23/04/22

Belajar Tasawuf: Tawakal [by Kholid Al Walid]


"Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya" (QS 40:44).

Penyerahan adalah kehalusan isyarat dan keluasan makna dari tawakal. Tawakal hanya terjadi setelah sebab ditunaikan. Sedangkan penyerahan, baik sebelum atau setelah ditunaikan sebab. Penyerahan sama dengan ketundukkan atau penyerahan diri. Sedangkan tawakal adalah bagian darinya.

Penyerahan adalah pelepasan diri dari beragam daya dan upaya serta penyucian seluruh persoalan dari pikiran kemampuan untuk melakukannya, semata hanya Allah yang berkuasa. Al-Haqq pelaku murni dan sesungguhnya berbeda dengan tawakal bahwa hamba yang menyerahkan persoalan tersebut kepada al-Haqq. Pada tawakal, Salik menjadikan al-Haqq sebagai wakil baginya dalam mengurusi persoalannya dan hal ini adalah sikap 'melampaui batas' (jur'ah) pada Allah. Kalau bukan karena pujian Allah atasnya tentu hamba tidak mungkin melakukannya. Lebih luas maknanya dari tawakal karena tawakal tidak mungkin terjadi sebelum penunaian sebab. Seperti tawakalnya Nabi Hud as.

"Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus" (QS 11:54-56).

"Dan Ya'qub berkata: Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri" (QS 12:67).

Sedangkan penyerahan, seperti doa Rasulullah Saw sebelum tidur: "Ya Allah aku serahkan diriku kepada-Mu, aku hadapkan diriku kepada-Mu dan Aku serahkan seluruh urusanku kepada-Mu.”

Manzilah pertama dari penyerahan adalah hamba menyadari bahwa dirinya tidaklah memiliki kemampuan untuk melakukan. Tidak merasa aman dari makar, tidak berputus asa atas keadaan kehidupannya dan tidak bersandar pada niat yang ada. Bahwa salik haruslah memiliki kesadaran bahwa seluruh kekuatan berasal dari Allah sehingga bagaimana mungkin dirinya memiliki kemampuan sebelum Allah menetapkan perbuatan tersebut pada dirinya. Bagaimana mungkin muncul rasa aman pada dirinya padahal yang mengerakkan bukan dirinya dan apa yang dilakukannya belum tentu sesuai keridhaan-Nya. Bagaimana mungkin dirinya berputus asa padahal Dialah Zat yang paling dermawan, "Janganlah berputus asa dari rahmat Allah” (QS 39:53). Bagaimana dirinya bersandar pada niat yang ada dihatinya padahal, "Sesungguhnya Allah berada di antara urat leher dan hatinya" (QS 8:24). Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya hati seorang hamba berada di antara dua jari di antara jari Allah."

Manzilah Kedua adalah penetapan tanpa pilihan, tidak melihat ada amal yang menyelamatkan, tidak juga dosa yang menghancurkan, dan tidak pula sebab yang menanggungnya. Pada manzilah ini salik sudah harus memiliki kesadaran bahwa dihadapan hukum dan ketetapan Allah tidak ada pilihan baginya dan melepaskan segala kemampuan dan menyadari bahwa dirinya tidak lebih budak yang faqir yang hanya menjalankan apa yang diperintahkan. Tidak juga melihat bahwa amal yang dilakukan ada sebab keselamatan, tetapi keselamatan sepenuhnya tergantung dari al-Haqq. Keselamatan bukan semata karena terlepas dari dosa. Begitu pun kehancuran semata karena Rahmat dan Ghadab Allah. Sehingga dalam konteks ini tidak ada sebab apa pun yang di luar al-Haqq.

Manzilah Ketiga adalah penyaksianmu semata al-Haqq yang menguasai gerak dan diam, penyempitan (al-Qabd) dan Pelapangan (al-Basth), dan makrifatnya yang mengubah keterpisahan dan kebersamaan. Ini adalah manzilah penyaksian. Sedangkan sebelumnya adalah manzilah yakin.

Penyaksian pada ketunggalan al-Haqq, pada apa yang muncul di alam, baik itu gerak, diam, kelapangan dan kesempitan; tidak menyaksikan apa pun kecuali diri-Nya. Tidak ada perantara dalam penyaksian terhadap-Nya dan menyaksikan manifestasi-Nya dalam rupa semesta. Dialah yang menggerakkan diri-Nya dalam manifestasi-Nya. Seluruh penyatuan dan keterpisahan bersumber dari-Nya. Dialah yang meliputi Manzilah al-Jam' dan Manzilah al-Tafriqah, sehingga makrifat yang ada pada diri salik tidak lain adalah ma'rifat-Nya tentang penyatuan dan keterpisahan. ***

Kholid Al Walid adalah Doktor lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pengasuh Program Belajar Tasawuf di YouTube Misykat TV