Sebagian kaum muslimin Indonesia, dari dulu sampai sekarang, biasa menyambut bulan Ramadhan (dan setelah shalat Idul Fitri) dengan acara ziarah ke kubur. Orang Jawa menyebutnya “Nyadran”, sementara orang Sunda menyebutnya “Nadran”.
Ziarah ke kuburan dapat terdiri dari tiga macam. Pertama, ziarah
orang-orang mulia yang masih hidup kepada orang-orang mulia yang telah
meninggal. Misalnya, para ulama’ yang mengunjungi pusara ulama’ lainnya.
Di dalam hadits-hadits, kita temukan bahwa kebiasaan orang-orang mulia
untuk berziarah ke kuburan orang-orang mulia lainnya dicontohkan oleh
Rasulullah Saw. menurut hadits-hadits shahih yang sampai kepada kita,
diriwayatkan ketika Rasulullah melakukan perjalanan Isra’-Mi’raj,
beliau berziarah ke kuburan para nabi dengan diantarkan malaikat Jibril.
Jibril memerintahkan Nabi turun dari Buraq dan melakukan shalat di
samping kuburan setiap nabi. Dari peristiwa itu juga Nabi mengajarkan adab
ziarah, beliau turun dari kendaraannya
dan menunaikan shalat di dekat kuburan dengan penuh kerendahan hati, lalu
berdoa di depan kuburan.
Hadits yang meriwayatkan ziarahnya Rasululah ke kuburan para nabi terdapat
dalam semua kitab hadits yang berkenaan dengan peristiwa mi’raj.
Didalam hadits yang diriwayatkan oleh: Al-Hakim dalam Mustadrak-nya,
disebutkan bahwa Sayyidah Fathimah sa, setiap hari Jum’at berziarah ke kuburan
Hamzah, pamannya yang syahid pada perang Uhud. Waktu Fathimah mengunjungi makam
Hamzah, Rasulullah tidak pernah melarangnya, bahkan beliau menganjurkannya.
Setelah Rasulullah Saw meninggal dunia, setiap hari Fathimah berziarah ke
pusara ayahnya. Setiap hari ia menangis dan berdoa agar ia dapat segera
menyusul ayahnya.
Tentang Sayyidah Fathimah, Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya
Fathimah itu adalah bagian dari diriku, siapa yang membuat marah Fathimah, ia
menyakiti aku”
Aisyah juga pernah berkata bahwa tidak ada orang yang paling menyerupai
Nabi, dalam hal wajah dan akhlaknya, selain Fathimah. Saya mengutip hadits-hadits itu untuk
menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh Fathimah juga merupakan perbuatan
yang harus dicontoh.
Tidak mungkin Fathimah yang dijamin kesuciannya dalam Al-Quran surat
Al-Ahzab ayat 33 melakukan perbuatan tercela. Seperti halnya Fathimah yang
setiap hari Jumat berziarah ke makam Hamzah, kita juga harus secara rutin mengunjungi kuburan keluarga kita.
Bila kita buka kitab-kitab tasawuf tentang amalan-amalan yang harus
dilakukan setiap hari Jumat, salah satu diantaranya adalah berziarah ke
kuburan kaum Muslimin.
Demikian pula salah satu amalan dalam menyambut Ramadhan adalah berziarah
ke kuburan kaum Muslimin.
Tradisi berziarah diantaranya orang-orang mulia itu dilanjutkan oleh para
ulama besar berikutnya. Imam Syafi’i misalnya, sering berziarah ke makam Abu
Hanifah di Makkah. Ketika Imam Syafi’i melakukan shalat dalam kunjungannya ke
makam Abu Hanifah, ia tinggalkan qunut pada shalat subuhnya demi menghormati
Abu Hanifah yang telah meninggal dunia (karena Abu Hanifah tidak memfatwakan
tentang kewajiban qunut pada shalat subuh). Imam Syafi’i memberikan sebuah
contoh yang sangat indah, yang sayangnya tidak diteruskan oleh para
pengikutnya; yakni, menghargai orang yang pendapatnya berbeda, meskipun ia
telah meninggalkan dunia. Setiap kali Imam Syafi’i berziarah ke Makam Imam
Hanifah, ia berdoa di depan makam itu dan bertawassul kepada Allah Swt dengan
perantaraan Abu Hanifah, untuk memenuhi hajat-hajatnya. Imam Syafi’i meniru
Rasulullah Saw ketika berdoa di depan kuburan para Nabi atas perintah Jibril
as.
Ketika Fathimah binti Asad, istri Abu Thalib berhijrah ke Madinah, ia
meninggal dunia. Rasulullah Saw menguburkannya di Baqi’. Saat pemakaman,
Rasulullah Saw turun ke kuburan Fathimah binti Asad dan berbaring disisinya
seraya memeluk ibu asuhannya itu. Lalu Rasulullah membaca doa Tawassul: “Ya
Allah, aku bermohon kepada-Mu dengan bertawassul kepada nabi-nabi-Mu dan
nabi-nabi yang Kau utus sebelum aku”. Salah satu adab dalam berziarah
adalah berdoa dan memulai doa kita dengan membaca tawassul yang
singkat, seperti yang diajarkan Nabi Saw di atas: “Ya Allah aku bermohon
kepada-Mu melalui tawassul kepada Nabi-Mu dan keluarganya, janganlah engaku
azab mayit ini”. Sebuah hadits menyebutkan, barangsiapa yang berziarah ke
kuburan dan membaca doa itu, Allah akan menganugerahkan perlindungan dari
dahsyatnya hari kiamat.
Jenis ziarah yang kedua, adalah ziarah orang-orang mulia, kepada
kuburan orang-orang biasa. Nabi Saw sering berziarah ke kuburan kaum Muslimin.
Beliau sering berdoa di atas kuburan mereka, seraya beristighfar memohonkan
ampunan bagi para pendurhaka yang menjadi ahli kubur itu, sebagai bukti bahwa
kedatangan Nabi adalah Rahmatan Lil ‘Alamin. Sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari menyebutkan; Rasulullah Saw melewati dua kuburan.
Lalu beliau berkata, “Kedua ahli kubur ini sedang di adzab Tuhan, meskipun
bukan karena dosa yang besar”.
Rasulullah Saw lalu meletakkan di atas kedua kuburan itu pelepah kurma yang
masih hijau sambil berdoa. Rasulullah kemudian berkata: “Sungguh kedua
pelepah kurma itu, Insya Allah akan
meringankan azab mereka sampai pelepah itu mengering”.
Dengan berkah kehadiran Rasulullah ke kuburan itu Tuhan meringankan
adzabnya. Ibnu Hajar Al-Asqalani, dalam Fath al Bari, ketika membahas
hadits ini menulis: “Ada kemungkinan, kuburan itu bukan kuburan kaum
Muslimin, melainkan kuburan kaum kafir.”
Hal itu menunjukkan bolehnya berziarah ke kuburan orang kafir. Apa
rahasianya meringankan adzab untuk orang kafir itu?
Rahasianya adalah ketika Rasulullah datang. Allah menurunkan Rahmat-Nya,
karena Nabi membaca dzikir, menyebut asma Allah. Kedua pelepah kurma yang masih
hijau itu sebetulnya selalu bertasbih selama mereka dalam keadaan basah.
“Seluruh pepohonan dan tanaman bertasbih kepada Allah Swt, kedua pelepah kurma
itu disimpan Nabi agar selalu bertasbih untuk meringankan adzab para penghuni
kubur. Sekiranya yang meninggal adalah orang Islam, maka manfaat dari do’a
Rasulullah itu akan berlipat ganda karena ia memperoleh Syafa’at Nabi Saw, Nabi bersabda, “Syafaatku ku khususkan
untuk orang-orang yang berbuat dosa besar dari kalangan umatku”.
Semua keterangan diatas menunjukkan bahwa Rasulullah yang teramat mulia
juga mengunjungi kuburan mereka yang tidak mulia bahkan para pendosa.
Selain itu, Rasulullah mengunjungi kuburan kaum Muslimin untuk memberikan penghormatan
kepada mereka. Seperti dalam sebuah hadits riwayat Bukhari.
Di zaman Nabi, hidup seorang perempuan kulit hitam yang pekerjaannya membersihkan masjid. Ketika ia meninggal dunia, kaum Muslimin menshalatkan dan menguburkannya pada malam hari. Suatu saat, ketika Rasulullah mengunjungi pekuburan, beliau melewati kuburan perempuan itu. Wangi, harum yang semerbak tercium oleh Ruh Rasulullah yang suci.
Rasulullah bertanya kepada para sahabat yang menyertainya,”Kuburan siapakah ini?” “Ini adalah kuburan perempuan kulit hitam yang sering membersihkan masjid”. Jawab para sahabat.
Rasulullah lalu bertanya, “Mengapa kalian tidak memberitahu aku ketika
kalian menguburnya?”
Kemudian Rasulullah shalat di depan kuburan perempuan kulit hitam itu.
Setelah shalat, Rasulullah bertanya lagi.”Bagaimana perbuatannya ketika
masih hidup?” Para sahabat menjawab, “Ia adalah perempuan yang baik”.
“Apa pekerjaan yang dilakukannya?”, Rasulullah masih bertanya. “Ia
membersihkan masjid”. Jawab para sahabat. Rasulullah Saw tidak hanya
mengunjungi kuburan perempuan kulit hitam itu, seorang budak belian yang pada
masa itu sering di perlakukan dengan hina, tetapi beliau juga menshalatkan dan
mendoakannya. Tuhan menyingkapkan tirai alam malakut kepada Nabi dan
memperlihatkan perempuan itu sebagi orang yang mulia di alam barzakh, yang
menyebarkan harum semerbak disekitarnya.
Sayyid Ismail bin Mahdi Al-Hasani, dalam kitab Nafasur Rahman,
menulis: Hendaknya orang-orang yang mulia sering berkunjung ke orang-orang yang
kurang mulia di antara mereka. Walau mereka adalah para ahli kasyaf.
Dengan berkunjung ke kuburan, mereka dapat melihat keadaan orang-orang yang di
kubur sehingga mereka dapat mendo’akan kebaikan bagi para ahli kubur itu.
Kisah
Saya teringat sebuah kisah ketika seorang yang salih pergi mengunjungi
pekuburan kaum Muslimin. Setelah mengucapkan salam, orang saleh itu berdoa. Ia
ingin tahu apa yang terjadi dengan para penghuni kubur disekitarnya. Usai
berdoa, tiba-tiba ia mendapati dirinya berada di sebuah taman yang sangat
indah. Ia menyusuri setapak jalan yang membawanya ke istana yang megah. Di
tempat itu duduk seseorang di atas tahta yang gemerlapan. Puluhan khadam
melayaninya. Wajahnya ceria dan gembira. Namun tiba-tiba wajah yang cerah itu
berubah muram. Ia melihat dari salah satu sudut tamannya berdatangan rombongan
lebah dengan dengungan yang amat nyaring. Orang di atas tahta lalu menjulurkan
lidahnya untuk disengat kawanan lebah itu. Serangga-serangga itu pun lalu
merubungi lidah orang itu sampai pingsan. Setelah itu, kawanan lebah pun
menghilang.
Ketika orang itu tersadar, wajahnya menjadi ceria gembira seperti sedia
kala. Namun lebah-lebah itu datang lagi dan peristiwa yang sama terulang
kembali.
Orang shalih yang melihat semua ini keheranan, “Apa yang terjadi dengan
dirimu?” tanyanya. “Dahulu, ketika aku masih hidup, Alhamdulillah, aku
banyak beramal salih. Aku sering membantu orang-orang yang kekurangan, aku tak
meninggalkan ibadatku di hari-hari yang mulia, dan aku pun berziarah ke
Masjidil Haram. Tapi satu saat, aku jatuh cinta pada anak perempuan tetanggaku.
Aku melamarnya, namun orang tuanya tak menerima lamaranku. Karena jengkel, ku
sebarkan berita pada orang banyak bahwa sebenarnya perempuan itu telah menikah
diam-diam. Karena berita yang ku sebarkan, sampai sekarang perempuan itu tak
menemukan jodohnya.
Tak ada seorang pun yang melamarnya. Aku lalu meninggal dunia. Setiap kali
perempuan itu menangis menyesali nasibnya. Tuhan mengirimkan kawanan lebah itu
untuk menyiksa diriku. Aku bermohon kepada-Nya agar dilepaskan dari adzab ini,
tapi Tuhan berkata bahwa aku tidak bisa dilepaskan dari adzab ini sebelum
perempuan itu memaafkanku dan sebelum ia menemukan jodohnya. Tapi aku telah
mati dan tidak bisa meminta maaf kepadanya.
Aku lalu bertawassul dengan perantara Imam Ali as. Imam Ali berkata: “Nanti
akan datang kepadamu seorang shalih, sampaikan pesanmu kepadanya. Kini engkau
telah datang kepadaku, tolong sampaikan permohonan maafku kepada perempuan itu
dan keluarganya dan tolong bantu dia dalam mencari jodoh bagi dirinya. Hanya
dengan itulah aku bisa selamat dari adzab ini”.
Orang yang shalih itu berziarah sehingga Tuhan menyingkapkan tirai malakut
kepadanya ia mampu melihat keadaan ahli kubur yang diziarahinya. Kisah ini
menunjukkan bahwa ziarah orang shalih ke kuburan adalah sebuah amal yang utama
walaupun kuburan itu adalah kuburan orang awam, orang kebanyakan. Ziarah tidak
hanya dilakukan kepada orang-orang yang biasa.
Contoh ziarah seperti ini, adalah kebiasaan Rasulullah Saw,
untuk berkunjung ke kuburan para Syuhada’ Perang Uhud, banyak diantara para
jamaah hajji Indonesia yang ketika berangkat ke Madinah tak mengunjungi kuburan
para Syuhada’ Perang Uhud itu. Bahkan
kepada Rasulullah pun mereka tak berziarah padahal Rasulullah bersabda: “Barang
siapa yang mengunjungiku setelah aku mati sama seperti mengunjungiku ketika aku
hidup”.
Rasulullah juga bersabda: “Siapa yang naik haji, pergi ke Masjidil
Haram, tapi tak mengunjungi aku, ia telah melecehkan aku”. Dalam hadits
yang lain Rasulullah berkata, “Barang siapa yang berziarah padaku, aku pastikan
syafatku bagi-nya”.
Ketika kita meninggal, di malam pertama kesendirian kita, perasaan sedih,
cemas, dan takut yang luar biasa akan menyergap kita di alam barzakh.
Malam itu adalah saat yang paling menakutkan bagi ahli kubur. Di waktu itu,
sebagian ahli kubur akan mendapatkan kehormatan dan kebahagiaan dikunjungi
Rasulullah Saw yang mulia. Diantara mereka yang beruntung itu adalah mereka
yang pernah berziarah ke kuburan Rasulullah Saw.
Jenis ziarah yang ketiga adalah ziarah dari kaum Muslimin yang awam
kepada kaum Muslimin awam lainnya. Inilah ziarah yang biasa kita lakukan kepada
orang tua, karib kerabat, dan saudara-saudara kita. Dalilnya adalah hadits
Bukhari, Muslim, dan Al-Tarmudzi yang diterima dari Abu Hurairah: Rasulullah
Saw bersabda, “Sering berkunjung kepada kuburan itu akan mengingatkan kalian
kepada akhirat dan kepada maut”.
Ziarah kubur adalah Sunnah Rasulullah Saw, Ziarah juga adalah cara kita untuk mendoakan
orang-orang yang telah mendahului kita. Al-Quran mencontohkan Doa itu: Tuhanku
ampunilah orang-orang yang telah mendahului kami dalam keimanan. (QS.Al-Hasyr:10).
Itulah perintah Al-Quran agar kita mendoakan orang-orang yang telah lebih dahulu
meninggal dunia. Doa itu kita baca ketika berziarah ke kubur.
Perintah ziarah kubur ditujukan baik bagi lelaki maupun perempuan. Bila ziarah
kubur itu memiliki pahala dan keutamaan yang amat besar, maka melarang
perempuan untuk berziarah akan menyebabkan mereka kehilangan amal shalih dan
syafaat Rasulullah Saw Islam tidak memberikan ajaran yang diskriminatif, yang
hanya menguntungkan kaum laki-laki saja.
Sebagian pendapat yang mengherankan perempuan berziarah di dasarkan pada
hadits dari Abu Hurairah:
Rasulullah Saw bersabda: “Allah melaknat perempuan-perempuan yang
berziarah ke kubur”. Bila dilakukan penelitian terhadap hadits ini akan
ditemukan bahwa dari segi sanadnya, hadits ini tidak cukup kuat. Hadits ini pun
bertentangan dengan hadits-hadits lain yang disepakati keshahihannya oleh semua
orang misalnya hadits yang menganjurkan bila kita berkunjung kekuburan, kita
mengucapkan salam kepada para ahli kubur. Hadits itu menceritakan Rasulullah
yang mengajarkan bacaan salam bagi ahli kubur kepada Aisyah. Sekiranya
perempuan yang berziarah kubur itu dilaknat, Rasulullah tidak akan
mengajarkan bacaan salam itu kepada
Aisyah, istrinya sendiri.
Hadits yang lain meriwayatkan Rasulullah pernah menemukan seorang perempuan
sedang berziarah sambil menangis. Rasulullah tidak melarang perempuan itu
berziarah. Beliau hanya berkata, “Penghuni kubur itu sedang diadzab padahal
keluarganya sedang menangis”. Hadits ini lalu menimbulkan kesalah pahaman;
bahwa mayit diadzab karena tangisan keluarganya. Sampai suatu saat Rasulullah
Saw meninggal Aisyah mendengar Abdullah ibn Umar berkata,
Mayit itu disiksa karena tangisan keluarganya”.
Aisyah lalu berkata, “Semoga Allah menyayangi Abdullah Ibn Umar, ia tidak
berbohong, ia hanya salah dengar”.
Ziaraah kubur bermanfaat bagi peziarah dan yang diziarahi. Rasulullah Saw
bersabda: “Ziarahilah orang-orang yang sudah mati di antara kamu karena mereka
bergembira dengan ziarah yang kamu lakukan”.
“Dan hendaklah orang menyampaikan hajatnya di kuburan kedua orang tuanya
setelah ia berdo’a terlebih dahulu kepada mereka”. (Biharul Anwar Juz 10
hal.97).
Riwayat lain dari Dawud Al-Riqqi menanyakan: Aku bertanya kepada Abu
Abdillah as, ”Kalau ada seseorang berdoa di kuburan bapak, ibu, karib
kerabat, atau yang bukan saudaranya, apakah itu ada manfaatnya?”. Abu
Abdillah menjawab, “Betul itu bermanfaat. Kunjungan itu akan menjadi hadiah
bagi mereka. Hadiah itu akan masuk kepada mereka sama seperti kalian memberikan
hadiah bagi sesama kalian”.
Salah satu adab ziarah adalah berbicara kepada orang yang telah meninggal
dunia. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari mengisahkan suatu peristiwa
setelah Perang Uhud. Rasulullah mengajak bicara kepada para jenazah Syuhada’
Uhud, “Apakah kalian telah menemukan apa yang dijanjikan Rasulullah kepada
kalian itu benar?”.
Umar bin Khaththab berkata, “ Ya Rasulullah, kau ajak bicara orang yang
mati padahal dia tak mendengarmu”. Rasulullah Saw menjawab: “Hai Umar,
engkau tidak lebih mendengar dari mereka”. Para ahli kubur mendengar
ucapan kita, sama seperti orang yang masih hidup. Salam yang kita ucapkan
kepada para ahli kubur pun pada hakikatnya adalah mengajak mereka bicara:
“Salam bagi kalian, hai penghuni kampung ini, kalian telah mendahului
kami dan insya Allah, kami akan menyusul kalian”.
Suatu saat, Imam Ali karamallahu wajhah melewati pekuburan ia
mengajak bicara para Ahli kubur. “Hai penghuni kampung yang penuh kesepian.
Hai penghuni kubur yang penuh kegelapan. Hai mereka yang bergelimang debu. Hai
mereka yang terasing dari kampung
halamannya. Hai mereka yang dalam kesendirian dan ketakutan. Kalian
telah mendahului kami dan kami pasti akan menyusul kalian.
Adapun rumah-rumah kalian telah dihuni oleh orang lain. Suami-suami dan
istri-istri kalian telah menikah lagi dengan orang lain. Harta-harta kalian
telah dibagi-bagikan. Ini berita kami untuk kalian, lalu bagaimana berita
kalian untuk kami?” Imam Ali lalu menengok sahabat-sahabatnya dan berkata:
“Kalaulah mereka itu diberi izin untuk berbicara, mereka akan menjawab
pertanyaan kita dengan ucapan: Sesungguhnya bekal yang paling baik untuk alam
kubur itu adalah taqwa”.
Adab Ziarah
Adab yang sebaiknya kita amalkan ketika ziarah ke kubur adalah: mengucapkan
salam seperti di atas. Lalu ketika kita
sampai di kuburan, letakkan tangan kita di atas kuburan seraya membaca surat Al-Fatihah,
Surat Al-Qadr tujuh kali, surat Al-Ikhlas sebelas kali, ayat
Kursi, serta membaca bagian awal dan akhir dari surat Al-Baqarah. Bila
kita masih mempunyai waktu, bacalah surat Yasin di kuburan itu. Setelah
itu bacalah doa.
Bila waktu kita sedikit, kita cukup membaca surat Al-Fatihah, al-Ikhlas,
Al-Falaq, dan An-Nas masing-masing satu kali saja. Setelah itu lalu
membaca doa tawassul kepada Nabi Muhammad Saw dan keluarganya
agar mayyit itu tidak diadzab Allah Swt.
Dalam riwayat yang lain disebutkan dari Nabi Muhammad Saw, “Barang siapa membaca
Inna Anzalnahu..... di atas atau dekat kuburan orang mukmin tujuh kali, Allah mengutus baginya, malaikat yang
beribadah di atas kuburnya, dan mencatat bagi si mayyit, pahala apa yang
dikerjakan para malaikat tersebut. Dan jika Allah Swt membangkitkan dari
kuburnya, akan di selamatkan dari apa yang dilewatinya hingga masuk surga.”
Dan disunnahkan, setelah baca Inna Anzalnahu... tujuh kali,
untuk baca: Fatihah, Mu’awidzatain (Al-Falaq dan An-Nas) dan Al-Ikhlas
(Qulhu) juga ayat Kursi. Masing-masing semuanya dibaca tiga kali
dengan menghadap qiblat. (Shahifatul
Mutahajid:117).
Dan diriwayatkan dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ra. telah
berkata: “Barang siapa masuk pekuburan dan membaca Doa Az-Ziarah Ahlil
Qubur, Allah Swt akan memberikan pahala laksana beribadah lima puluh tahun,
dan akan dihapuskan semua kejelekannya
dan kejelekan kedua orang tuanya selama lima puluh tahun”. (Shahifatul
Mutahajjid, hal:117). Allahu A’lam ....!!! ***
KH Jalaluddin Rakhmat pernah menjabat Ketua Dewan Syura IJABI periode 2000-2021. Beliau wafat pada 15 Februari 2021 dan dikebumikan di Desa Sangiang, Rancaekek, Kabupaten Bandung.