Disetiap bersama Al-Husain, Nabi Muhammad saw bersabda mengingatkan para sahabatnya, "Husain dariku dan aku dari Husain, Allah mencintai siapa yang mencintai Al-Husain, dan Allah memusuhi siapa yang memusuhi Al-Husain."
Tidak ada yang memungkiri besarnya kecintaan dan kasih sayang Nabi Muhammad saw kepada cucunya Al-Husain. Lembar-lembar kitab sejarah dan hadis mengabadikan kedekatan dan luapan ekspresi kecintaan Nabi kepada Al-Husain, sampai pada tingkat Nabiullah Muhammad saw bersabda, "Husain dariku dan aku dari Husain."
Hanya Husainlah yang membuat Nabi saw pernah menghentikan khutbahnya dan memperlama sujudnya saat mengimami salat berjamaah. Diriwayatkan, disaat Nabi Muhammad saw berkhutbah, Husain kecil sedang bermain kejar-kejaran bersama kakaknya Al-Hasan.
Tidak lama, karena mengenakan pakaian yang panjang, Al-Husain terjatuh menginjak pakaiannya sendiri dan akhirnya menangis kesakitan. Sang kakek dengan sigap segera turun dari mimbar, mengambil Al-Husain dan kembali melanjutkan khutbahnya dengan Al-Husain digendongannya. Nabi menghentikan khutbahnya untuk menghentikan tangis Al-Husain.
Diriwayatkan pula, Nabi saw pernah mengimami salat, dan itu menjadi salat jamaah terlama, karena Nabi Muhammad sujud sedemikian lama. Sampai-sampai para sahabat mengira, wahyu sedang turun ketika Nabi sedang dalam keadaan sujud. Seusai salat, para sahabat bertanya, "Ada apa gerangan ya Rasulullah, mengapa sujud kali ini sedemikian lama?".
Nabi menjawab singkat, "Tadi Al-Husain sedang bermain di punggungku Kubiarkan ia tetap di punggungku, karena aku tidak ingin ia terjatuh."
Simak, sedemikian besarnya cinta dan kasih sayang Nabi saw pada cucunya tersebut. Nabi jadi gusar hatinya ketika melihat Al-Husain menangis. Nabi lebih memilih memperlama sujudnya, hanya agar Al-Husain tidak terusik kesenangannya bermain. Rumah Fatimah sa, putri Nabi tidak jauh dari kediaman Nabi saw, dan setiap Al-Husain kecil menangis dan terdengar oleh Nabi, Nabi Muhammad saw akan bergegas mengunjungi putrinya dan berkata, "Duhai Fatimah, bukankah engkau tahu bahwa aku terganggu dan sedih apabila aku mendengar Al-Husain menangis?".
Berkali-kali Nabi Muhammad saw memperlihatkan kecintaannya pada kedua cucunya Al-Hasan dan Al-Husain dihadapan sahabat-sahabatnya. Ia ekspresikan tidak hanya dengan ucapan tapi juga dengan tindakan, merangkul, mengecup, memangku dan tidak segan-segan menjadikan dirinya kuda tunggangan oleh kedua cucunya, sampai sahabat Umar berkata, "Betapa beruntung keduanya, menunggangi kuda tunggangan terbaik di dunia dan akhirat."
Disetiap bersama Al-Husain, Nabi saw bersabda mengingatkan para sahabatnya, "Husain dariku dan aku dari Husain, Allah mencintai siapa yang mencintai Al-Husain, dan Allah memusuhi siapa yang memusuhi Al-Husain."
Mengapa Nabi saw sedemikian ekspresif terkait dengan Al-Husain?. Nabi saw secara demonstratif menunjukkan kasih sayang dan kecintaannya kepada Al-Husain, untuk dijadikannya hujjah kelak di Mahkamah Ilahi, dan mengukur keorisinalan cinta umat padanya dengan melihat bagaimana umat Islam sepeninggalnya mencintai dan bersikap pada Al-Husain. Benarkah umat Islam tulus kecintaannya kepada Nabi saw disaat yang sama abai terhadap apa-apa yang cintai Nabi saw?.
Bukankah termasuk abai, ketika sejarah terbantainya Al-Husain di Karbala sengaja ditutup-tutupi dan seolah-olah tidak pernah terjadi bahkan menghalang-halangi peringatannya? Apakah bisa disebut kecintaan pada Nabi saw namun sama sekali tidak pernah mencari tahu penyebab sampai cucu kesayangan Nabi saw tersebut harus disembelih dan kepalanya dipermainkan oleh juga yang mengaku sebagai umat Muhammad?.
Pernah suatu hari Imam Ali as mendapati Nabi Muhammad saw sedang menangis, dan matanya tak henti-hentinya menangis (tafiidhaan). Imam Ali as berkata, "Wahai Nabi Allah, apakah seseorang telah membuatmu marah? apa yang membuat matamu terus menerus menangis?"
Nabi saw menjawab, "Tidak. Jibril baru saja pergi. Dia memberitahuku bahwa Husain akan dibunuh di tepi sungai Eufrat." Dan yang membuat Nabi tidak bisa menahan tangisnya, ketika diberitahu oleh Jibril as bahwa cucunya tersebut dibunuh dalam keadaan haus tanpa air.
Pernah Sayidah Fatimah sa heran dengan tindakan ayahnya. Jika bertemu dengan Hasan, Rasulullah menciumnya dibibir. Sementara jika dengan Husain, Rasulullah kerap menciumnya di leher. Sayidah Fatimah sa pun bertanya, "Wahai ayah mengapa engkau membedakan perlakuanmu pada kedua cucumu?"
Nabi Muhammad saw menjawab, "Kucium Hasan di mulut, karena kelak dia mati diracun. Dan kucium Husain di leher, karena kelak dia mati dalam keadaan tersembelih." Maka menangislah Sayidah Fatimah sa.
Riwayat-riwayat yang menuliskan besarnya kecintaan Nabi saw kepada Al-Husain serta tangisnya yang meledak ketika diberitahu langsung oleh malaikat Jibril as bahwa cucunya tersebut akan dibunuh dengan cara sadis oleh ummatnya sendiri di Karbala termuat tidak hanya dalam kitab-kitab Syiah namun juga kitab-kitab Sunni. Sehingga memperingati tragedi Asyura bukanlah milik kelompok Syiah saja, namun milik umat Islam bahkan umat manusia secara keseluruhan. Kecuali oleh mereka yang menjadi pengikut ideologis Bani Umayyah yang memang sejak awal tidak memandang penting keluarga Nabi saw bahkan dengan segenap upaya sepanjang sejarah mengecilkan nilai dan pentingnya peristiwa Karbala untuk dijadikan pelajaran oleh umat Islam.
Setiap menjelang Asyura, pengikut ideologi Bani Umayyah akan berupaya menjauhkan umat Islam dari mengingat Tragedi Karbala. Dengan kedok khawatir dengan penyebaran ideologi Syiah, melalui kekuatan media mereka mengerdilkan pentingnya memperingati gugurnya cucu Nabi saw yang telah mengorbankan jiwa dan raganya demi tetap terjaganya Islam.
Mereka begitu semangat mengajak umat untuk berpuasa di hari Asyura dengan ganjaran pahala dihapuskannya dosa-dosa selama setahun namun abai bahwa umat sampai hari ini bisa mengenal salat, puasa dan haji karena pengorbanan darah putra-putra terbaiknya, termasuk oleh kesyahidan Al-Husain as.
Berpuasalah di hari Asyura ini, harapkanlah dengan puasa itu dosa-dosa setahun bisa terhapus sebagaimana diriwayatkan bahwa itu sabda Nabi Muhammad saw, namun jangan abai, di hari Asyura 1383 tahun lalu, Al-Husain, cucu kesayangan Nabi itu mati tersembelih dalam keadaan kehausan. Sempatkanlah untuk merenungkan betapa besarnya kepedihan dan terlukanya hati Nabi disaat tubuh cucu kesayangannya itu diinjak-injak kaki kuda dan dilecehkan.
Shalawat dan salam teriring untukmu ya Imam Husain 'alaihissalam…
~Ismail Amin Pasannai-