18/02/22

Jalan Cinta: Tasawuf Allahyarham KH Jalaluddin Rakhmat [by Dr Asep Salahudin]

Saya teringat ketika Ibn Arabi ditanya ihwal agama yang dianutnya, ia menjawab, “Cinta adalah agamaku; kemanapun binatang penunggangnya menuju, di sanalah agama ditambatkan.”

Tatkala al-Fadhil ibn Yasar bertanya kepada Imam Ja’far ash-Shadiq as. tentang dari mana iman itu berasal? Beliau  tegas menjawab, “Keimanan itu tak lain adalah cinta.” Dalam ungkapan Imam Baqir as, “Agama adalah cinta dan cinta ialah agama.”

Diriwayatkan bahwa Allah Swt berfirman kepada Musa bin Imran as., “Apakah kamu berbuat suatu amalan untuk-Ku?” Musa menjawab, “Saya salat, puasa, sedekah, dan dzikir semata untuk-Mu.” Lalu Allah berfirman, “Salat adalah burhan bagimu, puasa adalah tamengmu, sedekah adalah naunganmu dan dzikir adalah cahaya bagimu, maka apa yang kamu lakukan untuk-Ku?” 

Musa bertanya, “Tunjukkan padaku amalan untuk-Mu?” Allah menjawab, “Apakah kamu mencintai seseorang karena-Ku dan memusuhi seseorang juga karena-Ku?” Maka Musa pun faham bahwa sebaik-baik amal adalah cinta dan atau benci karena Allah.

Imam Ja’far ash-Shadiq as, seperti dikutip Syaikh Muhammad Mahdi al-Ashifi mengatakan, “Rahasia kesuksesan para pencapai marifat bertumpu pada tiga asas: takut, harapan dan cinta. Takut adalah cabang dari ilmu. Harapan merupakan cabang dari keyakinan. Dan cinta ialah bagian dari ma’rifat. Bukti adanya ketakutan ialah pelarian. Bukti adanya harapan ialah lahirnya permintaan. Dan bukti adanya cinta adalah pengutamaan sang kekasih atas yang lain. Jika telah nyata ilmu di dalam dadanya timbullah rasa takut. Dan bila ternyata apa yang ditakutinya itu benar ia pun lari. Dengan pelariannya ini dia selamat. Bila cahaya keyakinan telah bersinar di kalbunya, maka ia menyaksikan suatu karunia. Jika telah teguh keyakinannya dalam memandang karunia, maka timbullah harapan. Di kala manisnya harapan  itu telah diraihnya lahirlah permohonan. Jika permohonannya dikabulkan ia pun mendapatkannya. Kalau sinar ma’rifat telah terpancar di hatinya, maka berhembuslah angin surga. Jika angin cinta berhembus ia mulai menikmati lindungan  sang kekasihnya. Ia pun mengutamakan kekasihnya atas yang lain dan segera melaksanakan perintah-perintahnya. Perumpamaan tiga asas ini seperti al-Haram, masjid dan Kabah. Barangsiapa memasuki al-Haram amanlah ia dari gangguan makhluk-Nya. Dan barangsiapa memasuki masjid terlindunglah anggota tubuhnya dari penggunaan untuk kemaksiatan. Dan barangsiapa memasuki Kabah selamatlah hatinya dari hal yang menyibukkannya selain mengingat-Nya.”

Kata Imam al-Ghazali, dengan cinta seseorang dapat menggapai keagungan ma’rifat.  Dalam kata-kata Dzun Nun, Cinta selalu bermula dari harapan (raja’) kemudian menjadi gumpalan cinta (mahabbah) selanjutnya  mengental menjadi rindu (syauq) dan akhirnya  tertambat dalam rasa nyaman, damai dan hening (uns).

Kata Ibn al-Qayyim, pakar cinta dari Timur, Cinta merupakan saripati ‘ubudiyah (pengabdian). Gurunya, Ibn Taimiyyah dalam al-‘Ubudiyah  menulis bahwa ibadah itu semestinya melibatkan  sikap luruh dalam cinta (al-qalb al-tatayyum) setelah sebelumnya tercipta  keterpautan dengan Sang Kekasih (al-‘alaqah), kemudian as-sababah (emosi menggelora), al-gharam (karam dalam perasaan rindu), terus  menjadi ‘isyq (cinta yang terpatri).  

Kalau Rene Descartes dahulu mengumumkan bahwa segala sesuatu harus disangsikan, bagi Hamlet ada pengecualian yaitu cinta saperti dalam seruannya kepada Ophelia dalam dramanya William Shakespeare seperti dikutip Jujun S.Suriasumantri:

Ragukan bahwa bintang-bintang itu api

Ragukan bahwa matahari itu bergerak

Ragukan bahwa kebenaran itu dusta

Tapi jangan ragukan cintaku 

Kalau kita membuka al-Quran dengan sangat mudah ditemukan banyak ayat yang menegaskan bahwa identitas seorang Muslim adalah kesediaannya menumbuhkan cinta hanya kepada Tuhan. “Orang-orang yang beriman itu sungguh kuat cinta mereka kepada Allah” (QS. al-Baqarah/2: 165).

Jalan cinta, menurut saya, itulah tasawuf Allahyarham KH Dr. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc. Cinta kepada Tuhan yang dipantulkan jejaknya dalam kecintaan utuh kepada sesama, dalam aksi-aksinya membela kaum lemah. Tarekat cinta yang menyalurkan rahmat, keadilan, kemajuan, pengetahuan, kebersamaan, dan sikap lapang. Mendahulukan cinta ketimbang “agama”, dahulukan akhlak di atas fikih.

Semoga Kang Jalal dan Ibu bahagia di alam baqa. Caang padang narawangan di alam kalaggeungan. Dihimpunkan bersama Ahlulbait Kanjeng Nabi Muhammad Saw yang selalu dibelanya dengan penuh cinta dan gelora. Alfatihah... 

Kamis, 10 Februari 2022 

Cuplikan makalah Dr Asep Salahudin dalam Bincang Tasawuf Perspektif Allahyarham KH Dr Jalaluddin Rakhmat MSc., disiarkan melalui Channel YouTube MISYKAT TV.
Makalah lengkap Dr Asep Salahudin bisa dibaca pada (klik) Buletin Misykat