07/04/23

Tadabbur al-Quran (13) Memahami Manusia dalam al-Quran: Qalb dalam Alquran [by KH Dr Kholid Al Walid]

Beragam term terkait Qalb kita dapati dalam al-Quran, masing-masing memiliki makna tersendiri dan al-Quran menggunakan setiap istilah itu dengan tujuan khusus.

Pertama, Al-Shadr (dada). Merupakan bagian terluar dari qalb yang umumnya mengindikasikan perasaan atau emosi pada diri seseorang. Kadang ada yang memaknainya dengan kata جدار القلب (dinding hati) karena merupakan lapisan terluar bagi hati. Melalui shadr ini keluar masuknya maklumat, bahkan bisikan-bisikan syaithaniyyah. Javad Nurbakhsy menyebutya sebagai ruang pertahanan bagi qalb dalam menghadapi pertempuran dengan bisikan kebatilan. Jika kebatilan yang menang maka muncul kecenderungan terhadap keburukan pada qalb. Sempit dan lapangnya perasaan seorang hamba terjadi di ruang ini. Al-Qur'an menyebutkan:

فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ يَشْرَحْ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِۚ وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَاۤءِۗ كَذٰلِكَ يَجْعَلُ اللّٰهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ

Maka, siapa yang Allah kehendaki mendapat hidayah, Dia akan melapangkan dadanya untuk menerima Islam. Siapa yang Dia kehendaki menjadi sesat, Dia akan menjadikan dadanya sempit lagi sesak seakan-akan dia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (Al-An‘ām [6]:125)

Kedua, Fu'ad (hati batin). Kata فؤاد adalah bentuk mufrad, jamaknya أفئدة yang menunjukkan arti عقل) aql) dan قلب) qalb). Kata ini sering juga disebut dengan (bagian tengah hati) قلب وسطه dan غشبء) pembungkus hati). Dari pengertian ini, terlihat adanya kesamaan antara kata fu’ad dan qalb. Hal senada juga terdapat dalam ungkapan orang Arab وكرر السىاء مه قريببن األفئدة و القلب تأكيدا اللفظيه إلختالف ذكرهمب” Al-qalb dan alfu’ad maknanya hampir sama, dan diulang-ulang bergantian penyebutannya, untuk menerangkan perbedaan kedua lafaz ini.”

Dikemukakan oleh Raghib al-Asfahani dalam kitabnya Mufradat fi Gharib al-Quran bahwa fu’ad sama seperti qalb jika diiktibarkan dengan makna tafaud (terpaut) dan tawaqqud (menyala). Namun, fuad digunakan untuk menunjukkan wadah pengetahuan dan kesadaran yang mantap. Dalam hal ini, jika qalb mengetahui, maka fuad dapat melihat, sehingga apabila keduanya (qalb dan fuad) menyatu akan terlihat sesuatu yang ghaib dan manusia akan menjadi yakin dengan hakikat penglihatan batinnya. Allamah Thabathabai menyatakan bahwa dengan fu’ad manusia dapat menyingkap realitas dibalik kesadaran material dan sampai pada ma’rifat Ilahiah.

وَكُلًّا نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ اَنْۢبَاۤءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهٖ فُؤَادَكَ وَجَاۤءَكَ فِيْ هٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَّذِكْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ

Semua kisah rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu (Nabi Muhammad) yaitu kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu (Fu'ad-mu). Di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat, dan peringatan bagi orang-orang mukmin. (Hūd [11]:120)

Ketiga, Lubb (inti hati). Secara khusus al-Qur'an tidak menggunakan term ini secara spesifik, namun menjadikannya sebagai sifat pada golongan khusus yang disebut Ulu-l-Albab. Lubb merupakan akal yang murni, suci, dan bersih dari segala macam kotoran hati. Lubb adalah dimensi hati yang paling inti, dengan lubb inilah manusia memahami hakikat dibalik beragam realitas yang tampak. Karenanya, Allah SWT menggunakan istilah Ulu-l-Albab untuk menunjuk hamba-Nya yang mampu menggunakan akalnya untuk memahami esensi dari segala peristiwa. Ulu-l-Albab adalah mereka yang Allah letakkan dihati mereka hikmah Ilahiah sehingga mereka mampu memahami beragam dengan 'ayn al-bashirah-nya.

يُؤۡتِي ٱلۡحِكۡمَةَ مَن يَشَآءُۚ وَمَن يُؤۡتَ ٱلۡحِكۡمَةَ فَقَدۡ أُوتِيَ خَيۡرٗا كَثِيرٗاۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ

Allah menganugerahkan al-hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran. (QS. Al-Baqarah/2: 269)

Begitu luasnya dimensi hati pada diri manusia. Pada khazanah tasawuf, bahkan ada term-term khusus lainnya yang menggambarkan dimensi hati, antara lain dhamir, lamhah, sirr dan sebagainya.

Bahkan Ibn Arabi menyebutkan "Tidak ada ruang yang melebihi luasnya hati bahkan hanya hati yang dapat meliputi al-Haqq dan tidak pada langit dan bumi."

ما وسعني أرضي ولا سمائي، ولكن وسعني قلب عبدي المؤمن

"Tidaklah meliputi-Ku bumi-Ku maupun langit-Ku, akan tetapi yang meliputi-Ku adalah hati hamba-Ku yang beriman."

***

 KH Dr Kholid Al-Walid adalah Dosen Filsafat STAI Sadra Jakarta dan Pengasuh Kajian Tasawuf MISYKAT TV