Fahmi Slalu Cinta Persib: Sya pengen tau apa benar syiah itu sesesat yg saya keatahui di media sosial? Dan apa benar syiah mengkafirkan sahabat nabi dab istri nabi. Dan apa benar syiah nembolehkan nikah mut'ah? Tolong jawabannya supaya sya tidak kliru. Trimakasih.
Ijabi-Jabar: Kami tidak pernah mengkafirkan sahabat dan Istri nabi. Ijabi melarang anggota melakukan Nikah Mut'ah. Ketika kita mendengar pendapat tentang kesesatan kelompok lain, maka kita harus berani bertabayun. Berani mencari sumber informasi yang lain. Bila berdasarkan informasi yang ada timbul kebencian pada kelompok lain, maka kebencian itu sendiri merusak jiwa pembencinya dan tidak berpengaruh apa apa terhadap yang dibencinya. Lebih baik konsentrasi mencintai kebaikan yang kita yakini dan mengamalkannya sehingga memberi manfaat pada diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
Amir Moehamad: Lantas Syiah yg bagaimana, ketika anda bilang ngga ada kawin mut'ah,terus ngga ada menghina nabi atau sahabat nabi,ada berapa sih kelompok2 syiah di Indonesia,klo Ahlusunnah waljama'ah,kira2 boleh bergabung hanya sekedar pengen tau.
DIALOG tersebut dimulai dari postingan Fahmi dalam grup/page facebook Ijabi Jabar pada Sabtu, 5 Juli 2014. Kemudian ditanggapi oleh IJabi Jabar. Muncul lagi seorang Amir. Karena terasa belum tuntas dan tak ada kelanjutan, kami coba membahasnya (dengan harapan biar semakin terbuka dan tercerahkan) khususnya untuk Saudara: Amir Moehamad.
Kalau dilihat dari jawaban Ijabi Jabar (sebagai organisasi resmi umat Islam pecinta Rasulullah saw dan Keluarganya yang biasa disebut Syiah) tidak seperti yang dituduhkan. Sudah jelas dalam azas IJABI adalah Pancasila. Kemudian berkarakter dan bercirikan untuk senantiasa mendahulukan akhlak di atas fikih, membawa semangat ukhuwah, dan mengusung pluralis (silakan lihat di profil IJABI dalam situs Majulah Ijabi). Karena itu, hal-hal yang dapat merusak persaudaraan umat Islam pasti akan dihindari oleh aktivis IJABI.
Persoalan kawin mutah memang tercantum dalam al-Quran surat Annisa ayat 24. Meski itu bagian dari syariat Islam, bukan berarti mesti dipaksakan untuk dilakoni. Sejarah mengisahkan para sahabat banyak yang melakukan mutah. Tentu dengan ketentuan syariat Islam. Mutah berbeda dengan praktik pelacuran. Mutah ada aturan/syariat yang hampir sama dengan kawin daim (biasa). Bedanya dari akad yang menyatakan batas waktu pernikahan. Bacalah buku-buku fikih Syiah seperti karya Muhammad Jawad Mughniyyah dan Sayid Ali Khamenei. Sekarang sudah banyak buku terjemahan. Ada Buku Putih Mazhab Syiah yang dikeluarkan Ahlul Bait Indonesia (ABI). Di dalamnya ada pembahasan kawin mutah dan daim, termasuk kesamaan dan perbedaannya.
Perlu diketahui, kawin mutah mungkin bisa diibaratkan seperti kawin poligami. Meski tercantum dalam Quran, bukan berarti semua laki-laki Islam harus poligami. Tentunya ada syarat dan ketentuan, termasuk kesiapan.
Syariat Islam yang tercantum dalam Quran dan hadis, pelaksanaannya tidak mutlak harus semuanya dilakukan jika tidak memungkinkan situasi dan keadaannya. Masih ada syariat Islam yang lebih penting untuk didahulukan ketimbang urusan syahwat. Di antara yang paling wajib didahulukan di Indonesia adalah merajut ukhuwah, berperilaku baik, belajar memahami perbedaan, dan belajar dengan sungguh-sungguh tentang Islam.
Sekedar tambahan: berikut ini ada fatwa dari Imam Ali Khamenei, ulama Syiah di Iran, tentang larangan menghina sahabat dan istri nabi, termasuk simbol-simbol Ahlussunnah:
“Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh. Diharamkan menghina simbol-simbol (yang diagungkan) saudara-saudara seagama kita, ahlusunah, berupa tuduhan terhadap istri Nabi saw. dengan hal-hal yang mencederai kehormatannya, bahkan tindakan ini diharamkan terhadap istri- istri para nabi terutama penghulunya, yaitu Rasul termulia saw. Semoga Anda semua mendapatkan taufik untuk setiap kebaikan.”
Sejarah Islam mengisahkan bahwa mencerca sahabat adalah salah satu isu sensitif di antara kelompok Sunni dan Syiah. Sejarahnya juga lumayan panjang. Dahulu selama sekitar 80 tahun, ada kebiasaan buruk di kalangan Bani Umayyah untuk mencerca Imam Ali bin Abi Thalib kw di mimbar-mimbar Jumat. Perilaku itu mungkin membuat segelintir oknum Muslimin Syiah bereaksi dengan balik mencerca para sahabat, yang di dalamnya termasuk Muawiyah dan sahabat-sahabat yang tidak memuliakan Ahlulbait.
Namun, sekarang ini di antara oknum umat Islam tidak lagi pada individu yang diserang. Yang sekarang ini berkembang adalah cercaan terhadap ajaran Syiah secara umum (mungkin sebagai balas dendam).
Harus diakui bahwa pada kalangan Muslim Syiah, memang masih ditemukan orang-orang yang mencerca sahabat. Namun, itu bisa disebut oknum karena di antara ulama Islam Syiah yang ternama dan terkenal tidak terdengar hujatan yang dapat merusak persaudaraan Islam. Lihat fatwa Imam Ali Khamenei di atas yang jelas melarang hujat menghujat dan memerintahkan Muslimin Syiah untuk menghormati Ahlussunnah. Jika masih ada yang melabrak fatwa tersebut maka pantas disebut oknum.
Anehnya, sampai sekarang ini belum terdengar fatwa dari para ulama Ahlussunnah yang melarang umatnya tidak menyesatkan Syiah. Malahan di Bandung ada deklarasi yang jelas-jelas menentang persaudaraan Islam. Bahkan, ada seorang ustad yang memerintahkan untuk membunuh Muslimin Syiah. Betulkah dalam ajaran Islam demikian diajarkan? Benarkah mazhab Ahlussunnah mengajarkannya?
Tambahan lagi, ini pernyataan Sayid Kazhim Thabathabai, seorang Imam Jumat Kota Zabol, Iran, dalam wawancara mengatakan:
“Para ulama, khatib, cendekiawan, akademisi, dan kalangan pesantren harus tampil memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa demi persatuan ummat yang memang diwajibkan oleh agama, maka segala macam penghinaan terhadap hal-hal yang sangat dihormati oleh masing-masing kelompok, baik itu kalangan Sunni ataupun Syiah, hukumnya adalah haram. Agama, akal kita, dan juga budaya yang berkembang di masyarakat manapun sangat menentang perilaku seperti itu” (http://www.taghribnews.ir).
Demikian sekadar nimbrung. Semoga bisa memahami dengan lebih baik. Silakan baca artikel-artikel pada situs kami: Misykat. Insya Allah, di dalamnya ada penjelasan berkaitan dengan Syiah dari penganutnya, bukan dari mereka yang benci dan sotoisme. ***
Bandung, 6 Juli 2014