Al-Huzn yang diterjemahkan (secara bahasa) kesedihan, merupakan tahapan yang mesti ditempuh oleh salik (penempuh jalan ruhani). Berdasarkan kitab Manazil Sairin, bahwa alhuzn terbagi dalam tiga.
Pertama adalah merujuk pada ayat Al-Quran, "Mereka kembali dan air mata mereka bercucuran karena kesedihan" (QS 9:92). Kesedihan adalah derita atas kehilangan dan penyesalan atas pelanggaran. Ini alhuzn tingkat umum.
Kesedihan pada tingkat umum adalah kurangnya dalam pelayanan, kerjatuhan dan kelalaian terhadap hari yang berlalu. Kurangnya pelayanan adalah kurangnya dalam ketaatan seorang hamba terhadap Mawlanya. Hal ini tentu menjadi penghalang perjalanan ruhaniah bagi seorang salik dan menimbulkan persoalan yang banyak bagi ruhaninya. Kejatuhan dalam keburukan yang pernah terjadi padanya adalah sumber bagi sulitnya mata air Ilahiah terpancar di hatinya. Hal ini menjadi hijab yang sangat sulit ditembus. Banyaknya kelalaian dalam kesempurnaan ibadah menjadi penyesalan yang harus dia tebus dengan melakukan qadha kembali semua kelalaian tersebut. Hanya dengan membayar maka utang dapat terlunasi.Kedua adalah kesedihan khusus, yaitu kesedihan atas keterikatan hati dengan yang
terpisah, atas kesibukan jiwa dari penyaksian dan kesedihan terhadap kesedihan.
Kesedihan atas ikatan hati yang selama ini terjadi dan mengikat diri salik pada
selain Allah. Adanya ikatan ini menjadi hijab bagi salik dalam menempuh
perjalanannya. Atas halangan yang menghambat perjalanannya dia bersedih. Allah
SWT berfirman: "Dan orang-orang beriman sangat mendalam kecintaan
kepada Allah" (QS 2:165). Bahwa jiwa yang terpesona dengan
beragam keindahan selain Allah merupakan keburukan yang membuat dirinya
bersedih karenanya. Pesona selain Allah akan menghilangkan fokus
ruhaninya. "Dan ketika mereka menyaksikan perniagaan atau
permainan mereka berpaling kepadanya" (QS 62:11). Sekiranya seorang
salik tidak bersedih atas kehilangan waktu dan kelalaian yang terjadi, maka dia
harus bersedih atas kondisi dirinya tersebut. Dia harus bersedih atas kehilangan
kesedihan atas hal yang mengharuskannya bersedih.
Ketiga adalah kesedihan sangat
khusus, yaitu kesedihan yang meliputi bukan yang diharapkan, pertentangan
dengan maksud dan pertentangan dengan hukum atau ketetapan. Bahwa pada tahapan
sangat khusus ini tidak ada kesedihan, karena kesedihan terjadi akibat keterpisahan
atau kehilangan. Sedangkan pada tahapan khusus (yang kedua) adalah kebersamaan.
Kalau pun ada kesedihan pada tingkat ini adalah kesedihan terhadap keadaan
hamba yang lain. "Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh
dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak
beriman kepada keterangan ini" (QS 18:6). "Sesungguhnya Kami
mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (janganlah
kamu bersedih hati) karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi
orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah" (QS 6:33).
Seperti halnya juga
kesedihan Nabi Yaqub as terhadap Nabi Yusuf as. "Berkata Ya'qub:
Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khawatir
kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah dari padanya”(QS
12:13). Sedangkan Kesedihan karena keterliputan nama-nama Jalaliyah
Allah yang menimbulkan kesempitan (al-qabd) pada diri salik, sedangkan
nama-nama Jamaliyyah akan menimbulkan kelapangan (al-bast).
Kemudian tentang
kesedihan karena bertentangan maksud bahwa apa yang diinginkan dan diharapkan salik
bukanlah yang diinginkan Allah SWT terhadapnya, sehingga salik harus menolak
keinginan dan harapannya sendiri karena mendahulukan keinginan Allah atas
dirinya. Ketika berharap keselamatan bagi keluarganya, sedangkan Allah
berfirman: "Wahai Nuh, sesungguhnya mereka itu bukanlah
keluargamu" (QS 11:46).
Kesedihan atas hukum
atau ketetapan bahwa apa yang dipilih oleh salik bertentangan dengan apa yang
telah Allah pilihkan dan tetapkan untuknya. Karena itu, dia harus mendahulukan
ketetapan dan ketentuan Allah atas dirinya. "Dan tidaklah patut
bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila
Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka
pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah
dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata" (QS
33:36). "Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya.
Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka" (QS 28:68). ***
=> Belajar Tasawuf bisa Anda ikuti pada YouTube MISYKAT TV, setiap minggu jam 19.45-21.00 WIBB.