadzab karena tangisan keluarganya. Sampai suatu saat Rasulullah Saw meninggal Aisyah mendengar Abdullah ibn Umar berkata,
Mayit itu disiksa karena tangisan keluarganya”.

Aisyah lalu berkata, “Semoga Allah menyayangi Abdullah Ibn Umar, ia tidak berbohong, ia hanya salah dengar”.

Ziaraah kubur bermanfaat bagi peziarah dan yang diziarahi. Rasulullah Saw bersabda: “Ziarahilah orang-orang yang sudah mati di antara kamu karena mereka bergembira dengan ziarah yang kamu lakukan”.

Dan hendaklah orang menyampaikan hajatnya di kuburan kedua orang tuanya setelah ia berdo’a terlebih dahulu kepada mereka”. (Biharul Anwar Juz 10 hal.97).

Riwayat lain dari Dawud Al-Riqqi menanyakan: Aku bertanya kepada Abu Abdillah as, ”Kalau ada seseorang berdoa di kuburan bapak, ibu, karib kerabat, atau yang bukan saudaranya, apakah itu ada manfaatnya?”. Abu Abdillah menjawab, “Betul itu bermanfaat. Kunjungan itu akan menjadi hadiah bagi mereka. Hadiah itu akan masuk kepada mereka sama seperti kalian memberikan hadiah bagi sesama kalian”.

Salah satu adab ziarah adalah berbicara kepada orang yang telah meninggal dunia. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari mengisahkan suatu peristiwa setelah Perang Uhud. Rasulullah mengajak bicara kepada para jenazah Syuhada’ Uhud, “Apakah kalian telah menemukan apa yang dijanjikan Rasulullah kepada kalian  itu benar?”.

Umar bin Khaththab berkata, “ Ya Rasulullah, kau ajak bicara orang yang mati padahal dia tak mendengarmu”. Rasulullah Saw menjawab: “Hai Umar, engkau tidak lebih mendengar dari mereka”. Para ahli kubur mendengar ucapan kita, sama seperti orang yang masih hidup. Salam yang kita ucapkan kepada para ahli kubur pun pada hakikatnya adalah mengajak mereka bicara:

Salam bagi kalian, hai penghuni kampung ini, kalian telah mendahului kami dan insya Allah, kami akan menyusul kalian”.

Suatu saat, Imam Ali karamallahu wajhah melewati pekuburan ia mengajak bicara para Ahli kubur. “Hai penghuni kampung yang penuh kesepian. Hai penghuni kubur yang penuh kegelapan. Hai mereka yang bergelimang debu. Hai mereka yang terasing dari kampung  halamannya. Hai mereka yang dalam kesendirian dan ketakutan. Kalian telah mendahului kami dan kami pasti akan menyusul kalian.

Adapun rumah-rumah kalian telah dihuni oleh orang lain. Suami-suami dan istri-istri kalian telah menikah lagi dengan orang lain. Harta-harta kalian telah dibagi-bagikan. Ini berita kami untuk kalian, lalu bagaimana berita kalian untuk kami?” Imam Ali lalu menengok sahabat-sahabatnya dan berkata: “Kalaulah mereka itu diberi izin untuk berbicara, mereka akan menjawab pertanyaan kita dengan ucapan: Sesungguhnya bekal yang paling baik untuk alam kubur itu adalah taqwa”.

Adab Ziarah

Adab yang sebaiknya kita amalkan ketika ziarah ke kubur adalah: mengucapkan salam  seperti di atas. Lalu ketika kita sampai di kuburan, letakkan tangan kita di atas kuburan seraya membaca surat Al-Fatihah, Surat Al-Qadr tujuh kali, surat Al-Ikhlas sebelas kali, ayat Kursi, serta membaca bagian awal dan akhir dari surat Al-Baqarah. Bila kita masih mempunyai waktu, bacalah surat Yasin di kuburan itu. Setelah itu bacalah doa.

Bila waktu kita sedikit, kita cukup membaca surat Al-Fatihah, al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas masing-masing satu kali saja. Setelah itu lalu membaca doa tawassul kepada Nabi Muhammad Saw dan keluarganya agar mayyit itu tidak diadzab  Allah Swt.

Dalam riwayat yang lain disebutkan dari Nabi Muhammad Saw, “Barang siapa membaca Inna Anzalnahu..... di atas atau dekat kuburan orang mukmin tujuh kali, Allah mengutus baginya, malaikat yang beribadah di atas kuburnya, dan mencatat bagi si mayyit, pahala apa yang dikerjakan para malaikat tersebut. Dan jika Allah Swt membangkitkan dari kuburnya, akan di selamatkan dari apa yang dilewatinya hingga masuk surga.

Dan disunnahkan, setelah baca Inna Anzalnahu... tujuh kali, untuk baca: Fatihah, Mu’awidzatain (Al-Falaq dan An-Nas) dan Al-Ikhlas (Qulhu) juga ayat Kursi. Masing-masing semuanya dibaca tiga kali dengan menghadap qiblat. (Shahifatul Mutahajid:117).

Dan diriwayatkan dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ra. telah berkata: “Barang siapa masuk pekuburan dan membaca Doa Az-Ziarah Ahlil Qubur, Allah Swt akan memberikan pahala laksana beribadah lima puluh tahun, dan akan dihapuskan semua  kejelekannya dan kejelekan kedua orang tuanya selama lima puluh tahun”. (Shahifatul Mutahajjid, hal:117).  Allahu A’lam ....!!!  ***

KH Jalaluddin Rakhmat pernah menjabat Ketua Dewan Syura IJABI periode 2000-2021. Beliau wafat pada 15 Februari 2021 dan dikebumikan di Desa Sangiang, Rancaekek, Kabupaten Bandung.