05/01/23

Putus Asa dengan Tuhan

Suatu hari di angkot saya bertemu seorang pengamen yang mengaku dulunya ustadz. Namun ia menjadi tidak suka dengan Tuhan karena ia tidak diberi jodoh. Akhirnya ia hidup melajang sampai detik itu dan menjadi benci kenapa tidak ada wanita satupun yang mau menjadi istrinya.

Saya terkejut dan saya seperti melihat mimpi buruk saya, karena saya juga jelek jelek adalah ustadz juga untuk sedikit jamaah. Saya khawatir apa yang dialaminya akan saya alami juga jika saya mulai putus asa dengan Tuhan. Meskipun saya sudah menikah, tapi mungkin saja saya kurang bersyukur dengan karunia lain, lalu saya menggugat Tuhan seperti yang dilakukan mantan ustadz ini.

Untuk memberikan semangat syukur dan tidak dak putus asa, saya memberikan beberapa nasihat dan juga sedikit uang. Saya berharap ia bisa mengubah pandangannya tentang Tuhan.

Rupanya dalam Al-Qur'an sendiri banyak sekali ayat yang berbicara tentang individu atau kelompok yang selalu menyalahkan dan bahkan menggugat Tuhan dan akhirnya membenci-Nya. 

Saya ingat sebuah hadis yang meskipun dianggap dhaif oleh sebagian ulama tapi mengandung pelajaran penting (saya mengutip dari tulisan Kyai Haji Ustadz Jalaluddin Rakhmat).

Pada zaman Rasulullah Saw, ada juga beberapa contoh orang yang mengalami sû'ul khatimah. Salah satu contoh yang terkenal adalah Tsa'labah bin Hatim. Tsa'labah itu orang miskin yang sangat rajin beribadah. Dia sering iktikaf di Masjid Nabi. Suatu saat, ia meminta Nabi untuk mendoakannya agar dia memperoleh kekayaan. Kata Rasulullah Saw, "Rezeki yang sedikit yang bisa kau syukuri lebih baik daripada rezeki yang banyak yang tidak bisa kau syukuri. Bersabar dalam kefakiran lebih baik daripada memperoleh kekayaan lalu kamu tidak bisa mensyukurinya." 

Tapi dia bersikukuh agar diberi kekayaan. Akhirnya Rasulullah mendoakan. Ringkas cerita, dia menjadi kaya raya. Dan begitu dia kaya, dia tinggalkan shalat berjamaah. Dia tidak pernah lagi menghadiri majelis Nabi. Dia sibuk dengan ternaknya di pegunungan. Ketika Nabi menagih zakat, dia menolak untuk membayar zakat, sampai kemudian Nabi mengutuk dia, melaknat dia. Nabi berwasiat agar orang tidak mau menerima harta dari dia. Kelak pada zaman Abu Bakar, dia mau menyerahkan zakat, tapi Abu Bakar tidak mau menerimanya. *** (Nano Warno, Ph.D)