Secara umum, ada beberapa faktor mengapa terjadi kesalahan dalam mengkaji dan menilai mazhab Syiah.
Pertama, mempelajari Syi'ah dari sumber-sumber yang ditulis non-Syi'ah, baik klasik maupun kontemporer dan pada saat yang sama mengabaikan pendekatan muqaran (perbandingan) dan tarikihi-naqdi (historis-kritis).
Kedua, kurang teliti atau bahkan mengabaikan aspek kredibilitas sumber-sumber Syi'ah yang justru dinilai bermasalah oleh ulama Syi'ah sendiri baik berupa riwayat maupun satu kitab tersendiri.
Ketiga, pemahaman terhadap teks-teks Syi'ah berbeda dengan yang dipahami ulama Syi'ah.
Keempat, kurangnya pendalaman terhadap berbagai manhaj dan pergumulan internal Syi'ah. Manhaj di sini tidak hanya dari sisi paradigma dan cara kerja dalam memperlakukan dan memahami sumber, tetapi juga mencakup bagaimana manhaj mereka dalam masing-masing karya tulisnya.
Kelima, tidak mengindahkan etika kajian mazhab sehingga terjebak pada hal-hal seperti ta'mim al-khash (menggeneralisasi kasus khusus)—rincian soal ta'mim al-khash bisa dibaca dalam buku Syaikh 'Abdul Fattah al-Yafi yang berjudul Fi Thariq il al-Ulfah al-Islamiyyah: Muhawalah Ta'shiliyah wa Ru'yah al-Jadidah.
Keenam, telaah yang tidak komprehensif terhadap teks-teks dan pemikiran ulama Syi'ah.
Ketujuh, minimnya wawasan tentang khazanah, metodologi dan kaidah-kaidah dalam tradisi keilmuan Syi'ah.
Kedelapan, tidak mengikuti (secara intens) informasi/perkembangan terkait studi dan diskursus mutakhir di kalangan kesarjanaan Syiah, misalnya temuan dan tahqiq manuskrip-manuskrip ulama Syi'ah yang selama ini belum disentuh oleh peneliti sebelumnya.
Silahkan sebar seluas-luasnya. Semoga bermanfaat dan diluaskan berkahnya. Teriring shalawat dan ziarah kepada Rasulullah Muhammad Saw dan Ahlul Bait beliau as. ***
Muhammad Bhagas, S.Ag adalah Alumni Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung