24/03/23

Tadabbur al-Quran (2) Memahami Manusia dalam al-Quran: Unsur Manusia [by Kholid Al Walid]

Allah SWT memperkenalkan makhluk yang diciptakan-Nya dengan nama Adam:

قَالَ يٰٓاٰدَمُ اَنْۢبِئْهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْ ۚ فَلَمَّآ اَنْۢبَاَهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْۙ 

Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam, beri tahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu!” (Al-Baqarah [2]:33)

Ada seseorang yang bertanya kepada Imam Ja'far Ash-Shadiq as: "Mengapa Adam as disebut Adam as?"

Imam Ja'far menjawab: "Sesungguhnya Adam as dinamakan Adam as karena dibentuk dari kedalaman tanah di muka bumi (من أديم الارض)."

Adam as merupakan personifikasi manusia awal yang diciptakan Tuhan. Terbentuk dari dua unsur utama, di satu sisi dari tanah liat yang basah.

ۗاِنَّا خَلَقْنٰهُمْ مِّنْ طِيْنٍ لَّازِبٍ

Sesungguhnya Kami telah menciptakan (bapak) mereka (Adam) dari tanah liat. (Aṣ-Ṣāffāt [37]:11)

Dan menariknya seluruh unsur-unsur yang ada di bumi ini kita dapati jejaknya di dalam diri manusia. Bukan hanya air, udara, api dan air bahkan mineral-mineral lainnya termasuk besi sekali pun.

Atau bisa juga kita menyatakan bahwa tubuh manusia merupakan ekstrak dari seluruh unsur bumi. Tubuh fisik manusia memang diperuntukkan untuk kehidupan di muka bumi ini dan sekiranya tubuhnya dikuburkan maka segera unsur-unsurnya akan terserap dan menyatu kembali dengan bumi.

Di sisi lain, Allah SWT meniupkan unsur ruhaniah yang paling mulia menjadi hakikat diri manusia. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 

فَاِذَا سَوَّيْتُهٗ وَنَفَخْتُ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِيْ فَقَعُوْا لَهٗ سٰجِدِيْنَ

Maka, apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)-nya dan telah meniupkan roh-Ku ke dalamnya, menyungkurlah kamu kepadanya dengan bersujud. (Al-Ḥijr [15]:29)

Unsur Ilahiah yang tak pernah diberikan Allah SWT pada selain manusia. Unsur yang paling hakiki dan itu menjadi bagian hakiki manusia. Gabungan keduanya menjadi sosok manusia yang dipersonifikasi melalui diri Adam as. 

Di satu sisi manusia berada pada level terendah dan sisi lain berada pada level yang tertinggi yang mungkin dimiliki makhluk. Manusia meliputi keduanya.

Jika binatang hanya memiliki bagian terendah dan malaikat memiliki kedudukan ruhaniah. Manusia memiliki semuanya. Maka Malaikat pun menjadi bertanya-tanya makhluk seperti apa yang diciptakan Tuhan ini?

Makhluk yang terbentang dari alam yang paling rendah hingga alam yang paling tinggi. Jalaluddin Rumi dalam Matsawi e-Ma'nawi mengungkapkan :

"Dari alam mineral aku mati, lalu menjadi tumbuh-tumbuhan, dari alam Nabati aku mati dan  mencapai alam Hewan.

Dari Alam Hewan aku mati dan menjadi manusia, lalu mengapa aku mesti takut? Kapan aku pernah berkurang karena mati ? 

Kelak aku akan sebagai manusia agar aku bisa membentangkan sayapku dan mengangkat  kepalaku di antara para malaikat...

Sekali lagi aku akan berkorban dari alam malakuti menjadi apa yang tak sanggup dibayangkan imajinasi". (bersambung)