Sebagian saudara-saudara Muslim kita merasa gagah dan sudah membela Allah dan Islam jika ngomong keras, bahkan kasar, kepada orang-orang yang mereka anggap tidak beragama dengan baik. Pertama, anggapan mereka belum tentu benar. Kedua, Nabi saw, sang teladan terbaik (uswah hasanah), justru memiliki sifat sebaliknya. Beliau lemah lembut:
"Dan dengan rahmat Allah engkau (wahai Nabi) bersikap lemah lembut kepada mereka. Jika saja kamu bersikap kasar dan berhati keras, niscaya mereka akan lari darimu" (QS Yunus: 58). Kata "lemah lembut" yang dipakai al-Qur'an itu adalah "liin(-ta)", yang berakar kata dengan perintah berkata lemah lembut yang diberikan Allah kepada Nabi Musa dan Harun as ketika berhadapan dengan Fir'aun (yang lalim itu):
"Pergilah kamu berdua kepada Fir'an, sesungguhnya dia lalim, dan berkatalah kalian kepadanya dengan perkataan yang lembut (layina), semoga dia menjadi ingat dan takut." (QS Thaha: 43-44).
Di dalam hadis, Nabi saw pun memujikan sikap lemah lembut, dan menjadikannya mahkota kebaikan. Bahkan, sesuatu yang ketiadaannya mengakibatkan keburukan.
Inilah salah satunya: “Sesungguhnya Allah Maha Lembut yang mencintai kelembutan. Dan Allah memberi pada kelembutan apa yang tidak diberikan pada kekerasan, tidak pula diberikan kepada selainnya (selain kelembutan itu)“ (HR Muslim). Kelembutan adalah citra ksatria Islam (fataa), bukan kekasaran. Jadi, kenapa masih kasar? ***
Dr Haidar Bagir
*26112022*